Selama beberapa tahun sebelumnya, anggota keluarga gue terpencar di mana-mana. Gue di daerah ini, bokap di daerah itu, nyokap di daerah sana, kedua adik gue di daerah situ. Semuanya mencar dan hidup terpisah karena tuntutan kerjaan bagi bokap dan nyokap gue serta tuntutan sekolah untuk gue dan adik-adik gue. Baru bisa ngumpul saat liburan Natal dan Tahun Baru aja, yang artinya cuma sekali dalam setahun.
Sekarang semuanya sudah kembali ke rumah. Bokap baru saja pensiun dini dan kembali pulang, gue udah selesai kuliah dan kerja dan akhirnya dipanggil pulang, adik gue yang pertama juga udah selesai kuliah dan pulang lagi, sementara si bontot juga meskipun nge-kost di daerah yang dekat dengan sekolahnya tapi masih bisa pulang saat weekend. Jadinya sekarang lengkap sudah penghuni rumah di sini.
Keluarga gue mungkin bukanlah sebuah keluarga yang sempurna. Mungkin orang lain melihat keluarga gue sebagai sebuah keluarga yang patut diteladani dan yang mungkin saja bisa membuat iri orang lain dengan banyak hal yang dimiliki oleh keluarga gue. Mungkin seperti itu dikarenakan juga sosok bokap dan nyokap gue yang banyak dikenal orang dengan reputasi yang cukup baik.
Bagi orang lain, mereka menginginkan sebuah keluarga yang seperti keluarga gue. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau, bukan? Namun pada dasarnya, keluarga gue juga sama seperti keluarga yang lain. Keluarga gue juga memiliki permasalahannya sendiri yang mungkin akan mengejutkan orang-orang yang mengira bahwa keluarga gue adalah sebuah keluarga yang sempunra. Tapi dibalik ketidaksempurnaan keluarga gue, sebisa mungkin anggotanya menghabiskan waktu bersama di setiap kesempatan.
Itu yang gue pikirkan beberapa tahun sebelumnya saat gue masih berada di perantauan. Dan itu yang membuat gue selalu tidak sabar menunggu Natal dan Tahun Baru tiba. Tapi nampaknya ada yang berubah selama hampir satu tahun belakangan ini. Gue merasa ada sesuatu yang hilang...
Sekolah Bontot diliburkan karena masa UAN, jadinya dia pulang ke rumah selama 2 minggu ini. Artinya, gue harus berbagi kamar dengan dia. Minggu pertama liburan sudah lewat dan memasuki minggu kedua, Bontot udah teriak bosan. Entah bosan karena keadaan rumah atau karena kurangnya hiburan di kota gue yang agak terpencil ini. Tapi gue rasa karena kedua alasan tersebut.
Bertahun-tahun yang lalu gue juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Bontot. Saat hari-hari pertama tiba di rumah, rasanya exciting banget sekaligus bisa melepas rindu dengan anggota keluarga yang lain. Tapi lama kelamaan mulai merasa bosan dan bahkan kangen dengan kamar kost gue yang meskipun mungil tapi terasa nyaman. Seolah-olah gue memiliki dua rumah; rumah keluarga gue dan kamar kost gue.
Saat Bontot berteriak bosan, gue seperti tersadarkan bahwa gue juga belakangan ini mulai merasa bosan di rumah. Sama seperti Bontot, alasan gue juga bisa jadi karena keadaan rumah dan kurangnya hiburan. Kalau dulu gue masih bisa kembali ke rumah kedua gue, tapi tidak dengan sekarang. Dan meskipun gue dikelilingi oleh keluarga gue, gue tetap masih merasa ada sesuatu yang hilang... sesuatu yang sulit dijelaskan.
Nut dan Kopi pernah bilang itu karena gue masih beradaptasi dengan lingkungan dan karena gue belum tinggal bareng keluarga. Katanya nanti juga perasaan itu akan hilang dengan sendirinya dan gue akan bisa menikmati kehidupan yang dekat dengan keluarga gue. Well, gue berharap mereka benar. Semoga ini hanya perasaan sesaat yang tidak perlu gue khawatirkan, yang nantinya akan hilang dengan sendirinya. Semoga saja...