Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Saturday, 23 October 2010

Kesalahan Orang Tua

Minggu lalu, adik saya yang paling bontot bilang kalau dia sempat jatuh dari tangga saat mengangkat meja di sekolah dan membuat celana panjangnya sobek. Sontak kami semua yang berada di dalam mobil, termasuk adik saya itu, tertawa terbahak-bahak mendengar ceritanya. Rasanya lucu membayangkan gayanya saat jatuh - dari atas sampai bawah dengan gaya duduk - apalagi tahu kalau celananya sobek dan mengakibatkan celana dalamnya nongol. Duh, eksibisionis sekali kamu, De. Hehehe.

Malam itu kami tertawa terbahak-bahak. Esok harinya, di antara obrolan kembali kami menyinggung peristiwa lucu adik saya yang jatuh dari tangga. Setelah dipikir-pikir lagi, peristiwa itu bisa saja menjadi sebuah peristiwa buruk, dan bukannya menjadi kisah lucu. Bisa saja adik saya kenapa-napa karena jatuh atau bisa saja dia terluka parah. Jika dilihat besarnya sobekan di celananya, ajaib adik saya baik-baik saja. Bahkan luka setitik pun tidak ada. Cuma malunya aja yang gede :p.

Mama pun bersuara, katanya "itu sebuah teguran untuk mama sebagai orang tua." Maksud Mama, kecelakaan ringan yang dialami adik saya merupakan sebuah teguran halus untuknya sebagai orang tua. Mama merasa telah melakukan sebuah kesalahan sehingga Tuhan memberikan teguran melalui kecelakaan yang dialami adik saya.

Duk! Jeder!

Detik itu juga saya merasa tertohok, seolah kejatuhan batu dari atas lalu ada petir menyambar-nyambar, persis seperti di film-film. Ya ya ya, saya tahu itu lebay sekali. Tapi sungguh saat itu jantung saya seperti berhenti berdetak. Pikiran saya mulai berkecamuk. Jika kecelakaan adik saya itu sebah teguran karena Mama melakukan sebuah kesalahan, lantas kesalahan apa yang Mama perbuat sehingga salah satu anaknya ada yang lesbian? Duh, sungguh sedih hati ini mengingat jika Mama yang merasa bersalah karena saya ini lesbian :(.

Iya, mungkin saya akan mendapatkan ocehan dari sesama lesbian yang akan mengatakan kalau kelesbianan saya bukan karena kesalahan yang diperbuat orang tua. Mungkin saya akan diberitahu untuk tidak usah memikirkan hal semacam itu. Saya tahu, saya tahu. Percaya deh, saya tahu. Namun untuk kali ini, izinkan saya untuk ber-melankolis sedikit dan memikirkan kemungkinan seperti itu karena terkadang saya tidak ingin membela diri. Terkadang saya ingin hanyut dalam perasaan bersalah dan membuat saya lama merenung (ya ya ya, saya ini masokis akut).

Bukan. Bukannya saya menye-menye nggak jelas. Bukannya saya mau jadi lesbian yang lemah. Hanya saja saya pikir bahwa kadang saya harus introspeksi diri dan melihat lagi hal-hal yang selama ini saya anggap benar. Saya tahu  pandangan saya tentang menjadi seorang lesbian itu merupakan pembenaran diri semata. Sering saya memperjuangkan pandangan saya itu, tapi terkadang saya merasa perjuangan saya itu hanya untuk menenangkan hati dan merasa lepas dari rasa bersalah.

Ah, ngomongin soal dosa tentu tidak akan ada habisnya karena setiap orang akan merasa dirinya yang paling benar saat mengutarakan pendapat. Tapi satu hal yang saya tahu, dengan merenung dan menyelami perasaan bersalah, membuat saya berusaha keras untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan.

No comments: