Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Saturday 12 March 2011

Living in Dorm (Part 3)

Yup, here's the third and last part of my story living in dorm. 

Tahun Ketiga

Tahun ketiga artinya gue memasuki kelas 3 SMP. This time I got back to the dorm as a low profile dweller. Heheh... Lagipula, gue udah puas berhura-hura di tahun kedua, and it didn't really fit me. You know... being a bad girl and a rebel. It just didn't feel right :).

Reputasi yang gue peroleh di tahun kedua masih tetap menempel meskipun gue tidak lagi mejabat sebagai ketua, karena biasanya anak kelas 3 tidak lagi menjabat sebagai petinggi karena harus fokus dengan ujian akhir. Tapi gue tetap menjaga aliansi gue dengan para (troubled) senior, just in case something happen. Dengan begitu, gue masih tetap ditakuti oleh adik-adik kelas, apalagi oleh para junior yang baru masuk. Makanya gue menjadi andalan mereka untuk minta perlindungan.

Tahun ketiga menjadi tahun yang penting buat gue, bukan hanya karena gue harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian akhir tapi juga karena di tahun ini gue mulai menyadari sesuatu. I begin to feel that there's something different with me. Dan karena gue tidak lagi sibuk dengan urusan mencari ketenaran dan messing around, serta sibuk dengan tugas sebagai ketua, gue jadi punya sedikit waktu untuk memikirkan: why do I have crush on girls??? Bukan hanya tertarik dengan satu perempuan, si senior dengan tatapan sadis, tapi dengan dua perempuan. Satunya lagi adalah penghuni baru, anak SMP, yang pendiam dan pemalu banget dsehingga menjadi bual-bualan anak kelas 2 yang, seperti gue dulu, sok keren dan sok jago. She was under my protection and ever since no one dare to touch her.

Satu-satunya hiburan di asrama yaitu musik. Gue tumbuh bersama lagu-lagunya Britney Spears, M2M, Backstreet Boys, Boyzone, Shania Twain, yang diputar di walkman yang harus disembunyikan dari suster kepala karena memang dilarang membawa alat elektronik. That time, I was crazy about Britney and even dreaming about dating her, while the other girls were crazy and dreaming about dating Nick Carter or Ronan Keating. Saat itulah gue sadar bahwa ada yang salah dengan diri gue.

Waktu itu gue masih terlalu polos untuk mengerti apa yang sebenarnya gue rasakan, meskipun semakin hari gue merasa semakin tertarik dengan si senior dan adik kelas gue. Mungkin kata yang lebih tepat untuk menggambarkan perasaan gue saat itu adalah: bingung. Iya, gue bingung. Kok bisa gitu sih? Dan di tengah kebingungan, I found out that I sometime staring at the other girls in the bath. And I mean stare "stare". Pervert banget gak sih? Hihihi. Well, I was just exploring *ngeyel* =P.

Ketika itu gue masih belum memasuki tahap di mana gue ketakutan karena gue sendiri masih belum paham apa yang sebenarnya terjadi dengan diri gue. Masa itu baru terjadi ketika gue kuliah. Makanya dibilang gue telat meletek. Asem. Saat itu gue cuma menikmati aja kebingungan gue itu, sementara gue jadi semakin dekat dengan senior bertatapan sadis itu karena sebuah pertanyaan bodoh yang gue lontarkan: "nipple apaan sih?" Maklum, vocab Bahasa Inggris gue dulu itu cuma sebatas 'yes' dan 'no'. Now that I'm thinking about it, why the hell did she talk about nipple with other girls in bedroom??? Hmmm...

All in all, I didn't put so much thought on my confusion karena pikiran gue seringkali teralihkan dengan ujian akhir serta beberapa kejadian yang menggemparkan seluruh penghuni asrama.

Di pertengahan tahun, ada seorang penghuni yang sering sakit-sakitan, sering pingsan juga. Pernah sekali dia pingsan di depan kamar mandi dan untungnya gue lagi berdiri tepat di belakang dia. Akhirnya teman gue itu meninggal dunia. Tentu saja seluruh penghuni dibuat geger karenanya. Malam hari tidak ada seorang pun yang berani tidur sendirian. Semua maunya tidur berdua atau tempat tidurnya didempetin. Mana ditambah lagi katanya tempat tidurnya teman gue itu spooky. Sejak saat itu gak ada lagi yang berani ke kamar mandi sendirian.

Kejadian lainnya yang bisa gue ingat dengan jelas, yang terjadi tiga hari setelah kematian teman gue itu adalah "nangis masal". Waktu itu, tiba-tiba beberapa penghuni nangis saat lagi jam belajar. Enggak tahu kenapa mereka nangis, tapi kejadiannya tiba-tiba aja gitu. Tahu-tahu sebagian penghuni yang lain jadi ikutan nangis. Nah lho, apa pula yang terjadi ini? Konon katanya itu ulah salah seorang penghuni asrama yang berasal dari daerah yang terkenal dengan ilmu perdukunannya (look how stereotype people can be), yang katanya memang lagi ada masalah dengan suster kepala. Cukup menghebohkan sehingga melibatkan doa bersama dengan para suster di biara.

Tahun ketiga merupakan tahun terakhir gue di asrama. Well, sebenarnya bagi seluruh penghuni juga karena di akhir tahun ajaran pihak yayasan memutuskan untuk melakukan pemugaran. Makanya semuanya diusir dulu, hihihi. Lagian itu bagunan memang gak layak tinggal juga. Semuanya serba angker di dalam sana.

Di akhir tahun gue lulus ujian. Hari itu juga gue langsung packing barang-barang dan meninggalkan asrama dengan banyak kenangan yang kalau gue ingat-ingat sekarang, bisa membuat senyum-senyum geli. Di sana gue bisa bertemu banyak teman sekaligus musuh juga. Di sana gue menemukan "my first crush" dan jelas menjadi tempat dimana gue menyadari awal dari orientasi seksual gue.

Last but not least, asrama memberikan gue sebuah pelajaran untuk bisa bertahan hidup dalam kesendirian. Gue bisa jadi lebih mandiri dan belajar banyak mengenai tanggung jawab terhadap banyak hal, terutama terhadap kepercayaan yang diberikan oleh orang tua. Itu sebabnya kenekatan gue untuk terus merantau bahkan ke tempat yang semakin jauh dari rumah justru malah disetujui. Dan karena tinggal di asrama, gue jadi memiliki sebuah kenangan masa muda yang indah :).

The End.


Ps. I decided to just write a proper story. Artinya, kisah-kisah yang gue tulis hanyalah kisah yang menurut gue layak untuk dipublikasikan demi menjaga privasi orang-orang yang terlibat dalam cerita gue. So, no cerita "ehem-ehem". Hihihi... ;)

3 comments:

nn said...

Pokoknya lo hrs crt sm gw yg gak lo tulis. Harus hehe

Marisa Roti said...

kerrrrreeeennnn!! aku juga pengen tinggal di asrama! seru amat ngerasain brantem kayak kucing, aliansi sama senior, manjat pager buat nonton...

aduh ci rae mengalami angan-angan yang gak pernah aku alamin loh!!! keren!

The Insider said...

yg ehem ehem kase tau gw lewat apa keq ci...pokoknya kase taulah.. #maksa hehehe...