PING!!!
PING!!!
PING!!!
PING!!!
PING!!!
BB gue bergetar-getar. Owalah, siapa pula ini yang nge-PING gue di siang bolong nan panas begini? Ternyata teman-yang-kebelet-ingin-menikah itu.
"Rae, kok gak dateng di nikahannya Di?"
"Waduh, ada halangan. Mana tiket pesawat mahalnya mencekik gitu."
Jadi ada lagi seorang teman kuliah kami yang baru saja menikah tanggal 19 November kemarin. Dan seperti biasa, jika ada teman yang menikah, kepanikan teman gue ini naik satu tingkat. Tapi karena yang menikah kemarin itu usianya lebih muda, kepanikannya jadi berlipat ganda.
Tadinya gue heran. Kenapa juga dia harus panik setiap kali ada yang menikah? Sampai akhirnya gue tanya langsung dan jawabannya: "ya iyalah panik. Semakin banyak yang menikah, semakin berkurang stok laki-laki untuk dijadikan suami." Dan gue cuma garuk-garuk kepala yang tidak kutuan mendengar jawabannya.
"Aduh, gimana dong gue, Rae?"
Ah, kali ini gue punya jurus. Gue ikuti saran Mas Bedjo di komentar postingan yang lalu. Maka dengan bijak gue berujar, "pasti nanti ada jodoh buat lo. Yang perlu lo lakukan sekarang adalah membuka hati. Nanti pasti ada yang nyantol."
"Yaelah Rae, Rae. Hati gue udah terbuka lebar-lebar. Masalahnya, gue udah nyantol, eh, yang dicantolin malah gak punya perasaan apa-apa sama gue."
Gue kehabisan jurus.
Gue mati gaya.
Mau tidak mau, gue jadi ikutan mikir. Apa sih sebenarnya masalah teman gue itu? Kenapa tidak ada laki-laki yang mau dengannya? Beneran deh, teman gue itu tipe isteri yang ideal, lho.
Kalau yang gue dengar dari teman yang lain, katanya waktu masih sekolah dulu, teman gue ini orangnya minderan, tidak PD, sinis, negative thinking, selalu mikir ada yang salah dengan dirinya. Eh, ini gue dengarnya dari teman dekatnya dari kecil teman gue ini lho. Dan di-iya-kan oleh seluruh teman-teman geng-nya yang lain. Jadi sumbernya terpercaya, dan gue tidak asal ngomong.
Dibandingkan dengan yang dulu, dia yang sekarang ini jauh, jauh lebih menarik. Maksudnya sekarang penampilannya berubah 180 derajat. Jadi lebih modis, lebih percaya diri, lebih luwes dalam bergaul. Jalan bareng dia, dikit-dikit berhenti karena dia disapa orang. Ini juga menurut kesaksian teman-teman geng-nya.
Gue pernah mengajukan sebuah teori. Teman gue ini sekarang jadi menarik dan lebih percaya diri karena dandanan dan make-up. Setelah hijrah ke Jakarta dan mulai mengenal mode, dia selalu up to date kalau urusan baju, aksesoris, sampai model rambut. Gue dan teman gue yang satunya lagi sering disebut kumal karena selalu mengenakan baju kebangsaan sejuta umat: celana jins, kaos, sandal jepit. Tapi dia ngomongnya dalam bahasa Kek, yang kemudian diterjemahkan oleh teman geng-nya ke gue.
Jadi gue kembangkan lagi teori gue tadi, sebagian karena kesal dibilang kumal. Kata gue, dia bersembunyi di balik pakaian ber-merk dan make-up-nya untuk kemudian menciptakan kepribadiannya yang sekarang ini. Dan dengan kepribadiannya itu, dia mencari-cari jodohnya. Intinya, she doesn't love her real self enough. Baju-baju dan aksesoris mahal serta make-up itu untuk membuat dia bisa merasa dicintai. Teori gue disetujui oleh teman-teman geng-nya. GONG!
Ada kutipan yang mengatakan: "nobody will love you if you don't love yourself." Kalau tidak bisa mencintai diri sendiri, mana bisa mencintai orang lain? Kalau tidak bisa mencintai, mana bisa dicintai? Seharusnya bisa bilang "I love me" dulu sebelum bisa bilang "I love you". (Lihat nih, gue bisa ngomong cinta. Hihi....)
Yah, itu hanya teori yang diketahui gue dan teman-teman geng-nya. Tidak ada yang berani menyampaikan ke dia. Apalagi gue, si pencetus teori. Biarlah dia bertanya-tanya sendiri dulu. Nanti juga bosan sendiri. Karena pada dasarnya, fase orang menjomblo itu mulai dari: tidak peduli jomblo - mulai peduli - mulai pengen punya pacar - kebelet pengen pacaran - desperate gak dapat-dapat pacar - capek desperate. Dan teman gue ini berada dalam fase "kebelet".
Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image
Tuesday, 29 November 2011
Wednesday, 23 November 2011
Thank You
Gulang-guling, bolak-balik bantal, akhirnya menyerah. Kantuk sudah keburu hilang, padahal badan rasanya letih. Gue memilih bangun dan browsing. Jalan-jalan ke blog orang, baca-baca Sepoci Kopi, buka Twitter, dll. Kantuknya masih tetap belum kembali. Bingung mau ngapain lagi.
Dan tiba-tiba gue ingat! Kemarin atau kemarinnya lagi, gue menerima komentar dari seorang pembaca. Katanya dia membaca blog ini dari awal hingga tuntas. Sungguh, tiada yang lebih menggembirakan dan mengharukan bagi seorang blogger saat mendapatkan komentar yang seperti itu.
Apalah arti blog ini? Hanya sebuah diary maya yang isinya kadang curhat colongan, dan lebih sering lagi tulisan-tulisan mengenai isi pikiran gue yang ngawur. Namun ada pembaca yang bersedia meluangkan waktu untuk membaca blog ini hingga tuntas? Wah, tak terlukiskan dalam kata-kata apa yang gue rasakan.
Dan ada juga pembaca-pembaca lainnya, yang meskipun tidak menuliskan komentar, tapi selalu menyempatkan untuk membaca. Iya, pasti bertanya, gue tahu dari mana? Ge-er deh gue. Hehehe... Ketahuan kok dari statistik pengunjung. Sesuatu banget deh, mengutip dari Syahrini.
Untuk itu, gue sangat, sangat berterima kasih telah meluangkan waktu untuk selalu singgah di blog gue dan tahan membaca tulisan-tulisan yang ngarol-ngidul. Terima kasih juga bagi yang sudah meninggalkan komentar atau yang melakukan e-mail subscription. Sekali lagi, terima kasih yang setulus-tulusnya.
Dan yang belum berkomentar, ayo dong. Kan biar gue jadi kenal juga. Atau kalau malu komentar di blog, boleh sapa gue melalui e-mail di secret_on_screen@yahoo.com. (E-mail yah, bukan YM, karena gue jarang banget online messenger.) Bisa berisi sharing, diskusi, atau curhat colongan juga boleeeehhh. Bisa langsung gue balas atau malah bisa gue posting di sini bagi yang e-mailnya menarik. Anonymous atau tidak, tergantung pengirimnya. Maksudnya mau disebutkan namanya atau tidak :).
Nih gue ge-er-nya udah gak ketulungan lagi deh. Tapi nggak apa-apa kan ya? Ya ya ya? Hehehe.... Yaudah, ditunggu ya e-mail-nya ;).
Misi sudah selesai, dan kantuk pun perlahan mulai mendekat. Saatnya tidur. Good night, ladies. Sweet dream :).
Ps. Pokoknya kalian sesuatu banget! Hihi....
Saturday, 12 November 2011
Ringkih
Sepertinya ada yang salah dengan tubuh gue. Belakangan ini jadi ringkih, jadi mudah sakit. Mungkinkah ada yang mengobrak-abrik sistem imun gue?
Kalau diingat-ingat, tahun ini sudah dua atau tiga kali gue jatuh sakit, dan penyakitnya selalu sama: radang tenggorokan, flu, batuk, dan sinus.
Tapi yang paling parah adalah yang baru-baru ini gue alami. Hampir dua minggu gue di-KO-kan sama virus-virus jahat. Juga memaksa gue harus dua kali bolak-balik mengunjungi prakter dokter. Dokternya adalah dokter yang dulu pernah gue ceritain. Pada kunjungan yang kedua, gue akhirnya diberi resep antibiotik dan vitamin yang lebih tokcer... dan lebih mahal!
Belum juga virus-virus jahat tadi tewas dibasmi antibiotik, gantian perut gue yang bermasalah. Penyakit maag yang sejak kecil gue idap memulai aksinya. Meskipun sempat menhhilang selama beberapa tahun, akhirnya ia kembali dengan gagahnya, siap mengambil alih tahtanya. Tak mengherankan jika gue menghabiskan waktu dua sampai tiga kali dalam sehari membungkuk di kamar mandi dan mengeluarkan isi perut.
Dan seolah itu belum cukup untuk membuat gue uring-uringan, penyakit migren setiap hari tak pernah absen mengapeli kepala gue, membuat suasana hati gue jadi tambah buruk. Setiap malam hari kepala gue pasti cenat-cenut, dan bagian yang paling tersiksa adalah pelipis. Sangking sakitnya, pelipis gue tidak bisa disentuh. Kadang gue menyerah dan menenggak sebutir painkiller. Tapi seringnya gue abaikan dengan memilih berbaring. Cukup ampuh untuk beberapa saat.
Dan sumpah!!! Cuaca panas di siang hari juga memperparah keadaan kepala gue!!! Efek terparahnya adalah membuat gue pusing - lebih dari tujuh keliling - seperti sedang mengalami vertigo.
Benar-benar parah... Dan percayalah, dengan apa yang gue alami ini, kesehatan itu memang merupakan harta yang paling berharga.
Anyway, di tengah-tengah rasa sakit, gue ingin menyatakan betapa bangganya gue menjadi orang Indonesia saat melihat Opening Ceremony SEA Games XXVI. Salute!
Obor SEA Games sudah berkobar, begitu juga dengan semangat para atlit. Selamat berjuang!
Dan kini saatnya gue tidur sambil berjuang menahan rasa sakit kepala. Yah, setidaknya gue dan para atlit itu sama-sama berjuang...
Good night, ladies.
Sent from afar East Berry�
Kalau diingat-ingat, tahun ini sudah dua atau tiga kali gue jatuh sakit, dan penyakitnya selalu sama: radang tenggorokan, flu, batuk, dan sinus.
Tapi yang paling parah adalah yang baru-baru ini gue alami. Hampir dua minggu gue di-KO-kan sama virus-virus jahat. Juga memaksa gue harus dua kali bolak-balik mengunjungi prakter dokter. Dokternya adalah dokter yang dulu pernah gue ceritain. Pada kunjungan yang kedua, gue akhirnya diberi resep antibiotik dan vitamin yang lebih tokcer... dan lebih mahal!
Belum juga virus-virus jahat tadi tewas dibasmi antibiotik, gantian perut gue yang bermasalah. Penyakit maag yang sejak kecil gue idap memulai aksinya. Meskipun sempat menhhilang selama beberapa tahun, akhirnya ia kembali dengan gagahnya, siap mengambil alih tahtanya. Tak mengherankan jika gue menghabiskan waktu dua sampai tiga kali dalam sehari membungkuk di kamar mandi dan mengeluarkan isi perut.
Dan seolah itu belum cukup untuk membuat gue uring-uringan, penyakit migren setiap hari tak pernah absen mengapeli kepala gue, membuat suasana hati gue jadi tambah buruk. Setiap malam hari kepala gue pasti cenat-cenut, dan bagian yang paling tersiksa adalah pelipis. Sangking sakitnya, pelipis gue tidak bisa disentuh. Kadang gue menyerah dan menenggak sebutir painkiller. Tapi seringnya gue abaikan dengan memilih berbaring. Cukup ampuh untuk beberapa saat.
Dan sumpah!!! Cuaca panas di siang hari juga memperparah keadaan kepala gue!!! Efek terparahnya adalah membuat gue pusing - lebih dari tujuh keliling - seperti sedang mengalami vertigo.
Benar-benar parah... Dan percayalah, dengan apa yang gue alami ini, kesehatan itu memang merupakan harta yang paling berharga.
Anyway, di tengah-tengah rasa sakit, gue ingin menyatakan betapa bangganya gue menjadi orang Indonesia saat melihat Opening Ceremony SEA Games XXVI. Salute!
Obor SEA Games sudah berkobar, begitu juga dengan semangat para atlit. Selamat berjuang!
Dan kini saatnya gue tidur sambil berjuang menahan rasa sakit kepala. Yah, setidaknya gue dan para atlit itu sama-sama berjuang...
Good night, ladies.
Sent from afar East Berry�
Monday, 7 November 2011
To Love Like a Mother
Ditanya, apa itu "cinta"? Waduuuh, otak gue dijamin bakal langsung korslet, jaringan-jaringannya pasti putus... Zztt zztt (disertai kilatan-kilatan listrik)... Bleessss. Mati total. Tidak lagi berfungsi.
Hari Senin begini gue ditanyain pertanyaan semacam itu, rasanya otak gue tidak sanggup lagi berpikir setelah seharian fitness tiada henti. Dan lagi, IQ gue tidak pernah cukup tinggi untuk mengartikan cinta.
Kesulitan untuk menafsirkan arti cinta itu juga didukung dengan ketidakpahaman mengenai cinta itu sendiri. I do feel love, yet I don't understand it. Mungkin seperti itu tepatnya.
Seperti misalnya sepupu gue yang rela bertahan hidup bersama suaminya yang pengangguran dan jelas-jelas pelaku KDRT. Tapi dia selalu membela suaminya. Itu yang tidak pernah bisa gue pahami. Apa yang seperti itu disebut cinta? Atau sesuatu yang lebih mirip disebut "kebodohan"?
Mungkin gue tidak paham soal cinta. Tapi setahu gue, cinta tidak seperti itu. Cinta itu baik, cinta itu adalah kasih. Cinta itu tidak egois, tidak membuat seseorang mati konyol, tidak juga merusak tali persahabatan atau persaudaraan, ataupun menyebabkan perilaku-perilaku buruk dan negatif seperti yang biasa ditunjukkan di sinetron-sinetron itu.
Gue merasakan cinta, tapi rasanya gue tidak akan mau menjalani kehidupan seperti sepupu gue. Itulah yang gue maksud dengan "tidak memahami cinta".
Teman gue pernah cuhat. Katanya, kalau bukan karena anak-anaknya, dia tidak akan bertahan untuk terus hidup dengan suaminya. Sudah pasti akan dia tinggalkan suaminya seandainya tidak memiliki anak. Dan sejujurnya, itu juga yang sering dikatakan nyokap kalau lagi berantem sama bokap.
Mungkin memang gue tidak tahu apa-apa soal cinta. Dangkal. Dan mungkin, memang seharusnya seperti itulah cinta; cinta seorang ibu terhadap anak-anaknya. Melihat perjuangan sepupu gue, teman gue atau bahkan yang lebih nyata lagi, perjuangan nyokap untuk anak-anaknya, mungkin itu yang disebut cinta.
And to understand love, maybe we should learn to love like a mother.
Hari Senin begini gue ditanyain pertanyaan semacam itu, rasanya otak gue tidak sanggup lagi berpikir setelah seharian fitness tiada henti. Dan lagi, IQ gue tidak pernah cukup tinggi untuk mengartikan cinta.
"Makanya cinta itu jangan dipikir tapi pakai hati dong, Rae." Kata sesepuh jauh.Iya sih. Tapi tetap saja EQ gue juga susah nyampenya. Maksudnya susah untuk menerjemahkan arti "cinta". Halah bahasa gue... Sudah dari sananya begitu. Makanya dari dulu nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia gue tidak pernah melewati angka 7. Selalu gagal dalam bab per-puisi-an. Untung tidak ada bab percintaan. Bisa-bisa merayap nilai gue.
Kesulitan untuk menafsirkan arti cinta itu juga didukung dengan ketidakpahaman mengenai cinta itu sendiri. I do feel love, yet I don't understand it. Mungkin seperti itu tepatnya.
Seperti misalnya sepupu gue yang rela bertahan hidup bersama suaminya yang pengangguran dan jelas-jelas pelaku KDRT. Tapi dia selalu membela suaminya. Itu yang tidak pernah bisa gue pahami. Apa yang seperti itu disebut cinta? Atau sesuatu yang lebih mirip disebut "kebodohan"?
Mungkin gue tidak paham soal cinta. Tapi setahu gue, cinta tidak seperti itu. Cinta itu baik, cinta itu adalah kasih. Cinta itu tidak egois, tidak membuat seseorang mati konyol, tidak juga merusak tali persahabatan atau persaudaraan, ataupun menyebabkan perilaku-perilaku buruk dan negatif seperti yang biasa ditunjukkan di sinetron-sinetron itu.
Gue merasakan cinta, tapi rasanya gue tidak akan mau menjalani kehidupan seperti sepupu gue. Itulah yang gue maksud dengan "tidak memahami cinta".
Teman gue pernah cuhat. Katanya, kalau bukan karena anak-anaknya, dia tidak akan bertahan untuk terus hidup dengan suaminya. Sudah pasti akan dia tinggalkan suaminya seandainya tidak memiliki anak. Dan sejujurnya, itu juga yang sering dikatakan nyokap kalau lagi berantem sama bokap.
Mungkin memang gue tidak tahu apa-apa soal cinta. Dangkal. Dan mungkin, memang seharusnya seperti itulah cinta; cinta seorang ibu terhadap anak-anaknya. Melihat perjuangan sepupu gue, teman gue atau bahkan yang lebih nyata lagi, perjuangan nyokap untuk anak-anaknya, mungkin itu yang disebut cinta.
And to understand love, maybe we should learn to love like a mother.
Thursday, 3 November 2011
True love, where are you?
Masih ingat dengan teman yang pernah gue ceritain, yang sedang mencari-cari soulmate-nya yang entah di mana rimbanya? Yang kebelet pengen cepat nikah itu. Ingat kan? Gak ingat? Coba baca ini.
"Lho kok gitu?" Tanya gue yang tiba-tiba jadi bingung karena jawabannya yang membingungkan itu.
"Ade gue married bulan Desember nanti."
"Ooohhh. Cepet juga ya? Wah, keduluan dong lo?" Ups, salah ngomong deh gue.
"Nah makanya itu gue bilang ada yang salah dengan diri gue." Tuh kan bener, salah ngomong gue.
Selanjutnya gue jadi makin bingung. Kalau gue bilang tenang aja, mungkin belum jodoh lo, nanti juga datang kok, atau kalau gue bilang jodoh gak bakalan kemana, duh kayaknya udah basi banget deh. Kata-kata penghiburan yang seperti itu sudah ratusan kali dikatakan oleh ratusan orang, selama bertahun-tahun belakangan ini. Jadi enggak bakalan mempan kalaupun gue hibur dia.
"Uhmm... memangnya di kantor lo gak ada gitu cowok yang lumayan?" Kali ini gue mencoba membantu.
"Gak ada, Rae! Gak ada! Kalo ada juga udah dari dulu gue kejar." Waduh, tambah bingung deh gue. Salah-salah mau ngenalin temen-temen gue. Lah temen gue kebanyakan perempuannya. Yang laki-laki, either mereka terlalu fokus sama kerjaan sampai gak peduli kalau bakal melajang seumur hidup, atau mereka yang pikirannya jorok melulu. Kalau ketemu atau chat di grup BB, bawaan becandaannya jorok terus.
"Uhmm... temennya temen-temen lo yang lain?"
"Gak ada juga. Udah pada ada yang punya semua. Salah-salah mau rebut pacar orang, ato lebih parah lagi, suami orang." Yaaahhh... kesian amat sih temen gue yang satu ini.
Yasudah gue juga nyerah deh. Jadi mungkin memang ada yang salah dengan dirinya. Mungkin. Tapi mana tahu apa yang salah. Well, gak mau nge-judge juga sih. Jadi gue biarkan saja dia mikir begitu dan tidak perlu gue sebut apa yang salah dari dirinya. Suwer gue juga gak tahu sih! Hehe.
Jadi nih ya, siapa bilang cuma lesbian aja yang susah cari pacar? Tuh buktinya temen gue juga susah tuh. Tapi ada berapa banyak sih orang di dunia ini yang sedang menanti-nantikan datangnya "the true love"? Ck, gue ini macam orang kurang kerjaan amat, mikirin yang begituan. Padahal ini hidung lagi mampet, tenggorokan gatal, kepala juga kliyengan.
Tapi beneran deh. Kalau ngikutin twit maupun status FB kebanyakan orang yang menjomblo, seringnya pada ngomong soal cinta. Pada mencari cinta sampai ke ujung dunia (halah!) Kalau kata gue sih, gak usah dicari. Nanti juga datang sendiri. Beneran deh. Tapi emang gue juga malas nyari sih bok.
Yang sedang menjomblo, janganlah berkecil hati. Tuh buktinya ada banyak juga yang menjomblo. Jadi kalian tidak sendirian dan pastinya bakalan ketemu satu. Siap-siap aja umpan yang banyak saat memancing. So, let's go fishing in the pond, ladies! *lirik Kopi* hehehe.
Ps. Gue ngomongin apaan sih? @!*##$@!#@*!
Wednesday, 2 November 2011
Kembali ke masa lalu?
Jadi gue ditanyain, seandainya bisa, apa gue mau kembali ke masa lalu?
Hmmm... mungkin ya masih terasa banget keraguan gue di postingan yang sebelumnya. Soalnya alasan gue menulis blog ini salah satunya adalah untuk mengingatkan dan meyakinkan diri gue sendiri. Jadi mungkin tulisan sebelumnya lebih untuk meyakinkan diri gue sendiri mengenai memperbaharui cita-cita dan impian gue.
Sebenarnya, kalau ada kesempatan untuk kembali ke masa lalu mungkin gue mau-mau saja. Tapi masalahnya Doraemon itu hanya ada di TV, kartun ciptaan Fujiko F. Fumio, dan jelas tidak ada di dunia nyata. Ada sih. Tapi yang jenis itu hanya bisa goyang-goyang, salam-salaman sama anak kecil, melambai-lambaikan tangan, dan diajak foto bareng. Enggak bisa membawa gue ke masa lalu.
Tapi terus gue jadi bertanya-tanya sendiri. Kalau bisa dan gue sudah kembali ke masa lalu, lantas apa selanjutnya? Bukankah ujung-ujungnya ceritanya bakalan sama seperti masa sekarang? Jangan percaya deh soal "kembali ke masa lalu untuk mengubah masa sekarang dan masa depan". Itu cuma ada di film-film. Karena nyatanya, waktu tak akan bisa kembali. Waktu akan terus berjalan maju, bukannya mundur. Manusia akan bertambah usia, bukannya berkurang.
Sekarang gue menghadapi dan mengalami hal-hal yang sama sekali berbeda dari masa lalu, seperti yang gue ceritakan di tulisan sebelumnya. Tapi tahu gak? Apa yang gue alami sekarang justru apa yang dulunya sering gue bayangkan. Jadi dulu itu gue sering membayangkan jalan dan belanja bareng nyokap, bisa ngobrol sampai puas sama adik-adik gue, bisa punya pekerjaan baru, dll dll. Meskipun memang gue masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan hal-hal baru yang sekarang gue miliki ini.
I have what I need, dan itu cukup buat gue. Karena tidak setiap keinginan manusia bisa dimilikinya. Itu bisa saja tidak adil bagi orang lain. Ya toh? Lagipula sekarang hidup gue gak kekurangan satu pun. Jadi gue mensyukuri segala apa yang gue miliki saat ini. Masa lalu tetap akan menjadi bagian dari kehidupan gue. Bukan merupakan bagian yang terpisah karena masa lalu membentuk gue yang sekarang ini.
Seperti tagline sebuah film yang diperankan Ashton Kutcher dan Cameron Diaz, "what happens in Vegas, stays in Vegas." Sama juga dengan "apa yang terjadi di masa lalu, tetap tinggal di masa lalu." Yang dibawa adalah kenangan dan pelajaran dari apa yang sudah dialami.
So, I'm happy with what I have now, tanpa lagi ada keraguan :).
Ps. I miss my friends #hikh
Hmmm... mungkin ya masih terasa banget keraguan gue di postingan yang sebelumnya. Soalnya alasan gue menulis blog ini salah satunya adalah untuk mengingatkan dan meyakinkan diri gue sendiri. Jadi mungkin tulisan sebelumnya lebih untuk meyakinkan diri gue sendiri mengenai memperbaharui cita-cita dan impian gue.
Sebenarnya, kalau ada kesempatan untuk kembali ke masa lalu mungkin gue mau-mau saja. Tapi masalahnya Doraemon itu hanya ada di TV, kartun ciptaan Fujiko F. Fumio, dan jelas tidak ada di dunia nyata. Ada sih. Tapi yang jenis itu hanya bisa goyang-goyang, salam-salaman sama anak kecil, melambai-lambaikan tangan, dan diajak foto bareng. Enggak bisa membawa gue ke masa lalu.
Tapi terus gue jadi bertanya-tanya sendiri. Kalau bisa dan gue sudah kembali ke masa lalu, lantas apa selanjutnya? Bukankah ujung-ujungnya ceritanya bakalan sama seperti masa sekarang? Jangan percaya deh soal "kembali ke masa lalu untuk mengubah masa sekarang dan masa depan". Itu cuma ada di film-film. Karena nyatanya, waktu tak akan bisa kembali. Waktu akan terus berjalan maju, bukannya mundur. Manusia akan bertambah usia, bukannya berkurang.
Sekarang gue menghadapi dan mengalami hal-hal yang sama sekali berbeda dari masa lalu, seperti yang gue ceritakan di tulisan sebelumnya. Tapi tahu gak? Apa yang gue alami sekarang justru apa yang dulunya sering gue bayangkan. Jadi dulu itu gue sering membayangkan jalan dan belanja bareng nyokap, bisa ngobrol sampai puas sama adik-adik gue, bisa punya pekerjaan baru, dll dll. Meskipun memang gue masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan hal-hal baru yang sekarang gue miliki ini.
I have what I need, dan itu cukup buat gue. Karena tidak setiap keinginan manusia bisa dimilikinya. Itu bisa saja tidak adil bagi orang lain. Ya toh? Lagipula sekarang hidup gue gak kekurangan satu pun. Jadi gue mensyukuri segala apa yang gue miliki saat ini. Masa lalu tetap akan menjadi bagian dari kehidupan gue. Bukan merupakan bagian yang terpisah karena masa lalu membentuk gue yang sekarang ini.
Seperti tagline sebuah film yang diperankan Ashton Kutcher dan Cameron Diaz, "what happens in Vegas, stays in Vegas." Sama juga dengan "apa yang terjadi di masa lalu, tetap tinggal di masa lalu." Yang dibawa adalah kenangan dan pelajaran dari apa yang sudah dialami.
So, I'm happy with what I have now, tanpa lagi ada keraguan :).
Ps. I miss my friends #hikh
Subscribe to:
Posts (Atom)