Sejak saat itu gue jadi hobi beli underwear. Bentar-bentar pasti berburu underwear. Tiap ke Centro pasti ngiderin underwear section. Untung aja merk favorit gue sering diskon. Tapi yaaa, meskipun udah diskon juga harganya masih mencekik dan tangan gue selalu gemeteran setiap kali menyerahkan kartu kredit ke kasir. Tapi tetep enggak ada ruginya karena kalau beli yang murahan, disikat dikit langsung bolong dan karetnya gampang longgar.
Terus, kalau beli underwear gue maunya sepasang, celana dalam dan bra. Kalau diskonnya terpisah, gue ogah beli meskipun gue udah naksir berat dengan modelnya. Dan gue ngotot harus beli sepasang. Teman gue pernah berkomentar "buat apa??? Lagian siapa yang liat juga???" Ih, gak tahu aja dia... heheheh. Lagian kalau pake yang enggak sepasang rasanya ada yang mengganjal buat gue, seperti setengah jiwa gue mati kutu. Doesn't it seem OCD to you? Yeah, whatever hehe.
Begini ya, "kegilaan" gue mengoleksi underwear karena ada alasan tersendiri juga. Coba bayangkan di saat-saat tertentu yang mengharuskan untuk buka baju, misalnya ke dokter, dan daleman pada buluk. Memalukan banget gak sih? Kata Mama dulu "lo tuh kalo pake daleman jangan yang bulukan. Kalo kenapa-kenapa di jalan kan bikin malu kalo orang lihat daleman buluk lo." Nah, ternyata Mama lebih khawatir dengan underwear gue daripada gue-nya. Dan lagi, memberikan keuntungan tersendiri pakai underwear yang bagus dan seksi untuk urusan you know what I mean. Hihihi.
Ps. kenapa gue jadi ngomongin underwear??? Hmm... mungkin ini sebagai penanda bahwa gue harus berburu underwear. Segera.