Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Saturday 29 May 2010

Blessed




Long before you came I knew 
Somehow life would bring me you 
Long before you spoke my name 
I believe you knew I missed you

I love you more than words can say 
I love you, there’s no other way

For the first time in my life 
I am someone great 
For the first time I’ve come home 
I have found my fate 
I believe it when I see you smile 
That I’m blessed 
I’m blessed, I am 
I’m truly blessed

I believe it when I see you smile 
That I’m blessed 
I’m blessed, I am

For all the nights to come (and) all days, you’ll be inside my heart 
Always

For the first time in my life 
I am someone great 
For the first time I’ve come home 
I have found my fate 
I believe it when I see you smile 
That I’m blessed 
I’m blessed, I am

I am someone great 
For the first time I’ve come home 
I have found my fate 
I believe it when I see you smile 
That I’m blessed 
I’m blessed, I am 
I’m truly blessed


Ps. Happy birthday, Beiby :) Intinya, Beib, that's what I'm feeling about you, about us hehehe *gombaallll* 

Sunday 23 May 2010

Sabaaaaaaarrrrrrrrr!!!

Bukannya saya tidak mau menjadi sahabat yang baik. Bukan pula saya tidak mau menjadi pendengar yang baik. Sebisa mungkin saya berusaha menjadi sahabat dan pendengar yang baik bagi teman-teman saya. Tapi ternyata tidak mudah! 

Setiap kali ada yang curcol, saya buka telinga, buka hati dan buka otak. Sebisa mungkin saya memberikan saran atau jalan keluar, dengan harapan ya tentu saja dilaksanakan atau setidaknya didengarkan. Tapiiii, kalau keseringan curcol soal masalah yang sama, lama-lama saya bleneg juga. Sudah begitu, dari 1001 saran dan jalan keluar yang saya berikan, tidak ada satupun yang dilaksanakan, boro-boro didengar. 

Ingin rasanya mengguncang-guncang tubuh teman saya itu supaya dia sadar (huh, untung saya tinggalnya jauh dari dia), kalau apa yang menjadi masalahnya itu sebenarnya tidak penting. Ada hal lain yang lebih penting lagi. Itu juga bukannya saya tidak pernah bilang. Tapi oh tapi... Semua kata-kata saya hanya masuk dari telinga kiri langsung keluar dari telinga kanan... Wusssss... Gone! Tidak ada yang nyantol di kepala atau turun ke hati. 

Bleneg, gemes, bikin emosi, pengen marah-marah, pengen ngomel-ngomel. Pokoknya bawaanya pasti bad mood. Ingin rasanya berkata: "Lo tuh ya, begoooooo banget sih? Masa urusan begituan, lo pikirin? Nggak penting banget tau gak? Sadar dong, masih ada yang lebih penting!" Ingin juga berkata: "Gue muaaakkkk!!!" Tapi meskipun mulut sudah ingin mengumbar kata-kata, rasanya hati ini tidak tega. Aduh Gusti... Ujung-ujungnya? Saya jadi uring-uringan karena harus putar otak. Jadi, gimana? Ya meskipun jadi uring-uringan, ya tetap saja saya ladeni. Nasib oh nasib...

Ps. Buat yang kena omel gara-gara lagi uring-uringan, sorriiiiii banget yaaa >.<

Saturday 15 May 2010

Panik!

Kepanikan melanda seisi rumah. Bagaimana tidak? Tadi ketika sedang sibuk-sibuknya packing, ada suara gedebuk dari arah kamar mandi. Ternyata adik saya yang pertama, yang tengah berkunjung, pingsan! Aduh, paniklah semua orang di rumah. Padahal sebelum-sebelumnya dia terlihat baik-baik saja, malah sempat ketawa-ketiwi pula. Eh, tahu-tahu udah pingsan aja di kamar mandi. 

Mama langsung teriak-teriak saking paniknya. Adik saya yang bontot malah menangis sambil menepuk-nepuk wajah Koko-nya. Lah, saya? Saya malah bolak-balik kamar mandi-kamar sambil mencari HP. Begitu HP ketemu, bingung mau nelpon siapa saking paniknya. 

"Musti dibawa ke RS!"

Teriakan Mama menyadarkan saya. Oh iya, RS! Langsung saja kami bertiga berusaha menarik tubuhnya keluar dari kamar mandi. Tapi ya, yang tengah pingsan itu tubuhnya jauh lebih besar dari kami bertiga. Ya jelas saja mau sekuat apapun tenaga kami, tetap saja tidak berhasil mengangkat tubuhnya. Untung saja ada tetangga yang ikut membantu. Salah satu di antara mereka bahkan menghubungi RS agar segera mengirimkan ambulans. Akhirnya adik saya dibawa ke RS.

Begitu tiba di RS, dia langsung dibawa ke UGD. Masih harus menunggu beberapa saat sebelum adik saya ditangani dokter. Setelah ditangani, dokter bilang karena tekanan darahnya tinggi dan mungkin karena pengaruh livernya, dan dokternya bilang harus rawat inap (ya iyalah, pak dokteeerrrr... adik saya itu pingsan).

Tapi untunglah adik saya sudah sadar dan sudah agak mendingan, meskipun masih agak demam. Aduh, adik saya yang satu ini memang paling nggak mau bilang-bilang kalau lagi ada masalah atau lagi sakit. Tiba-tiba pingsan begitu kan semua jadi panik. Tapi semoga dia bisa cepat sembuh.

Wednesday 12 May 2010

"Pin lo berapa?"

Ketika pertama kali pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang teman, saya malah kebingungan. Hah, apa? PIN? PIN apa? PIN kartu ATM? Ternyata bukan saudara-saudara. Yang dimaksud PIN adalah PIN BlackBerry alias BB. Huh, kirain apaan.

Saat ditanya PIN, ya jelas saja saya kebingungan. Kenapa? Karena ketika sepertinya semua orang menggunakan BlackBerry, saya masih tetap setia dengan handphone GSM. Alasannya? Yang pertama adalah karena saya ini tipe orang yang setia (hahaha, nggak salah???) Eh, tapi beneran, lho. Kalau soal gadget HP, saya hanya setia dengan satu merk saja. Pernah ingin berganti merk, tapi oh tapi hati ini tak bisa pindah ke lain hati, eh merk maksud saya. Entah kenapa setiap kali ingin ganti HP, meskipun awalnya sudah niat ingin beli HP merk lain, tapi begitu mulai melihat-lihat HP yang dipajang di konter-konter, mata saya selalu tertuju pada HP merk yang satu itu. 

Alasan yang kedua adalah karena sudah kebiasaan. Sudah sejak zaman kuda makan beling, eh maksud saya sejak zaman dahulu kala, ketika pertama kali saya menggunakan HP, saya sudah menggunakan HP merk tersebut. Dengan begitu, saya sudah terbiasa dengan menu-menunya dan segala macam preketek-nya. Jadinya, disuruh ganti merk atau jenis HP yang lain rasanya nggak sreg, gitu loh. 

Ketika saya menjawab, "Oh, PIN BB. Ya, gue nggak pake BB. Gue anti BB," yang bertanya seringkali membalas, "Loh, kok nggak pake BB? Kan seru, bisa FB-an, YM-an, Twitter-an. Apalagi bisa saling BBM-an." Aduh, kalau pakai BB hanya untuk on-line seperti itu, rasanya kok nggak penting banget, ya? Jadi, inilah alasan ketiga-nya. Buat saya untuk bisa FB-an, YM-an, Twitter-an, nggak perlu sampai harus beli BB, kan? Kecuali ya BBM-an, mau nggak mau harus pakai BB. Lagian ya, saya suka sebal sendiri kalau jalan bareng teman-teman, seringnya mereka malah main BB sampai-sampai saya malah dicuekin. Serasa jalan sama patung atau ngobrol sama tembok. Jadinya saya rada-rada sensi sama BB.

Tetapi, belakangan ego saya mulai disentil. Keseringan ditanyain PIN, lama-lama saya capek juga. Lama-kelamaan saya jiper juga. Lama-kelamaan saya jadi ingin beli juga. Kalau sudah begini, rasa gengsi mulai mengambil alih. Jadi, bagaimana? Ya, terpaksa saya memutuskan untuk mulai menabung lagi untuk membeli BB. Habisnya saya baru ganti HP yang harganya lumayan menguras kantong (hiksss). Lagipula setelah dipikir-pikir dengan matang, bahkan sampai gosong, rasa-rasanya BB juga perlu untuk keperluan kantor, misalnya untuk menerima dan membalas e-mail dengan segera (alasan yang dipaksakan hahaha). Jadi, tunggulah kawan-kawan. Tunggu PIN dari saya hehehe :P

Saturday 8 May 2010

Lulus!

Sebuah pesan singkat dari Jagoan Kecil masuk ke HP saya ketika saya sedang dalam perjalanan kembali ke rumah setelah kurang lebih 4 hari tugas di luar kota. Bunyinya: "Cici, aku lulus!!!" Oh iya, hari ini kan hari pengumuman kelulusan. 

Rasa bangga langsung membuncah di dada saya. Ah, adik saya tidak lama lagi akan menanggalkan seragam putih birunya. Tidak lama lagi dia akan mengenakan seragam putih abu-abu. Ya, tapi kalau dia berhasil masuk di sebuah SMA di Magelang, ya tentu seragamnya bukan putih abu-abu. Sekolahnya semi-militer soalnya. 

Rasanya seperti baru kemarin melihat tubuh mungilnya di gendongan Mama, melihatnya merangkak dan belajar berjalan. Sebelum tinggal berdua dengannya, kami memang jarang bertemu. Paling sekali dalam setahun saat saya pulang ke rumah untuk merayakan Natal. Kini dia sudah beranjak remaja. Sebentar lagi akan mengenal cinta monyet. Sebentar lagi akan punya pacar. Apa sudah punya, ya? Hmmm akan saya selidiki nanti hehehe. Sebentar lagi dia tidak akan lagi menjadi Jagoan Kecil (tapi Jagoan Neon hahaha). 

Saya jadi teringat obrolannya mengenai cita-citanya yang seabrek-abrek itu (Baca: Jagoan Kecil Cari Perhatian). Saya jadi semakin bangga dengannya. Semoga dia bisa berhasil dalam menggapai cita-citanya, doa saya dalam hati. 

Segera saya membalas SMS-nya, "Horeeeee!!!! Selamat ya, De. Jadi nanti kamu mau dibeliin apa? :)" Saya pernah berjanji kalau nanti dia lulus, saya akan memberinya hadiah. Selang beberapa menit kemudian masuk SMS balasan darinya: "Ke Trans Studio aja yuk, Ci?!" Jiah, ini anak memang doyan ke Trans Studio. Besok-besok saya bawa dia sekalian ke Dufan atau Disney Land, deh. 

Sebelum pulang ke rumah, saya mampir membelikannya pizza. Alhasil saya disambut senyum sumringahnya ketika tiba di rumah. 

"Nanti kita makan sambil nonton DVD ya, Ci. Aku baru beli film horor Korea dan Thailand kesukaan Cici." Padahal dia sendiri takut kalau nonton film horor. Apalagi film horor Asia (maaf, film horor Indonesia tidak termasuk di sini) yang terkenal seram. Jadilah sepanjang malam kami habiskan dengan menonton film horor sambil menikmati pizza yang tadi saya belikan. Tapi sepanjang film si Jagoan Kecil menutup matanya sambil mengunyah pizza hahaha.

Ps. Postingan kali ini ditulis saat sedang berada di kamar yang selalu nyaman meskipun agak sedikit berantakan (hehe) dan ditemani Jagoan Kecil yang sudah tertidur pulas, yang tadi merengek minta tidur di kamar saya karena ketakuan. Berarti malam ini saya harus siap-siap ditendang-tendang Jagoan Kecil yang gaya tidurnya parah. Guling sana guling sini!

Wednesday 5 May 2010

Betapa Malunya





Hari ini otak saya sepertinya sedang hang. Bukan sepertinya lagi, tapi memang beneran hang. Banyak hal yang berseliweran dalam pikiran saya. Termasuk SMS Kopi mengenai "rayuan dan keluhan maut" (baiklah Kopi, lo bisa ngakakgulingguling membaca pengakuan gue ini). Tapi, sekali lagi TAPI, SMS Kopi bukanlah, sekali lagi BUKANLAH, faktor utama otak saya menjadi hang. (hehe masih aja ngeles)

Hasilnya? Seharian saya jadi tidak bisa fokus dengan pekerjaan. Berkali-kali saya ketinggalan pembicaraan sewaktu meeting. Dua cangkir kopi saya teguk tapi ternyata tidak berhasil mengembalikan konsentrasi saya. Padahal saya ini orangnya selalu bisa berkonsentrasi. Klimaksnya, saya mengalami kejadian yang sangat sangat sangat memalukan. 

Otak hang, tidak bisa fokus, pikiran melayang ke mana-mana memang bukanlah suatu kondisi yang baik bagi seorang pengemudi. Buktinya saya. Saya melakukan satu hal yang begitu bodoh. Tadi siang giliran saya yang menyetir mobil. Kebetulan bensin sudah hampir habis. Jadinya sebelum cari makan, kami mampir ke pom bensin dulu. Begitu tiba giliran mobil kami, bukannya membuka penutup tangki bensin, tapi saya malah membuka pintu belakang mobil. Dan dasar jiwa saya lagi jauh dari badan, saya malah turun dari mobil dan mengangkat pintu belakang mobil hingga terbuka lebar. 

Ya jelas saja semua orang heran. Lah, ini cewek mo ngisi bensin kok malah pintu mobil yang dibuka lebar-lebar, ya? Ya jelas saja semua orang tertawa terbahak-bahak, termasuk Bu Bos yang tertawa sampai nangis (hiksss) Malunya oh malunya. Cepat-cepat saya buka penutup tangki bensin, menyerahkan uang kepada petugas dan langsung masuk ke dalam mobil lagi. Wajah rasanya panas. Saya tahu muka saya merah padam seperti tomat. Sudah begitu, Bu Bos masih ngakak selama perjalanan menuju restoran. Huuhhhhh... >.< Nggak lagi deh nyetir kalo otak lagi hang.

Tuesday 4 May 2010

8 Hours Driving with Bu Bos

Lagi-lagi tugas ke luar kota. Ya, saya selalu menyambut baik kesempatan untuk tugas ke luar kota. Hitung-hitung sekalian jalan-jalan, meskipun ujung-ujungnya juga waktu saya dihabiskan dengan bekerja. 

Perjalanan kali ini agak sedikit berbeda. Kali ini saya berangkat ke luar kota berdua dengan Bu Bos. Biasanya ada Pak Samin yang jadi sopir. Tapi Pak Samin sedang cuti hamil, eh salah, cuti menghamili (lho?!) Hehehe nggak deng. Pak Samin sedang cuti pulang kampung. Katanya ada kerabatnya yang menikah. Ah, jangan-jangan Pak Saminnya yang mau menikah lagi hehehe. Nah, karena Pak Samin sedang tidak ada, entah kesambet jin apa, Bu Bos mengusulkan agar kami berdua saja yang pergi sambil bergantian nyetir. Dan saya selaku bawahan, mengiyakan saja. 

Kota yang kami tuju berada 8 jam dari tempat kami dengan mobil. Jadilah saya dan Bu Bos bergantian menyetir. Saya yang mendapat tugas menyetir pertama. Selama hampir 2 jam saya menyetir sementara Bu Bos sibuk berceloteh. Inilah yang saya senangi dari Bos saya itu. Beliau selalu enak diajak ngobrol. Sudah begitu, Bu Bos ini termasuk emak-emak gaul. Dia bercerita tentang banyak hal selama perjalanan kami. 

"Nyalain lagu dong, Rae." 

Dengan senang hati saya keluarkan memory card M2 saya dari HP yang dipenuhi lagu dan saya masukkan ke tape mobil. Ini juga salah satu hal yang saya senangi dari Bu Bos. Selera lagunya sama dengan selera lagu saya. Tidak ada jaim-jaimnya juga. Malahan Bu Bos ikutan menyanyi ketika lagunya Michael Buble - Everything mengalun dan menggoyang-goyangkan kepalanya ketika giliran lagunya Madonna - 4 Miles dimainkan. 

Banyak hal yang saya senangi dari bos saya itu. Di kantor beliau selalu bisa menunjukkan wibawanya. Kharismanya mencuat ke mana-mana. Bahkan dari jauh pun saya sudah bisa merasakan pancaran kharismanya (ah lebay amat saya ini hehe). Tapi beneran, loh. Saya suka menciut kalau berpapasan dengan beliau. Beliau selalu mau "merakyat" dengan karyawan lain. Tidak jarang beliau ikutan makan siang bersama dan ujung-ujungnya, pasti beliau yang traktir (jadi malu juga kalau keseringan ditraktir... malu malu mau tapi haha).

Giliran Bu Bos yang menyetir, beliau mulai bercerita seputar pekerjaan dan juga memberikan saya petuah-petuah dalam berkarir. Selain soal pekerjaan, beliau juga menceritakan sedikit tentaang keluarganya. Ya, ada sedikit kabar burung yang beredar di kantor mengenai keluarga Bu Bos. Tapi saya tidak punya urat berani yang cukup panjang untuk menanyakan kebenaran kabar burung tersebut. Biarlah para merpati pos-merpati pos itu menyampaikan kabar. Itu bukan urusan saya. 

"Oya, Rae, saya sudah bilang ke kamu kalau nanti kamu bakalan dipindahkan ke kota lain?"

"Eng, iya sudah, Bu."

"Kamu siap-siap saja ya. Kalau tidak bulan ini, bulan depan kamu pindah."

Saya mengangguk-anggukkan kepala sambil menerka-nerka ke mana saya akan dipindahkan.

"Ehm, Bu, saya bakal dipindahkan ke mana?"

"Belum tahu, Rae."

Seketika saya teringat ada kabar yang beredar di kantor bahwa Bu Bos juga akan pindah. Kali ini saya nekat bertanya.

"Bu, Ibu juga akan dipindahkan?"

"Cepat juga kabarnya beredar." Bu Bos tersenyum simpul. "Iya, Rae."

Ah, kantor akan terasa berbeda kalau tidak ada Bu Bos. Tapi untunglah saya juga akan dipindahkan. 

Tidak terasa hampir 8 jam perjalanan kami. Di depan tampak gapura yang bertuliskan "Selamat Datang", tanda bahwa kami telah tiba di kota tujuan. Sepertinya perjalanan pulang juga akan sama menyenangkan :)

Ps. Postingan kali ini ditulis saat sedang berada di kamar hotel yang tidak terlalu besar tapi terlihat cukup nyaman. On-line dengan menggunakan Telkomsel Flash yang sinyalnya putus-nyambung seperti orang yang lagi pacaran. Baiklah saatnya tidur dan bersiap menghadapi tugas yang seabrek besok. Yuk mari.