Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Saturday, 31 December 2011

New Year & SoS Song List (Vol. 1)

Tidak terasa kalender sudah memasuki penghujung tahun. Hari ini hari terakhir di tahun 2011. Saatnya melihat kembali tahun 2011, bercermin dari setiap kejadian yang terjadi dan bersiap untuk menyongsong hari-hari di tahun 2012.

Berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi, melambungkan harapan yang lebih tinggi, dan bekerja lebih keras. Oh, tidak lupa juga menjadi lesbian yang lebih lesbian lagi. (Eh?!)

Another Day, another Month, another Year, another Smile, another Tear, another Winter, a Summer too, but there will be never another You!
May lovely, happy times decorate this time of season. May warm, special memories brighten your New Year, may the wonder of Christmas be with you forever.
Have a very Happy New Year to all of you. 

Dan, oh, tiba-tiba terbersit ide untuk memberikan link lagu-lagu yang pernah dipasang di blog ini selama tahun 2011. Gue memilih 12 lagu sebagai simbol 12 bulan, karena sepertinya ada lebih dari 12 lagu yang pernah gue pasang di sini. Untuk itu, mulai tahun depan setiap bulan blog ini akan memainkan satu lagu. Dan nantinya akan di-posting di akhir tahun 2012.

So, here's the list.Go grab it fast, ladies, before it reaches their 100 downloads limit.

 

Secret on Screen Song List (Vol. 1)

Wednesday, 28 December 2011

Ketika PMS Melanda

Sepanjang hari ini langit mendung. Udara dingin karena angin terus berhembus dan sesekali hujan turun tapi tidak pernah deras. Cuaca seperti ini biasanya membuat selera makan gue meningkat. Sekalipun sudah diisi dengan sepiring bubur di pagi hari dan nasi beserta lauk pauk di siang hari, perut masih saja bernyanyi minta makan. Jadi ketika diajak makan bakso oleh si Bungsu, gue mau-mau saja. Oh, baiklah. Gue mengaku saja. Ini karena gue sedang PMS, bawaan kepengen makan melulu.

Tempat makannya cukup sepi saat kami tiba. Kami mengambil tempat di samping dua orang pelanggan yang tengah menimakti baksonya. Adik gue memesan mie bakso dan es jeruk, sementara gue cukup dengan bakso dan es jeruk saja.

"Jadi perempuan itu lebih enak," kata salah seorang pelanggan di samping kami kepada temannya. "Mereka tidak perlu bekerja, hanya tinggal di rumah, dan tahunya cuma minta uang sama suami. Tidak seperti kita, para lelaki, yang selalu pusing memikirkan biaya. Pokoknya uang harus ada. Ada atau tidak, harus diberi uang."

Telinga gue langsung menegang saat mendengar perkataan pria tersebut. Ya ampun, ini orang tidak sadar apa ya, gue ini perempuan? Kurang perempuan apa coba gaya gue? Berani-beraninya bicara seperti itu. Seketika emosi gue langsung meletup. Wajah gue memerah dan nafas mulai memburu.

Dan inilah yang terjadi selanjutnya:

Gue mengambil gelas es jeruk di meja, berdiri, lalu menumpahkannya di atas kepala pria itu. Dia melompat karena kaget dan tanpa sengaja menyambar mangkok bakso di depannya. Isinya tumpah ke celananya.

"Apa-apaan kamu ini?" bentaknya. Matanya melotot. Es jeruk menetes-netes ke wajahnya.

"Apa katamu tadi?" balas gue, sengit. Gue berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang, membalas tatapannya. "Jadi perempuan itu enak? Tahunya cuma minta uang? Kau pikir jadi ibu rumah tangga itu gampang? Bahkan setelah menahan siksa selama sembilan bulan mengandung dan melahirkan, setiap hari harus memikirkan menu makanan, mengurus keperluan anak-anak, melayani suami, dan membersihkan rumah. Belum lagi harus diet karena berat badan naik hingga sepuluh kali lipat. Kau pikir itu mudah? Atau ketika sekujur tubuhmu sakit dan emosimu meluap-luap selama hampir dua minggu setiap bulannya, kau pikir itu menyenangkan?

"Apa menurutmu emansipasi wanita itu, hah? Pengambilalihan tugas-tugas kaum lelaki? Sehingga adalah wajar jika kaum perempuan bekerja keras membanting tulang, sementara para lelaki hanya menganggur? Tidakkah kau melihat ada kaummu yang memperbudak kami? Atau kaum pekerja perempuan yang ikut bekerja untuk membantu suaminya? Belum lagi harus dipermainkan seenaknya oleh suaminya? Itu yang kau maksud?"

Gue mengucapkan semua itu dalam satu tarikan nafas. Pria itu masih menatap gue, terdiam. Dia menelan makanannya yang sedari tadi hinggap di mulutnya. Dia menggumam kata maaf lalu mengalihkan pandangan. Gue menoleh ke arah pria yang satunya lagi dan dia cepat-cepat menunduk. Takut bernasib sama seperti temannya.

Gue kembali duduk dan memesan es jeruk lagi. Si Abang Tukang Bakso cepat-cepat membuatkan es jeruk dan meletakkannya di meja. Semua orang kembali makan dalam keadaan hening, kecuali pria itu. Dia sibuk membersihkan bajunya dengan tisu. Dan saat temannya selesai makan, secepat kilat mereka membayar lalu pergi tanpa menoleh sedikitpun ke arah gue.

***
Yeah well, tentu saja itu hanya terjadi dalam imajinasi gue. Meskipun kesal saat mendengar perkataan pria itu, tapi gue memilih untuk diam dan menghabiskan makanan gue, demi menghormati semangat damai Natal dan menyongsong Tahun Baru. Sementara adik gue asyik bermain "Smurf" di HP-nya.

Monday, 26 December 2011

More about the Anxiety

Gue setuju dengan yang dikatakan Gre atau Greek atau Anonymous pada komentar di dua tulisan sebelumnya. Bahwa gue memiliki hal-hal yang gue pikirkan. Dan untuk beberapa hal gue tidak bisa membagi pikiran gue dengan orang lain.

Mungkin bedanya jika Gre sulit menemukan seseorang untuk bisa diajak berdiskusi karena keadaannya dan dikarenakan keterbatasan bahasa, tidak begitu dengan gue. Gue memiliki teman-teman yang gue yakin bersedia untuk berdiskusi atau sekedar mendengarkan isi pikiran gue, tanpa ada keterbatasan bahasa.

Masalahnya adalah justru gue sendiri yang kurang bisa mengutarakannya. Bukan karena bahasa melainkan karena gue tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang gue pikirkan. Kalaupun gue berhasil, mungkin hanya pada sebatas kalimat "Gue sedang cemas." Jika ditanya kenapa, maka gue tidak bisa menjelaskan lebih lanjut. It's at the tip on my tongue, but I just can't make it into words. Mungkinkah seperti ini juga yang kamu rasakan, Gre?

Thingking is the only way I know that my brain is still working, yes. Namun tidak seperti biasanya, banyak pikiran di kepala gue saat ini memerangkap gue ke dalam sebuah kecemasan. Kamu tahu, seperti saat kamu cemas sebelum menghadapi ujian Matematika. Kamu ingin agar hari cepat berlalu sehingga kamu bisa segera mengikuti ujian dan mengetahui hasilnya. Dengan begitu kamu bebas dari kecemasan yang menyelimuti.

Entah sampai kapan keadaan seperti ini akan berlangsung. Satu-satunya yang memberikan rasa lega diantara himpitan kecemasan itu adalah sebuah pikiran - atau lebih tepatnya keyakinan - bahwa suatu saat semua ini akan berakhir. Dan di saat itu terjadi, maka menghilanglah semua rasa cemas yang gue rasakan. Lenyap tanpa bekas, seolah ia tidak pernah hadir dan menghantui pikiran gue.

Dan hidup pun akan terus berlanjut.

Ps. Thanks to Gre, (you are officially Gre to me) for your comment. It makes me feel not alone when it comes to what you call "Lautan Pikiran." Hehe....

Christmas 2011

Sudah menjadi tradisi kalau setiap tahun sebelum Natal kami ziarah ke makam Oma dan Oma buyut. Jadi kemarin kami ziarah, sekalian membersihkan makam yang sudah ditumbuhi rumput liar lalu berdoa.

Banyak orang yang juga datang saat kami tiba di TPU. Sama seperti kami, mereka membersihkan makam, berdoa, bahkan ada yang membawa makanan lalu makan di sana. Makam-makam berjajar dan bentuknya seragam yang dirancang sedemikian rupa sehingga para peziarah merasa nyaman. Dan setiap tahun gue ke sana, pasti tercengang dengan banyaknya jumlah makam baru yang bertambah.

Setelah ziarah, kami siap-siap mengikuti misa Malam Natal. Gue kan harus menyanyi, ingat? Hehe. Misa berjalan khidmat dan nyanyian pun lancar. Awalnya agak gugup sih. Tapi setelah Kyrie, gue jadi rileks. Ya, setidaknya tidak ada nada yang melenceng dari yang seharusnya.

Dan tepat di hari Natal - hari ini - well, tidak ada yang spesial-spesial amat. Pagi hari gue bantu-bantu masak di dapur lalu siangnya makan bersama. Juga sambil menjamu tamu yang kebanyakan kenalan keluarga dan beberapa saudara sampai malam tadi.

Jadi Natal tahun ini berjalan seperti biasanya dan cerita mengenai pernikahan yang batal gue nobatkan sebagai "Story of the Year," karena mereka masih saja membahas mengenai masalah itu.

Oh, tidak lupa juga gue ingin mengucapkan Selamat Hari Natal untuk teman-teman yang merayakan. Semoga damai Natal selalu membawa damai untuk kita semua. Amin.

Saturday, 24 December 2011

Unexplained Anxiety

Here's the thing: if you're living in a house with extended-family, practically you have lesser private time. And if you're running a business with your parents, meaning you're not only doing your work, but also do chores for them. That way you barely have time for yourself.

Begitulah kira-kira keadaan gue sehari-hari. Maka tidak mengherankan apabila setiap kali tiba di rumah pada malam hari, hal yang paling ingin gue lakukan adalah segera mandi kemudian tidur. Namun satu-satunya saat dimana gue bisa menikmati privasi dan waktu untuk diri gue sendiri adalah saat-saat sebelum tidur itu. Maka rasanya terlalu berharga jika hanya gue gunakan untuk tidur.

Entahlah, mungkin terdengar aneh bagi orang lain, tapi rasanya menyenangkan bisa menyendiri untuk sesaat. Maksudnya setelah seharian penuh bekerja dan berinteraksi dengan orang lain atau melakukan ini-itu, hal yang paling gue inginkan adalah menikmati saat gue akhirnya bisa sendirian sebelum tidur.

Saat seperti itu biasanya gue gunakan untuk membaca buku, menulis apa saja yang bisa gue tulis, blogging, atau hanya berbaring dan berpikir sambil mendengarkan lagu. Untuk kegiatan yang terakhir itu, kadang-kadang membuat gue hanyut dalam pikiran.

Selalu ada saja hal-hal yang bisa dipikirkan saat malam menjelang tidur. Macam-macam pikiran yang melintas, misalnya mereka ulang kejadian hari ini atau mengingat-ingat kembali apa yang gue lakukan. Sampai dengan hal-hal yang nampaknya sedikit berlebihan seperti apa yang akan terjadi di masa depan atau bagaimana kehidupan akan bergulir. Bahkan kadang-kadang gue berpikir bagaimana rasanya menjadi salah satu karakter dalam buku yang sedang gue baca. To sum it all, all of my thoughts are about life, future, destiny, faith, people I meet, etc.

Seringnya pikiran-pikiran tersebut seperti lagu pengantar tidur dan mereka akan hilang dengan sendirinya saat gue tidur. Dan apa yang gue pikirkan itu terasa bodoh di pagi harinya. Atau malah saat gue bangun, gue sama sekali tidak ingat satupun apa yang gue pikirkan semalam.

Tapi selama beberapa malam terakhir ada sesuatu yang mengganggu pikiran gue. I can't quite point that out what it is. Entah itu apa. Dan setiap kali melintas dalam pikiran, gue merasa cemas. Bahkan tidur pun gelisah. Kadang gue berdoa, di lain waktu gue membiarkan diri tenggelam dalam pikiran.

Apakah gue mengalami semacam "anxiety syndrome" atau semacamnya? If there's some kind of psychological explaination, please, do tell me. Ataukah hanya karena gue terlalu hanyut dalam pikiran gue? (Masokis sekali ya?) Apapun itu, hopefully it comes to an end soon.

Tuesday, 20 December 2011

Sekilas Sahabat

Tadi baru saja gue mengakhiri percakapan yang berlangsung di telepon dengan seorang teman. Kami bersahabat sudah sejak awal masuk kuliah. Bukan hanya berdua saja, tapi bertujuh.

Sepertinya memang takdir yang mempertemukan kami. Diantara sekian banyak mahasiswa baru di kampus dulu, gue malah nyantol dengan enam anak manusia yang mengagumi band-band beraliran J-Rock, meskipun mereka juga menikmati lagu-lagu J-Pop. Jadi ingat dulu kalau nginap bareng, pasti acaranya menonton DVD live konser band-band yang mereka gandrungi.

Konon katanya, awal persahabatan kami dimulai dengan sebuah kata yang tanpa sengaja terucap diantara tiga orang, yaitu: "hentai". Dari situlah mulai terbentuk sebuah pengertian yang kemudian mengarah pada kecocokan satu sama lain: sama-sama pencinta je-Jepangan. Dari tiga orang tersebut berkembang menjadi lima, kemudian tujuh. Gue merupakan anggota kelima.

Diantara mereka, hanya gue yang kurang begitu mengerti dengan segala hal yang berbau je-Jepangan. Pengetahuan gue seputar hal itu hanya pada komik dan anime Inuyasha saja. Setelah mengenal mereka, baru gue mulai mengenal dorama dan beberapa band-band J-Rock dan J-Pop. Soal J-Pop, gue satu selera dengan mereka. Tapi soal J-Rock, semacam Dir en Grey, it's out of my taste. Gue hanya tidak paham dengan jenis lagunya. Entah apa yang mereka nyanyikan, dan melodi lagunya tidak beraturan. If growling is what they call sing, then Kyo must be the best singer. Ever. Hehehe, peace!

Namun meskipun sedikit berbeda dalam hal selera musik, tentu tidak menghalangi persahabatan yang terjalin selama tujuh tahun lebih ini. Dalam berbagai hal, kami memiliki berbagai kesamaan; we love the same people and we don't like the same people. Kesamaan yang juga membentuk sebuah kecocokan dan saling pengertian sehingga di saat kami berkumpul takkan ada satu pun orang lain yang akan memahami lelucon kami. Mereka hanya akan melihat sekumpulan mahasiswi yang tertawa terbahak-bahak dengan mulut yang dibuka lebar-lebar. Mungkin mereka mengira kami ini sekumpulan kuda nil yang berhasil kabur dari Taman Safari dan merubah wujud menjadi perempuan-perempuan cantik.

Dari antara mereka berenam, gue paling jarang berkomunikasi dengan Bombay ini. Semua tahu bahwa Bombay memiliki sejarah hubungan yang buruk dengan HP. Jadi tidak ada satupun yang mau repot-repot menghubunginya bila itu hanya sekedar menanyakan kabar. Bisa dipastikan balasannya akan tiba sehari sesudahnya. Baru sekali ini kami mengobrol. Gue telepon untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Juga sekalian untuk mengomelinya karena tidak memeberitahu kami semua saat hendak sidang skripsi dan wisuda.

Bombay. Itu julukan yang diberikan oleh kakak perempuannya, yang kemudian kami amini bersama. Bombay karena dia benci dengan bawang. Segala jenis bawang. Maka kami semua memahami jika dia membutuhkan waktu yang lebih lama dari kami semua saat menghabiskan makanannya, karena harus menyingkirkan satu per satu bawang goreng - bahkan sampai yang terkecil sekalipun.

Gue dan Bombay sebenarnya yang paling banyak memiliki kesamaan. Sama-sama sulit menyuarakan apa yang sedang ada dalam pikiran. Kadang untuk mengutarakan sebuah pendapat, bahasanya berlepotan karena ketidakmampuan menemukan kata-kata yang tepat. Tapi sih ya, Bombay masih lebih parah dari gue. Gue masih mendingan dong. Hehe... Dan kita juga sama-sama memiliki moto: "tidak tahu dan tidak mau tahu." No wonder we usually be the last to know.

So, kita berdua mengobrol sebentar di telepon. Rasa rindu mencuat ke permukaan melalui pekik tertahan saat bisa saling mendengar suara masing-masing. Ada keinginan kuat untuk segera menembus jarak dan berkumpul bersama-sama lagi dengan yang lain. Semoga suatu saat nanti bisa berkumpul lagi.

And to you, Bombay, even though you would not read this anytime soon, I'd love to wish you a happy birthday, dear. I wish you all the best.

And to you all, girls, I miss you so bad.

Saturday, 10 December 2011

Sports Person

Lagi-lagi gue terbangun di tengah malam. Padahal tadi capek banget dan sudah sempat menjadi penghuni Pulau Kapuk. Tahu-tahunya, nyanyian tetangga gue yang sudah kelebihan alkohol, diiringi keyboard dengan sound system lengkap, malah membangunkan gue.

Lagi-lagi gue bingung mau ngapain di tengah malam buta begini. Lanjut baca buku? Uh, buku yang sedang gue baca ini kurang menarik. I regret reading Jonathan Stroud's The Leap. Gue jadi mengurungkan niat untuk membeli "The Last Siege" dan "Heroes of the Valley". Dengerin lagu? Gak deh. Kepala gue berdentam-dentam seperti palu. Nonton film, tapi lagi kehabisan stok film-film bagus. Kalau baca manga scan juga kayaknya malas bangun dari tempat tidur. Jadinya ngoceh-ngoceh di blog aja deh. Ngetiknya pakai BB sambil tiduran.

Anyway, di milis Sepci Kopi lagi ada topik tentang olah raga. Seriously, "Lesbian" dan "olah raga"? It's soooo sexy. Hehehe. Omong-omong soal olah raga, satu-satunya mata pelajaran yang paling gue sukai sewaktu sekolah dulu ya olah raga. Macam-macam olah raga yang gue suka. Bulutangkis, tenis meja, voli, sepak bola, maupun atletik seperti lari. Kalau basket, gue nyerah. Bolanya kegedean! Jadi jujur aja deh, gue bukan bintang basket di sekolah dulu. Sedihnya...

Buat gue, olah raga itu bisa dijadikan sebagai obat pengalih stress, entah itu karena kerjaan atau masalah-masalah lainnya. Kalau sekarang, gue lebih memilih untuk olah raga di gym karena lebih pas dengan waktu kerja gue. Gue biasanya menghabiskan waktu kurang lebih 30-45 menit jalan cepat di atas treadmill. Katanya itu bisa mengencangkan otot perut lho. Sesudah itu ikutan kelas aerobic bareng cewek-cewek dan tante-tante muda. Hehe. Selesai aerobic, latihan angkat beban sebentar, dibantu personal trainer yang kelebihan otot. Nah, jadi salah satu resolusi gue di tahun 2012 nanti: get a great abs, great ass, and great abs. *crossing fingers*

Selesai olah raga, pulang dan mandi air hangat. Dijamin badan dan pikiran jadi segar, tidurpun nyenyak.

Selain melakukan olah raga-nya, gue juga suka nonton pertandingan sepak bola, F1, atau tenis. Kalau sepak bola, gue nonton EPL dan tim jagoan gue sudah pasti Chelsea dong. Suka kesengsem sama si Abang Lampard. (Iya iya, gue masih lesbian kok.) Musuh bebuyutan gue pastinya Msi Setan Merah MU. (Maaf ya, kalau kalian penggemar MU. "Musuhan" nih kita kalau lagi ada laga antara Chelsea vs MU.) Untuk F1 lagi jarang ikutin. Sementara untuk tenis, gue fans-nya Nadal.

Selain seksi jika disandingkan dengan lesbian dan menyehatkan, olah raga juga bisa jadi pemersatu bangsa. Coba perhatikan, setiap kali ada tim Indonesia yang bertanding di ajang olang raga internasional, pasti orang-orang saling berkumpul, bersatu dan sama-sama mendukung tim Indonesia. Kalau dipikir-pikir, I may not be an "animal person", but definitely I'm a "sports person".

Ps. Tapi tetap saja gue paling ogah disuruh senam SKJ setiap hari Jumat di lapangan sekolah dengan seragam lengkap. Kan bau!


Sent from afar EastBerry�

Wednesday, 7 December 2011

Saatnya Bernyanyi

Hari ini gue menghadiri rapat Mudika se-Paroki di gereja. Sebenarnya agak sedikit mengherankan kenapa gue yang diutus mewakili wilayah gue, bersama satu orang lainnya. Padahal gue kurang aktif dalam kegiatan-kegiatan pemuda seperti itu, dikarenakan gue sering berpindah-pindah tempat. Dan lagi, selama di sini gue lebih sering masuk gereja yang berbeda paroki dengan paroki gue.

Tapi karena itu keputusan ketua wilayah, yasudah, gue ikuti saja. Rapatnya sendiri ternyata diadakan dalam rangka untuk mengaktifkan kembali kegiatan pemuda yang sudah beberapa tahun belakangan ini mati suri. Huff, ternyata gue tidak ketinggalan-ketinggalan amat.

Rapat berlangsung santai karena topik yang dibicarakan seputar "bagaimana mengumpulkan kembali anggota-anggota pemuda." Sekalian juga menentukan jadwal ibadah pemuda serta kegiatan untuk jangka pendek dan panjang. Hasil rapatnya, ibadah akan diadakan setiap minggu, sementara kegiatan untuk jangka pendeknya adalah melayani misa Natal atau Tahun Baru. Tapi kemungkinan besar misa Natal. Dan itu artinya kami akan bersiap-siap latihan koor.

Ahay! Sudah lama sebenarnya gue kepengen ikutan koor. Di kampus dulu, gue tidak berani ikutan kelompok koor. Habisan tesnya itu disuruh nyanyi "do-re-mi" dan sebuah lagu di depan banyak orang. Gak pe-de dong gue, secara suara gue dibilang bagus banget, gak juga. Jelek banget juga enggak. Tapi di koor pemuda ini, setidaknya gue bisa ikut membantu kelompok sopran.

Semoga latihannya berjalan lancar untuk minggu depan. Dengan ikutan koor ini, maka tamatlah sudah karir gue sebagai penyanyi di kamar mandi. Saatnya unjuk gigi, pamer suara. Hehehe....


Sent from afar EastBerry�