Beberapa waktu yang lalu, gue sempat chatting dengan seorang teman chat, Q, yang sudah gue kenal hampir 7 tahun. Udah lama kita enggak chat dan akhirnya baru kesampaian beberapa hari yang lalu, setelah gue membatalkan janji chatting bareng yang entah sudah ke-berapa kalinya.
Nampaknya ada sesuatu yang sudah tidak sabar untuk dia segera ceritakan ke gue dan tanpa ba-bi-bu, she just dropped the bomb on me. Katanya, "guess what? I'm taking acting classes!!!"
Tahun lalu gue terkejut ketika dia bilang bahwa dia akan mengambil jurusan mechanical engineering, padahal sebelumnya dia pernah bilang bahwa dia ingin belajar mengenai segala seuatu yang berhubungan dengan film, either it's acting or directing. Dan gue lebih terkejut lagi ketika dia akhirnya mengambil kelas akting, setelah mengikuti beberapa kelas mechanical engineering.
Q usianya 3 tahun lebih muda dari gue. Untuk remaja seumuran dia, dia termasuk dewasa. Harus gue akui bahwa tidak jarang juga gue minta pendapat atau saran dari dia. Melompat-lompat dari satu jurusan ke jurusan yang lain, awalnya, gue anggap sebagai kelabilan remaja yang sedang mencari jati diri, mencari apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya.
Sebagai teman yang baik, gue mencoba mengingatkan dia akan konsekuensi yang bakal dia terima dengan keputusannya itu. Maksud gue, jurusan mechanical engineering mungkin saja bisa memberikan masa depan yang lebih baik; a stable job with good pay. Lagipula, tujuan kita sekolah selain menimba ilmu jelas adalah untuk cari duit. Sedangkan untuk jurusan akting, well, if you're lucky enough, jelas masa depannya akan lebih baik. Hanya saja, coba bayangkan ada berapa banyak struggling actress-wannabe di luaran sana yang mendatangi satu audisi ke audisi yang lain?
Q tertawa ketika gue berceloteh soal kecemasan gue. Dia bilang, "what happened to the old Rae who, years ago, would say 'go chase your dream, little friend!' I knew about things that you're concerned about and have put some thoughts on it. But you and I know that what I really want to do is acting or directing a movie. Right now I got the chance to learn about acting. So why would I have to skip the opportunity?"
Sepertinya semakin bertambahnya usia, gue semakin terperangkap dengan yang namanya "realita". Mimpi-mimpi gue habis digilas realita. Bahwa realita tidak akan selamanya seindah mimpi, adalah pandangan gue yang sekarang. But thanks to Q yang akhirnya menyadarkan gue bahwa selama ini gue terperangkap dalam zona nyaman yang gue ciptakan ketika menghadapi realita yang jauh berbeda dari mimpi gue. Bahwa ketika mengejar mimpi, kerja keras dan kesungguhan adalah dua hal yang wajib dilakukan, seharusnya menjadi pandangan gue dalam menjalani kehidupan.
Gue yakin bahwa Q akan bersungguh-sungguh dengan pilihannya kali ini. Gue tarik lagi ucapan bahwa ini menyangkut kelabilan remaja, melainkan mengejar mimpi. I just really wish her for the best amd wish her luck.
1 comment:
Ayo kejar mimpi sama-sama... sama-sama berjuang...
Post a Comment