Pintu kamar saya diketuk pelan dari luar saat saya tengah menyelesaikan laporan yang tidak ada habisnya. Siapa lagi kalau bukan adik saya? Kalau Sam menyebut adik saya itu Jagoan Kecil.
Saya cuma tinggal berdua dengan dia, meskipun terkadang Mama sering datang berkunjung sekalian mengurusi beberapa urusan bisnisnya. Tapi malam ini tumben-tumbenan dia pakai acara ketuk pintu dulu. Biasanya juga langsung buka pintu dan main masuk sembarangan.
Saya cuma tinggal berdua dengan dia, meskipun terkadang Mama sering datang berkunjung sekalian mengurusi beberapa urusan bisnisnya. Tapi malam ini tumben-tumbenan dia pakai acara ketuk pintu dulu. Biasanya juga langsung buka pintu dan main masuk sembarangan.
Dia masuk dan duduk di tempat tidur sambil membuka-buka lembaran novel The Lost Symbol-nya Dan Brown yang tebalnya ngalah-ngalahin Alkitab (hehehe), yang sampai detik ini belum selesai saya baca. Tidak saya pedulikan dia. Perhatian saya ada pada laporan yang tengah saya kerjakan.
Tiba-tiba dia berkata, "Ci, aku pengen jadi arsitek."
Saya mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda setuju. Lumayan kan kalau si Jagoan Kecil ini jadi arsitek. Nanti model rumah masa depan saya bisa minta dia yang gambarin hehehe. Lagian Jagoan Kecil ini memang senang menggambar sejak kecil. Dulu saja, ketika masih duduk di bangku kelas 6 SD, dia bisa memiliki ide untuk menyambungkan beberapa lembaran karton putih menjadi satu, lalu mulailah dia menggambar di atasnya. Ketika ditanya apa yang dia gambar, jawabnya, "Ini gambar bandara." Dia menggambar bentuk gedung-gedungnya lengkap beserta jalur lepas landasannya.
"Aku juga kepengen jadi ilmuwan yang bisa membuat pesawat terbang."
Wah, mau jadi seperti Bapak B.J. Habibie juga dia! Sekali lagi saya mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda setuju. Lumayan dia bisa membuatkan kami pesawat keluarga (hahaha).
"Tapi aku juga pengen jadi pilot, Ci."
Lagi-lagi saya menganggukan kepala. Hebat juga nih anak. Jadi begitu pesawat selesai dibuat, bisa sekalian dia yang sopirin pesawatnya.
"Tapi aku juga pengen jadi dokter, Ci."
Kali ini saya berkomentar, "Ya boleh-boleh saja. Kalau cita-citamu sebanyak itu, mendingan sekarang belajar gih. Biar pintar."
Dia diam sesaat. Lalu katanya lagi, "Bantuin aku bikin PR dong, Ci."
Tumben dia minta saya membantunya mengerjakan PR. Biasanya juga dia bisa mengerjakan PR-nya sendiri. Saya mengalah dan mengikuti dia ke kamarnya. PR-nya ternyata Matematika. Saya baca soalnya. Hah, ini anak bener-bener deh. Soal segampang itu masa minta bantuan saya. Saya yakin betul dia bisa mengerjakan soal-soal tersebut tanpa bantuan saya. Si Jagoan Kecil ini memang jago dalam mata pelajaran hitung-hitungan.
Saya sudah bisa menebaknya. Pasti Jagoan Kecil lagi kangen Mama. Biasanya kalau lagi kangen Mama, dia cari perhatiannya ke saya dengan segala caranya. Dan kali ini adalah minta bantuan untuk mengerjakan soal Matematika. Jadinya saya temani dia selama satu jam untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Ternyata Jagoan Kecil ini masih anak Mama juga hehehe.