Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Friday 11 February 2011

Lesbian Life: From a Secret to Many Lies

Menjalani hidup sebagai seorang "lesbian in the closet", gue baru menyadari satu hal bahwa gue akan terus menyimpan rahasia mengenai orientasi seksual gue selama gue belum memutuskan untuk coming out, terutama kepada keluarga dan teman-teman dekat lainnya yang memang belum tahu dan (kemungkinan besar) tidak akan pernah tahu. Dan karena gue sendiri tidak berniat untuk coming out, setidaknya kepada orang-orang yang gue rasa tidak akan bisa menerima (gue tahu karena gue cukup dekat dengan mereka), so I'm gonna keep the secret to the grave.

Gue rasa banyak teman-teman lesbian lainnya yang juga membuat keputusan yang sama, yaitu stay in the closet, dengan berbagai macam pertimbangan serta dengan konsekuensi yang harus ditanggung masing-masing. Ketika memutuskan untuk tetap stay in the closet, mungkin untuk sementara ataupun untuk selamanya, salah satu konsekuensi yang harus dijalani adalah "berbohong". Entah itu termasuk white lie atau black lie (emangnya ada ya term yang terakhir itu???), yang jelas mau tidak mau tetap harus berbohong demi menutupi rahasia seumur hidup itu.

Misalnya jika ditanyakan:
"Udah punya pacar belum?" - "Belum", padahal punya tapi perempuan. 
"SMS-an sama siapa sih, kok girang gitu bawaannya? Pacar yaaaaa?" - "Ah, bukan. Cuma temen, kok." Tahunya lagi SMS-an sama potential partner atau malah sama partner
"Pacarnya orang mana? Kerjaannya apa? Cakep nggak? Umurnya berapa? Siapa namanya?" - "Orang Surabaya, karyawan bank, lumayanlah buat dipamerin di arisan, umur 25, namanya Joko." 
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang cukup berbahaya bahkan bisa sangat mendesak, yang tentunya harus dijawab dengan satu atau dua kebohongan, mulai dari bohong kecil-kecilan hingga bohong besar-besaran.

They say "lies don't need water to grow." Maka dengan sendirinya kebohongan itu akan terus berlanjut dan tumbuh semakin banyak, dari satu kebohongan menuju kebohongan lainnya, seperti lingkaran yang tak pernah putus, hingga akhirnya membuat kita terdesak dan dengan terpaksa harus mengambil sebuah tindakan yang ekstrim. What a tough life we're living for a secret. 

2 comments:

Stefanie said...

Agree with u rae

Anonymous said...

yah, begitulah rae..hehehe