Beginilah efek dari memiliki pacar yang bisa main alat musik; biola dan gitar. Saya juga mendadak jadi ingin bisa main alat musik, apa pun itu alat musiknya. Heran juga hanya saya seorang yang tidak bisa memainkan satu pun alat musik, padahal kedua adik saya bisa. Yang satu bisa main drum dan gitar, sedangkan yang bontot bisa main keyboard dan piano. Saya? Gigit jari. Ha ha ha.
Sebelumnya saya pernah bilang ke Kopi kalau saya ingin belajar main gitar. Dia tanya kenapa saya mendadak ingin belajar main gitar, saya bilang biar keren. Soalnya saya selalu menganggap cewek yang bisa main gitar itu keren. Hmm, geregetan gitu kalo melihat ada cewek yang lagi main gitar, apalagi biola (bisa-bisa Kopi ge-er deh)
"Masa sih keren?" Tanya Kopi.
"Iya keren! Keren soalnya mereka bisa main gitar sedangkan gue nggak bisa." *sambil nyengir*
"Tapi nanti jari-jarinya bisa luka-luka, lho."
*jadi mikir* "Ehm, kalo gitu nggak jadi deh. Ha ha ha."
Begitulah, jadi niat untuk belajar main gitar saya urungkan dulu. Dan karena biola tidak jauh beda dengan gitar yang bisa bikin jari saya kapalan, maka biola pun dicoret dari daftar. Nanti saja kalau saya sudah siap jari-jari saya luka-luka dan kapalan. He he he. Kalau begitu pilihan yang tersisa adalah drum, piano dan keyboard. Tapi berhubung yang tersedia di rumah hanya keyboard, maka itulah yang paling memungkinkan.
Barusan, selesai makan siang, saya minta ke adik saya yang paling bontot untuk mengajari saya main keyboard. Dia langsung mengiyakan asalkan nanti dia dibelikan es krim. Beneran deh, kecil-kecil udah perhitungan. Huh.
Duduklah saya di depan keyboard sementara adik saya membolak-balik halaman buku lagunya. Setelah ketemu lagu yang tepat, dia letakkan bukunya di hadapan saya. satu detik, dua detik... Lima detik... Sepuluh detik... Saya masih menatap buku di hadapan saya dan tidak menyentuh tuts keyboard.
"Kok bengong?" Tanya adik saya.
"Lha, kan Cici nggak bisa baca not, Dedeee."
"Ya ampuunnn, ini kan lagunya gampangggg."
"Iyaaaa, tapi ini not-nya not balok, Deeeee."
"Ya iyaaa, masa mau not kayu???"
Lima menit kemudian kami masih ngotot-ngototan soal not. Ya iyalah, orang saya not angka saja buta, apalagi not balok yang melingkar-lingkar itu. Bikin saya pusing. Akhirnya adik saya menyerah. Diambil buku musiknya dan diletakkan kembali ke dalam laci. Katanya tidak usah belajar pakai buku dulu. Katanya not saja nggak bisa baca, apalagi belajar kunci dan segala macamnya! Uhh, mendadak kepala saya pusing. Apaan itu? *bengong tolol*
Sekarang gantian dia yang duduk di depan keyboard. Dengan lagak sok ngguru, dia bilang, "Lihat baik-baik, ya, tuts mana yang dipencet dan coba diingat-ingat nadanya." Saya hanya mengangguk layaknya seorang murid yang patuh. Huh, jatuh deh harga diri saya (he he he). Dia mulai memainkan beberapa nada. Eh, tunggu sebentar. Sepertinya saya tahu lagu apa yang tengah dimainkannya. Uh oh, dia memainkan lagu "Balonku ada Lima". Hayaaaaahhhhhhhh....!!!! Tegaaaaaa!!!! Masa saya disuruh belajar lagu yang itu??? Hah! Harga diri saya jatuh dan diinjak-injak *ketawa miris*
Selesai dia memainkan satu lagu, gantian dia menyuruh saya mengulang lagu yang tadi. Dengan pasrah saya ikuti perintahnya. Saya mulai mengingat-ingat nadanya dan tuts mana yang tadi dipencet adik saya. Perlahan tapi tidak pasti saya mulai memainkan lagu itu. Sesekali jari saya salah pencet yang membuat nadanya jadi sumbang. Adik saya yang sedang berdiri di samping sudah mulai kesal. Saat sedang serius, tiba-tiba SMS dari Kopi masuk, dan tanpa ba-bi-bu langsung saja tangan saya meraih HP.
"Woiiiiiiiiiiiiii, jangan main HP muluuuuu!!!!" (Galak amat nih anak)
Akhirnya, akhirnyaaa, setelah beberapa kali mengulang, saya bisa juga memainkan lagu "Balonku ada Lima", lengkap meskipun masih ada salah pencetnya. He he he.
"Besok masih mau belajar lagi nggak? Besok lagu yang lain."
"Nggak ah, De. Rugi Cici beliin kamu es krim, habisan kamu galak ngajarinnya."
"Ha ha ha ha ha."
Jadi kalau saya ditanya apa masih mau belajar alat musik lagi, saya akan menjawab: "Nggaaaaakkkkk..." Bukan. Bukan saya menyerah. Tapi saya memang tidak bakat *ngeyel* Iya beneran, lho. Jari-jari saya kaku! He he he. Ya sudah, saya ada bakat lainnya. *menghibur diri*