Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Sunday, 3 October 2010

Sahabat

Saya bukan termasuk tipe orang yang memiliki banyak teman, tetapi saya memiliki beberapa teman dekat yang lebih senang saya sebut sebagai sahabat. Persahabatan yang begitu kental memang baru bisa saya rasakan saat duduk di bangku kuliah.

Sejak saat itu saya percaya bahwa "sahabat" itu benar-benar ada. Saya percaya bahwa "sahabat" itu tidak hanya sekedar bergantung pada mutualisme, bahwa subjek yang menjadi "sahabat" bukan pula simbiosis mutualisme yang selalu mengharapkan balasan dan saling keterbergantungan satu sama lain.

Well, friends with mutual? Or friends with benefit? Tidak bisa dipungkiri hal-hal seperti itu memang ada. Tapi bukankan ada kalimat yang mengatakan "Kita tidak bisa memilih keluarga kita, tetapi kita bisa memilih sahabat yang bisa menjadi keluarga kita"? Maka muncullah kalimat "Bijaklah dalam mencari teman."

Saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Mungkin karena berada di perantauan selama bertahun-tahun membuat saya bisa menemukan arti dari sahabat yang sebenarnya. Saya memiliki beberapa sahabat dekat, sebuah kelompok kecil yang saya percaya, yang memiliki kesamaan satu sama lain meskipun tidak lepas dari keunikan dan perbedaan suku dan latar belakang dari setiap anggotanya, dan yang bisa memahami sifat satu sama lain.

Sebagian dari mereka memang belum mengetahui perihal mengenai orientasi seksual saya, tetapi saya tidak merasa membohongi mereka karena saya tetap bisa menjadi diri saya sendiri ketika berada di dekat mereka. Bukankah Frank Crane mengatakan "What is a friend? I will tell you... it is someone with whom you dare to be yourself"? Akan ada saat di mana sudah waktunya saya memberitahu mereka mengenai orientasi saya dan itu hanya akan menjadi sebuah bagian di mana saya membagi sebuah rahasia kepada sahabat-sahabat terdekat saya.

Mari tinggalkan sejenak mengenai orientasi saya dan kembali kepada inti tulisan saya kali ini, yaitu sahabat. Kata orang, mencari sahabat itu sulit. Lebih mudah mencari musuh. Mungkin ada benarnya juga jika ada orang yang mengatakan seperti itu. Jika mencari sahabat itu sulit, lalu bagaimana dengan menjadi seorang sahabat yang baik? Bukankah itu lebih sulit lagi? Mendapatkan seorang sahabat mungkin bisa dimulai dengan menjadi sahabat yang baik.

Terdengar simpel, terlalu simpel, namun prakteknya cukup sulit karena pada kenyataannya seberapa baikpun kita berusaha untuk menjadi seorang sahabt yang baik, seringkali balasan yang kita terima tidak setimpal. Tetapi, sekali lagi, menjadi seorang sahabat yang baik tidak seharusnya mengharapkan balasan, bukan? Hmm, at least that's what I think. Hehehe.

Okay, enough for now. I'm turning into a preacher in any minute now =P

1 comment:

Kay Chen said...

Indeed, it's easier to make enemies than to make one good friend. ^__^ Glad to know you have many.


Teman yang baik tidak seharusnya mengharapkan balasan? <--- itu aku gak setuju. Per'sahabatan'an itu adalah hubungan dua arah. Kita nggak mungkin mengharapkan orang lain menjadi sahabat kita tanpa kita menjadi sahabatnya juga, bukan? Maka memang seharusnya saling berbalas bukan? ^__^ hahahaha. ^__^