Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Saturday, 30 April 2011

Happy birthday to me!!!

!
Ahay, tiba juga hari dimana umur gue sekarang bertambah setahun lagi, artinya tambah tua! Hihihi. Yang penting berjiwa muda, ya gak??? (Maksa deh gue.)

Well, as I expected before, there's nothing really special on my birthday. Eh, ada deng! Jadi kemarin malam tuh Kopi ngasih kejutan buat gue. Kejutannya adalah dia sengaja bikin gue marah beberapa jam sebelum jam 12 teng. Alhasil gue jadi super beteeeeee! Jam 12 teng, dia kirim MMS ke gue yang isinya lagu "Selamat Ulang Tahun" (juga versi Bahasa Inggris-nya) dan yang nyanyi si Kim, cebongnya Kopi dan juga cebong jagoan gue karena mukanya katanya mirip gue. Beneran lho!!! Hehehe. Terus Kopi kirimin gue email berupa rekaman lagu "Selamat Ulang Tahun" yang dia nyanyiin sambil main gitar. Cocweeeeetttt banget deeeehhh! *mwah mwah*

Malamnya udah mulai masuk SMS dari temen-temen gue yang ngucapin selamat. Ada juga yang telepon langsung. Oya, semalam sempet ngobrol bareng Jade dan Pitak (can't come with a better name!), temen dekat gue dari kuliah sampai sekarang. Duhhh kangeeeeennnnnnn, bok! Kangen ngumpul bertujuh lagi, kangen ber-haha-hihi lagi, kangen ngobrol ngalor ngidul dan yang ngerti cuma kita-kita juga, kangen cekakak-cekikik gak jelas di foodcourt lagi (makanya geng-nya dinamakan The Retarded Sisters, huahuahuahua), kangen ngobrol mesum lagi (iyalah!!!! Hahaha). Pokoknya kangen, kangen, kangeeeeennnnnnn!!! Miss my retarded sista!!!!!

Terus cek Facebook, ternyata udah banyak yang ngepost di Wall ngucapin selamat. Everyone is wishing me the best, yay! Jadi kayaknya birthday wish-nya gak perlu dipikir susah-susah deh. Habisan malam-malam sebelumnya gue malah langsung ketiduran bahkan sebelum mikir mau birthday wish-nya apa ya. Hehehe... Anyway, thank you, guys, for wishing me a very happy birthday :D.

(Spa-nya nanti aja deh! Mbak-mbak tukang pijatnya juga gak bakal kemana-mana, hihi. Habisan penuh terus tuh tempat, padahal udah gue booking dari kemaren-kemaren juga. Halah!)

Thursday, 28 April 2011

Birthday Plan?

Q asked me what's my birthday plan? Well, in a few days I'll be turning... errrrr... 20 something :p.

Anyway, karena ditanyain begitu gue jadi mikir apa rencana buat ulang tahun gue. Sebenarnya sih enggak ada rencana sama sekali. There will be no party, no cake, no blowing candles, tapi tetap ada birthday wish-nya.

Tapi barusan gue ngobrol sama nyokap. Nyokap ngajak ke panti asuhan aja untuk merayakan ulang tahun gue. Good idea karena memang udah lama gue pengen ngerayain ulang tahun di panti asuhan.

Belum pasti bisa terlaksana juga sih karena panti asuhan letaknya cukup jauh dan mobil gue masih di bengkel gara-gara kemarin ditabrak dari belakang waktu iring-iringan jenazah ke kuburan. Kalau enggak jadi ke panti asuhan, jadinya gak ngapa-ngapain juga deh. Paling cuma masak mie dan telur dadar.

I'm thinking about having a special treatment for myself on my birthday (or the next day)... a spa maybe? Gue bisa ajak nyokap juga (artinya minta dibayarin, hihihi.) Tapi nyokap gak gitu doyan spa... so maybe I'll go by myself, mumpung tempat spa lumayan deket dari rumah.

Any other idea, ladies? There's still plenty of time to plan on something... like 3 days from now.

As for the birthday wish, masih lagi dipikirin, hihi. Jelas meskipun tidak dirayakan, birthday wish-nya harus tetap ada. So yeah, I might put some thought and even sleep on it.

Tuesday, 26 April 2011

The Past and Memories

Semua orang memiliki masa lalu dan di balik masa lalunya ada kenangan, good or bad. Kopi nulis tentang masa lalunya yang ternyata meninggalkan kenangan yang menyakitkan.

I know exactly what she meant karena Kopi pernah cerita langsung ke gue mengenai masa lalunya itu. Meskipun begitu, waktu gue baca postingannya itu ada berbagai reaksi yang gue rasakan. A bit shocked, a little more sad, doubt, and even jealous.

Gue kaget karena ternyata lukanya jauh lebih besar dan lebih parah dari yang gue bayangkan, bahkan sampai sekarang masih terasa sakit. Gue sedih karena membayangkan Kopi harus merasakan sakit setiap kali masa lalunya kembali lagi. Sempat juga terbersit rasa ragu akan perasaan Kopi terhadap gue. And the last, gue mungkin agak sedikit cemburu.

And then it hit me right away. Suatu hari mungkin akan tiba saatnya gue menjadi masa lalu Kopi dengan cara yang sama yang dulu pernah dia alami. Itu artinya gue akan meninggalkan luka baru untuk Kopi dan jika itu sampai terjadi, gue gak akan pernah berani ketemu dia lagi karena itu hanya akan membuat dia sedih.

Itu juga membuat gue berpikir bahwa Kopi tidak pantas mendapatkan orang yang seperti gue. Maksudnya, kalau pun nanti ujung-ujungnya gue hanya akan meninggalkan luka, gue merasa enggak pantas untuk Kopi. Rasanya masih ada orang lain yang bisa jauh lebih baik dari gue karena Kopi pantas mendapatkan yang terbaik.

Whatever happened in her past, memory of so many years, I know I can never beat that. And even if I could, I wouldn't. I have no right even to try. If I was a healer, I'd heal her wound. But I am not. Itu juga satu hal yang membuat gue sedih. Sampai kapan pun gue tidak akan bisa menyembuhkan lukanya, melainkan hanya Kopi sendiri yang bisa.

Ketika dia tidak lagi mengharapkan masa lalunya untuk tidak kembali lagi agar supaya dia tidak perlu merasakan sakit, itu tandanya lukanya udah sembuh. Meskipun masih ada bekasnya, tapi itu hanya akan menjadi sebuah kenangan yang tidak lagi menyakitkan. Bahkan mungkin yang tersisa hanyalah kenangan-kenangan indah.

You see, Kopi punya masa lalu, begitu juga gue. Bedanya, masa lalu gue tidak akan pernah kembali lagi dan gue pikir itu yang sedikit memudahkan gue untuk move-on. For now, I can only be her present. Dengan segala keterbatasan yang gue miliki, gue berusaha untuk menjadi "masa sekarang"-nya yang terbaik, meskipun mungkin suatu saat nanti gue akan menorehkan luka baru yang bahkan tidak akan pernah bisa gue sembuhkan.

Susahnya, entah karena gue-nya yang bego, semakin gue berusaha menjadi yang terbaik, gue malah sering memperlakukan Kopi sama seperti orang-orang lain dari masa lalunya... I always ended up hurting her. Geeez! 

Ps. I reeeeeeeeeeeeeeaaaaaaaaaaaaaaaaaalllllllyyyyyyyyyyyyyyyyyyy hate PMS!!!

Sunday, 24 April 2011

Easter, Easter, Easter


I know it's Easter time again,
I feel it in the air.
The breath of spring with woodsy tang,
And new life everywhere.
And spring glides on with magic touch
O'er mountain side and glen;
And wakens all the sleeping plants
For Easter time again.

The brooklets leap from rock to rock,
As if in joyful play;
The flowers peep from darkened tombs
To welcome Easter Day.
The birds are swinging on the boughs,
And trill in ecstasy;
They seem to show the world's great joy
Of Easter mystery.

Why should we dread
the thing called death?
It's just an open door,
Where all within is love and peace
And joy forever more.
"Because I live, you too shall live,"
We hear the Savior say.
Let's consecrate our lives anew,
On this glad Easter Day.

Friday, 22 April 2011

Lesbian Life: Behind the Anonymity

Kata orang, selalu ada alasan di balik segala sesuatu. Ketika gue memutuskan untuk melangkah keluar dari lemari dan bertemu secara maya dengan para lesbian yang lain, ada satu hal yang gue pelajari yaitu mengenai masalah identitas.

Saat pertama kali memasuki dunia lesbian dan berkenalan dengan beberapa teman lesbian lainnya, hampir semuanya menggunakan "alias", a.k.a. "identitas palsu". I was like, hmmm okay is it the rule of this world? I always play by the rule meskipun waktu itu gue belum paham betul apa maksudnya.

Seiring berjalannya waktu dan gue juga mulai mendengar dari beberapa teman atau membaca beberapa artikel di Sepoci Kopi mengenai betapa pentingnya untuk menjaga identitas asli, gue pun mulai paham mengapa banyak lesbian yang mati-matian menyembunyikan identitas aslinya.

Sempat gue bertanya-tanya, bagaimana mungkin ada orang yang bisa setega itu untuk mencelakai temannya? Pada hakekatnya, hubungan antara sesama anggota dari sebuah kelompok minoritas seharusnya jauh lebih erat. Tapi yang terjadi pada komunitas lesbian adalah saling sikut, saling mencelakai, saling menusuk satu sama lain.

Is it part of the rule? I guess not.

Ketika akhirnya gue mengalami sendiri sebuah pengalaman buruk yang mungkin pernah terjadi pada beberapa lesbian lainnya, gue jadi semakin paham betul alasan di balik anonymity. Gue tahu bagaimana rasanya menjadi korban dan gue rasa gue tidak akan pernah sanggup melakukan hal yang sama, yang dilakukan terhadap gue, kepada orang lain.

Memang melelahkan harus menggunakan identitas lain saat berinteraksi dengan orang lain. Ada rasa tidak nyaman (pada awalnya) ketika harus menyamarkan identitas yang sebenarnya. Ada kebingungan yang membikin kepala mumet ketika harus memutar otak menciptakan sebuah identitas baru, apalagi ketika harus menjawab pertanyaan-pertanyaan standar saat berkenalan; "kamu anak mana?", "umur berapa?", "tinggal di mana?", "kerjanya di mana?", dan bla bla bla. Iya, bingung mau jawab apa???

Tapi segala sesuatunya juga memiliki sisi baik. Look at the bright sight. Using an alias and hiding behind the anonymity brings a little advantage for me. Gue bisa dengan leluasa menuliskan segala sesuatu yang mengganggu pikiran gue, menuliskan perasaan gue, atau menuliskan tentang kejadian yang gue alami tanpa harus khawatir dikenali orang yang ternyata gue kenal. Well, was-was sih sebenarnya tetap ada. Jadi yang menjadi keuntungan utama di sini adalah rasa bebas untuk mengungkapkan segala sesuatunya, meskipun harus tetap berhati-hati.

Sebagai lesbian, identitas asli itu lebih dari sekedar "ah, yang penting keluarga gue udah tahu kalau gue lesbian, so nothing to worry about." As a matter of fact, it is more than that, apalagi bagi lesbian yang masih "in the closet". Gue sudah pernah menjadi korban dan gue tahu gimana rasanya. Rasanya tuh gak enak banget... jadi tidak nyaman.

Setidaknya setiap orang seyogyanya memperlakukan orang lain sebagaimana dia ingin diperlakukan oleh orang lain, kan? Jika ingin dihormati dan dihargai orang lain, maka sudah sepantasnya menghormati dan menghargai orang lain.

Sudah sepantasnya juga masing-masing individu berusaha untuk menciptakan rasa aman dan saling melindungi terhadap satu sama lain. Kalau masih terus-terusan ada korban, jangan heran kalau gue menjadi lesbian yang "lesbianphobic". So sad...

Ps. Happy Good Friday!

Thursday, 21 April 2011

Blame it On the Rain

Ups, mohon maaf bagi para pembaca setia yang dengan sabar menanti-nanti tulisan terbaru (sok tenar deh gue!) Maklum, banyak hal yang harus dikerjakan setelah sembuh dari flu yang menyebalkan itu. So, here's the latest news from me.

Setelah sembuh, gue kembali kerja seperti biasanya. Gue boleh aja istirahat di rumah dan waktu seolah berhenti selama hampir satu minggu, tapi ternyata yang namanya kerjaan itu terus bertambah dan bertambah, menumpuk dan menumpuk, menunggu gue sembuh untuk segera diselesaikan. But it was nothing that I can't handle and here I am, getting the pace back. 

Satu minggu setelah sembuh, di tengah malam buta sekitar jam 2 dini hari, nyokap mendapat kabar bahwa salah satu ii gue, yang menderita kanker payudara, sudah sekarat. Jadilah gue, nyokap, kuku, dan 2 adik gue langsung menuju ke rumah sakit. 

Setibanya di RS, ternyata semua keluarga sudah berkumpul, kecuali salah satu kakak ii gue yang sedang dalam perjalanan. Ii gue benar-benar terlihat jauh lebih parah dari sebelum-sebelumnya. She was dying dengan napas yang tersendat-sendat dan tubuh yang sudah sedingin es. Ii sempat menatap semua orang yang hadir satu per satu, sebelum kemudian menutup matanya. Begitu kakaknya tiba, tutup oksigen di hidungnya dicopot dan akhirnya ii gue menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir kalinya.

Actually, it was terrifying to see such thing. I mean, melihat bagaimana seseorang mendekati ajalnya. Seriously, sampai sekarang gue masih terbayang-bayang dan membuat gue jadi ketakutan sendiri. Tapi begitulah yang namanya kehidupan pasti akan tiba akhirnya. Tuhan yang memberi, maka Tuhan yang mengambil. Hanya saja gue masih belum bisa membayangkan kalau gue yang mengalaminya. Aduh, belum sanggup...

Anyway, semua orang merasa terpukul dengan kepergian ii gue. Semua orang merasa sedih sekaligus tidak percaya kalau ii gue harus pergi begitu cepat di usia yang masih sangat muda, 45 tahun. Apalagi ii gue baru menikah setahun yang lalu dan belum lama merasakan kebahagian dan menikmati kehidupan yang bisa dibilang berlebihan secara finansial. Dan yang paling menyedihkan adalah ii gue menjadi satu-satunya harapan untuk kedua orang tuanya. 

Semua orang merasa kehilangan; orang tuanya kehilangan seorang anak yang berbakti, saudara-saudaranya kehilangan adik/kakak, keponakan-keponakannya kehilangan ii. Gue sendiri merasa kehilangan seorang ii yang pandai mendongeng. Tapi itulah kenyataan yang harus diterima semua orang... kehilangan. 

Sayangnya, tidak semuanya bisa menerima kenyataan, tetapi malah menyalahkan suaminya sebagai penyebab kematian. It is sad membayangkan ii gue baru meninggal dan sekarang saudara-saudaranya udah pada berantem dengan suaminya. Padahal itu bukan salah siapa-siapa. Yang namanya ajal pasti tetap akan datang.

Terkadang memang lebih mudah menyalahkan orang lain atau menyalahkan sesuatu daripada menerima kenyataan, saat apa yang terjadi justru di luar ekspektasi, di luar rencana. Ketika segala sesuatu berjalan tidak sesuai keinginan, lebih mudah menyalahkan orang lain atau sesuatu daripada mengintrospeksi diri dengan bercermin pada hasil yang diperoleh. 

Yang terjadi pada keluarga ii gue hanyalah satu contoh yang memang agak sedikit ekstrim. Tapi yang ingin gue bilang di sini adalah seperti itulah manusia, yang lebih senang mencari alasan dan selalu melakukan yang termudah saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Memang tidak semua orang yang seperti itu, tapi tidak sedikit juga orang yang seperti itu. 

Melihat apa yang terjadi dengan keluarga ii gue, gue mikir, kenapa kok ya bisa gitu? Kenapa orang lebih mudah menyalahkan orang lain atau menyalahkan sesuatu? Berapa ratus kali pun gue berpikir, tetap gak ada jawabnya. Mungkin karena memang udah dari sananya seperti itu. 

Seperti yang pernah gue bilang, menghadapi dan menerima kenyataan memang tidak pernah mudah bagi setiap orang. Ada yang sanggup tapi ada juga yang tidak sanggup dan memilih untuk melakukan hal yang termudah, yaitu menyalahkan. And it's such a shame mengetahui bahwa gue termasuk orang yang lebih senang menyalahkan... always blame it on the rain. 

Friday, 15 April 2011

Sick

I. Officially. Hate. Flu! Oh, and the virus as well. You know, spinning head, throwing ups, running nose, tickly cough, hot body temperature, aching body, and I sound funny everytime I speak. That is sooooooooooooooooooo not sexy!!!

Ughhh.... pengennya sembunyi terus dibalik selimut. Udah hampir seminggu dan gue masih belum baikan. Bener-bener nyebelin banget... hikh. Ditambah lagi dengan hidung gue yang merah, bikin gue jadi kelihatan seperti Rudolf the Red Nose Reindeer. Bah!

Satu hal yang gue enggak suka adalah ketika sakit gue jadi emosional banget. Nonton chick flicks pasti ikutan nangis. Denger lagunya T-Ara yang Time To Love atau Koe-nya Greeeen, pasti bawaannya mewek. Atau Kopi berulah sedikit, gue pasti langsung sebel. Jadi labil deh gue. Makanya kalau lagi sakit, mendingan gue sendirian daripada nanti terjadi perang dunia ketiga.

Anyway, semalam gue nonton Les Filles du Botaniste (The Chinese Botanist's Daughter) untuk yang kesekian kalinya. Dan karena lagi sakit, gue jadi nangis sendiri lihat adegan Li Ming dan An yang bakalan dihukum mati. Padahal sih ya, kalau lagi sehat dan gue nonton filmnya, bikin gue mengerutkan alis. Iyalah, masa juga bokapnya An meninggal karena "penyakit" yang diderita Li Ming dan An, yaitu homoseksual. Dan ujung-ujungnya mereka berdua dihukum mati karena "mumbunuh" bokap An.

Kalau dipikir-pikir, ternyata banyak juga film-film dengan tema homoseksual yang justru "menyudutkan" kaum homoseksual sendiri. Good thing sekarang udah ada Glee. Speaking of Glee, gue udah kasih lanjutan Glee season 2 ke Bontot. So, let's see apa kata dia setelah melihat adegan Kurt dan Blaine. LOL...

Pesan sponsor kali ini, jagalah kesehatan (halah!!!)

Wednesday, 6 April 2011

Just not meant to be together

How many of you have found the "Right One"? How many, among them, is now being together? I think it's clear, as it stated on the picture, that some people are meant to fall in love with each other, but not meant to be together. And it applies both for straight and gay people.

When you have finally found the right person, there are two possibilities: [1] you two will be together or [2] you will remain separated even if you're falling in love with each other. The possibility number 2 could happen for so many different reasons.

A friend of mine has fallen for a number of girls. Every time she texts me, she mentions a different name that I can't even keep track of their names and even get confused with each girls. Lately, she finally found a girl and has been talking about her for quite some time now. Seems like they both are in love with each other, except the "Right Girl" is considered not gay. That's why they just can't be lovers because she doesn't want to be gay.

Even though we could come up with an opinion that if you are falling in love with someone, sexuality doesn't matter. If you're falling in love, you're falling in love. Label isn't something that has to be sticked to every individual; John Doe #1 is gay, John Doe #2 is straight, Jane Doe #3 is lesbian, and so on. And that's it... so simple... the simplicity of two people falling in love.

You see, how easy it is to meet someone and fall in love with him/her. You fall in love and you want to be with the person you love. The hardest part of it is to deal with the fact that you can't be with him/her for any different reason. Either you're a non-believer in coincidence or fate, there'll be always a reason that two people in love are not meant to be together.

Everyone may have vary reactions; sad, depressed, still hoping, angry, frustrated, etc. Whatever you're feeling, you consider yourself unhappy. And then it starts to crush your life, you feel numb, emotional, dysfunction, and even self-destructive.

It is okay to react as what you're feeling. They say love is pain, actually, and it is fine to feel it... feel the pain. It's okay to mourn over your dead-end-love, you can cry out loud, you can be sad all week long... (I know for some people, it can last for a very long time)... you can do whatever you want. It shows how much love you have for him/her. I think he/she is lucky to be deep-loved by someone like you.

The important thing is that you have to finally find your own happiness. It's crystal clear that the love you have makes you unhappy... and you don't deserve such thing for loving someone like that. Just remember that you, with your sweet heart, deserve better. And to do so, you need to make a peace with yourself. I'm not saying that it is as easy as a piece of cake. Dealing with the fact is never easy for everyone.

Always remember that life must go on, and if he/she can make piece with it, you definitely can, too. As they say, happiness is like a perfume, you cannot pour on others without getting a few drops on yourself. Once again I tell you that you deserve a better life and happiness. If you have finally deal with it, I salute you for doing so. Cheers!

Sunday, 3 April 2011

Born This Way

Duluuuuuuu banget, pertama kalinya gue mengakui pada diri sendiri bahwa gue lesbian, gue enggak kpernah kepikiran untuk mencari tahu lebih jauh tenang lesbian. All I knew I was in love with a girl. Iya, gue bingung waktu itu. Sangat bingung. Tapi gue memutuskan untuk terus menjalani sampai gue mulai memahami diri gue sendiri. Dengan kata lain, gue tidak cuma hidup dalam lemari, tapi juga hidup dalam dunia gue sendiri.

Setelah menjanda selama beberapa waktu, atas dorongan Nut yang tak pernah lelah ngojok-ngojokin gue supaya menggugel segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia lesbian, akhirnya gue baru berani mencari tahu. 

Percobaan pertama, gue ketemu lesbian-lesbian bule yang hobinya sex chat melulu. Baru juga pertama kali chat, gue udah dikirim foto-foto aneh bin ajaib. Padahal gue minta juga enggak sih. Lah, gue jadi semakin bingung. Ini apaaaaaannn????? Tapi yaaaa... gue sih seneng-seneng aja dikirimin foto-foto, hihihi... Giliran mereka minta foto gue, gue langsung kabur dan delete mereka dari list. Yang penting gue udah lihat foto mereka. Hahaha...

Gue bilang sama Nut perihal yang gue alami, tapi dengan seenak udelnya dia bilang, "yaudah dilayanin aja itu yang ngajak sex chat." Benar-benar kurang ajaaaaarrrrr. Tapi eh tapi, akhirnya gue malah penasaran sendiri hahahaha. And then I did it. Yes, I did it! One time! LOL. Waktu itu gue ketik aja apa yang nyantol di kepala gue. Si bule cam-nya on jadi gue bisa lihat dia, sementara gue ogah nyalain cam. Si bule udah horny kambing kali ya, makanya gak membantah waktu gue bilang gue gak punya cam, padahal sih punya. Finally she had orgasm (padahal juga gue ngetik sembarang kata hahaha)... and then she left. Yes, she left! She left me dengan keadaan bingung plus seperempat horny. Asyeeeeeeeeemmmmmmmmmmmmm kambiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnngggggggggg!!!!! 

Gue nyerah dan bilang sama Nut gue kapok begaol sama mereka. Tapi bukan Nut namanya kalau patah semangat. Setelah beberapa waktu kemudian, dia akhirnya mengenalkan gue website Seopci Kopi. Katanya yang ini lain dari yang lain dan berisi. Well, turn out she was right. Gue mulai berani melongok ke dunia luar, dunia lesbian, dan gue mulai mendapat beberapa teman. Some of them turned to be a good friend of mine :).

Maka tanpa ragu gue mencoba sekali lagi untuk lebih memperluas jaringan (halah!) Pada percobaan kedua untungnya tidak se-ekstrim percobaan pertama. Gue temenan di FB dengan beberapa lesbian dari negeri sendiri. Satu kali gue ngobrol dengan seorang perempuan. Lebih tepatnya dia yang ngobrol sementara gue cuma membaca pesan chat-nya. 
Kamu umurnya berapa? (Mau tahuuuuuuu aja)
Pasti lebih tua dari aku ya? (Sok muda deh lo)
Aku suka cewek yang lebih tua dari aku lho. (So what geto lho???)
Soalnya aku lebih suka didominasi. (Huh?)
Kamu udah kerja ya? (He-eh)
Aku juga suka sama cewek yang udah mapan. (Dasar matre!)
Enak ya, di Jakarta komunitas lesbiannya lebih oke. (Maksud lo???)
Life style mereka juga seru. (What life style???)
Makanya aku suka jadi lesbian di Jakarta. (Apa siiiihhh???)  
Pada intinya, setelah gue akhirnya berani melangkahkan kaki keluar dari persembunyian, gue baru tahu kalau ternyata ada yang namanya life style untuk menjadi lesbian karena ke-gloamour-annya. Well, I don't wanna judge, I only see what I see and I don't give a damn about it. Yang gue tahu, gue udah dari sononya begini. Seandainya mitos jari itu benar, maka gue termasuk lesbian tulen karena kedua jari manis gue lebih panjang dari jari telunjuk gue. Hihihi...

Ada banyak pendapat, argumentasi, bahkan penelitian tentang kaum LGBT. I say people can stick with their opinions while I'd prefer to believe what I am and who I am. If you're gay, you're born gay. And that's it. That's the end of the discussion. 

BTW, ada sebuah blog yang namanya "Born This Way". Di situ orang-orang bisa mengirimkan sebuah tulisan singkat tentang dirinya disertai sebuah foto semasa kecil yang bisa menunjukkan kalau mereka dari kecil juga udah menunjukkan tanda-tanda ke-gay-an mereka. Like the blog title says, we're born this way.

So, dare enough to submit a story, ladies? ;)

Friday, 1 April 2011

Life is a Roller Coaster

Kata orang, hidup itu seperti menaiki wahana roller coaster. Ada juga yang bilang bahwa hidup itu seperti menaiki wahana bianglala. Roller coaster dan bianglala. Dua wahana yang jauh berbeda jika dilihat dari segi kecepatan dan pergerakan wahana itu sendiri.

Roller coaster akan membawa kita naik turun dan meliuk-liuk di rel dengan kecepatan yang tinggi dan membuat jantung berdebar kencang. Benar-benar sebuah wahana yang memacu adrenalin.

Berbeda dengan roller coaster, bianglala gerakannya jauh lebih lambat dan hanya akan membawa kita berputar dari bawah, naik ke atas, lalu turun lagi. Dan selama menaiki wahana biangalala ini, kita bisa menikmati pemandangan yang begitu indah dari atas.

Benar-benar dua wahana yang berbeda jauh bukan? Namun, sadarkah kamu bahwa kedua wahana tersebut juga memiliki sebuah kesamaan? Yup, keduanya sama-sama berputar, beranjak dari bawah, terus naik hingga ke puncak, lalu turun lagi.

Sama halnya dengan hidup yang terus berputar seperti roda. Ada saatnya kita berada di bawah, namun akan datang juga saatnya kita berada di atas. Ada yang hidupnya berputar cepat seperti roller coaster, tapi ada juga yang hidupnya berputar perlahan seperti bianglala.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, hidup gue terasa berputar begitu cepat seolah gue sedang menaiki roller coaster. Di satu saat gue berada di bawah, lalu mulai beranjak naik secara perlahan hingga akhirnya gue berada di puncak dan meluncur ke bawah lagi dengan kecepatan tinggi, yang jelas saja memacu adrenalin.

Saking cepatnya hidup gue berputar, gue tidak sempat lagi menikmatinya. Sekarang, saat gue menilik kembali hidup gue selama beberapa waktu belakangan ini, gue seperti melihat kehidupan seorang yang asing dan bukan kehidupan gue.

Semuanya berjalan begitu cepat seolah gue mati rasa dan gue seperti kehilangan arah dan tujuan. Yang ada di pikiran gue hanyalah begitu gue tengah terpuruk, gue harus segera mencari solusi dan menyelesaikan masalah secepatnya agar gue bisa kembali lagi ke puncak. Namun, dengan cepat juga hidup gue beranjak turun lagi. Begitu seterusnya.

Well, maybe it's time to slow things down, or else I'll go insane. Mungkin juga sudah saatnya gue menemukan kembali arah dan tujuan hidup gue. Hidup gue bisa saja terus berputar cepat secepat roller coaster, hanya saja kali ini gue ingin menikmatinya.

Seperti kata orang, "life is a roller coaster you can either scream every time you hit the bump or you can throw your hands up and enjoy it." Definitely I'd go for the second choice.