Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Friday, 27 May 2011

Layu Sebelum Berkembang

Hari ini seharian sibuuuuuuuuuk bener. Pagi-pagi gue udah bangun, mandi, ganti baju, langsung tancap ke pom bensin. Ngantri bensin, bok! 5 tahun lagi, mobil pakai air doang kayaknya. Lah sekarang aja bensin musti ngantri, itu juga mobil pribadi cuma dikasih jatah 20 liter/hari. Kejam!

Selesai ngantri, gue langsung ke kantor PAM buat bayar tagihan air. Selesai bayar-bayaran, rencananya gue mau ketemu temen. Tapi batal karena suaminya lagi sakit, minta dikelonin. Uh, manja! Kan gue lagi ada perlu sama temen gue.

Sorenya, gue antar nyokap ke arisan. Ikutan nebeng ii gue dan dua orang temen nyokap (Tante #1 dan Tante #2). Biasalah, ibu-ibu kalau udah ketemu, yang diomongin soal anak-anaknya. Kata Tante #1, "anak-anak zaman sekarang udah gak bisa dibilangin dan selalu membantah." Tante #2 mengiyakan, katanya "iya, orang tua baru ngomong satu kata, mereka udah 10 kata." Tante #1 setuju, katanya "iya, sekarang mereka lebih pintar-pintar." Gue dalam hati ngomong, iyalaaaaahhhh.... susunya mahaaaaaalllllll! Untung aja nyokap ngebelain gue, katanya "untung anak gue sih enggak...kecuali kalo udah marah banget... hahaha." Dalam hati gue, iyalaaaaaaahhhhh.... gimana bisa membantah, lah gue baru ngomong satu kata, mama udah seribu kata. Hihihi....

Kemudian datanglah topik yang paling bikin gue males dan mules... kapan kawin?????? Uh, KAPAN-KAPAN! Terus gue ditanya umurnya berapa... gue jawab... dan berbicaralah Tante #2, katanya "waahhhhh udah pas tuh umurnya...." Tante #1 mengiyakan, "iya nanti kalo ketuaan bisa susah hamil." Hueeeeee???? Tante #2 lagi, "betul itu... perempuan seumuran kamu itu udah masuk masa-masa subur... biasanya dari umur 17.... kalo udah 27-30 itu udah gak subur lagi." Huh?!?!?!?! Tante #1, "makanya sekarang harus cepet-cepet... nanti kamu keburu layu sebelum berkembang."

Hahahahaha... Siauuuulll!!! Ogah gue antar mereka ke arisan lagi. Beuh!

Thursday, 19 May 2011

Only Human

Ya, ada ketidakpastian dalam hidup ini. Ada saja hal-hal yang tidak pasti. Selalu. Hampir setiap kali menghadapi ketidakpastian, gue selalu berpikir positif, optimis dan penuh harapan. Namun, ada saatnya juga ketika gue, pada akhirnya, menyerah, pesimis dan berhenti berharap.

It doesn't come with no reason. Ketika gue menerima pukulan beruntun, ada saatnya gue bisa jatuh dan kalah telak. Ketika semua harapan yang gue miliki ternyata hanyalah harapan kosong dan tidak ada hasilnya, gue pun kecewa. Terus seperti itu hingga akhirnya gue menyerah.

Gue akan lebih suka untuk melakukan antisipasi dengan membayangkan hasil yang paling buruk yang akan gue terima dari ketidakpastian yang gue hadapi. Dengan begitu, gue tidak perlu lagi merasakan kekecewaan yang besar.

Ketika menghadapi ketidakpastian yang tak berujung, rasanya seperti berada dalam sebuah terowongan gelap tanpa terlihat ada setitik cahaya di ujungnya. Gue bertanya-tanya, sambil terus berjalan, di mana ujung terowongannya? Di mana cahayanya? Gue akan terus berjalan sampai akhirnya, setelah jauh berjalan dan cahaya tak kunjung terlihat, gue pun mulai berhenti berjalan. Seolah gue terperangkap dalam terowongan dan tak akan pernah bisa keluar.

Itulah yang gue rasakan saat ini... terperangkap dalam ketidakpastian.

I feel like I'm waiting for something that isn't going to happen. That's exactly what I feel right now. And I'm still asking why me? Why me, God??? And I'm getting mad at Him for letting me facing this uncertainty, for letting me be in a big, big trouble. I'm mad and stop praying. I lose hope and have no desire to live my life.

I'm no perfect... I'm only human, after all.

Gue butuh obat penenang, Dok!!!

Tadi gue ke dokter karena penyakit andalan gue, sinus dan radang tenggorokan, kambuh. Dokternya adalah dokter keluarga gue. Bukan. Bukannya gue kaum bangsawan atau konglomerat yang memiliki private medical team sendiri. Tapi gue sebut dokter keluarga karena dari nyokap, bokap, gue, dan adik-adik gue kalau sakit, pasti berobatnya ke dokter yang satu itu. (Capede...)

Berhubung dia dokternya seluruh anggota keluarga gue, jadinya gue cukup leluasa ngobrol sama dia. Lagipula, dokternya juga masih muda, sekitar 30-an, dan gahoel pula. Tak ketinggalan... kayaknya cong juga sih. Gue yakin seyakin-yakinnya karena dia [1] ngondek, [2] ngondek dan [3] ngondek. Hihihi... 

So, inilah percakapan yang terjadi antara dokter dan pasien (gue), yang seharusnya hanya menjadi rahasia antara dokter dan pasien...

Dokter: Walah, kenapa kamu kok udah di sini?
Gue: (with a flat face) ya sakitlah dok. Masa saya di sini mau minta nomer buntut?
Dokter: Hahahaha... (sambil melambaikan tangan ala cong). Sakit apa kamu?
Gue: Biasa, Dok. Radang tenggorokan sama sinus. Lamaan dikit pasti demam deh, Dok.
Dokter: Ih, kamu kok ya ngapain datang ke sini kalo udah tahu sakitnya apa? 
Gue: Ya minta resep obat lah, Doooooook.
Dokter: Halah, itu sih karena kamu begadang melulu. 
Gue: -________- 
Dokter: Hahahaha (lambaian ala cong lagi).
Gue: Oia, saya minta obat penenang juga dong, Dok. Stress berat nih... jadi susah tidur.
Dokter: Stress kenapa kamu? Gak dapet-dapet jodoh?
Gue: Siaul! 

Setelah menunggu obat dari resep si dokter, ternyata gue cuma dikasih satu strip Troches dan antibiotik. Obat penenangnya gak ada!!! Ikh, dasar dokter pelit. Gue kan susah tidur nih. Mungkin baca buku kuliah dulu bisa membantu mendatangkan kantuk...

Saturday, 14 May 2011

Why ME?

Abe telepon gue beberapa hari yang lalu dan cerita ke gue masalah percintaannya yang, buat gue, selalu terdengar tragis. Iya, gimana enggak tragis, wong dia jatuh cinta melulu sama perempuan, yang gue yakin, hetero dan selalu berakhir dia dijauhi. Yang terakhir ini katanya udah mulai menjauh juga.

So, she asked me whether she should coming out to her or not, dengan alasan supaya kalau itu cewek memang mau menjauh karena kelesbianannya dia, ya silakan. And my answer is definitely NOT. Iya dong... dia yang masih mengira-ngira Abe ini lesbian apa bukan aja, udah mulai menjauh. Lah gimana kalau dia tahu Abe itu lesbian? Bisa-bisa kabur... hehehe.

Gue beritahu juga alasan kenapa dia seharusnya enggak perlu coming out. Gimana kalau temannya itu gak siap dengan kenyataan bahwa perkiraannya itu benar dan tahu-tahu dia keceplosan sama orang lain? Walah, itu sih gawat. Udah temannya menjauh, semua orang juga jadi tahu dia homo. Kan rempong bok!

Mendengar penjelasan gue, Abe cuma bisa menghela nafas panjang-panjang. Lalu katanya, "kenapa harus gue? Kenapa gue? Kenapa lo? Kenapa Kopi?" Dan gue enggak bisa jawab. As for now, I am asking the same question: "why ME?" Why me out of 7 billion people in the world? Why me??? Can't God pick someone else to face these problems?

I am still asking and this uncertainty thing I talked about is killing me slowly. Meh, I need sleeping pill to get me asleep. I have to stop before I get addicted to it. The only way to get me asleep is to work my ass till drop. That way, I will be too exhausted and just crash right away when I'm home. Did that yesterday and I think I slept like a baby last night.

Sunday, 8 May 2011

Mainan Baru

Akhirnyaaaaaa gue punya mainan baru di rumah...hehehe. Ini dia mainan baru gue


Yup, three little rabbits! Hehehe. Lucu kaaaaan??? I named them (from left to right) Rabbit #1, Rabbit #2, Rabbit #3. Hihihi, enggak deng :p. Kasih nama apa ya bagusnya? Any idea, gals? 

Karena belum dinamai, gue manggilnya "linci, linci...cup cup cup...sini sini sini." Dan tiap kali gue panggil gitu, yang ada bukannya datang, mereka malah muter-muter di dalam kardus. Oia, belum sempet beli kandangnya juga.  

Ini pertama kalinya gue berani megang-megang hewan. Iyalah, masa kelinci takut sama kelinci. Bikin malu! Hihihi. Tapi gak tahu kalo mereka udah gede, yang ada gue takut kali. Ini karena masih imut aja hehe. 

Tiap kali gue ajak main, eh si putih malah kerjaannya tiduuuuuuuuuuurrrrrrrrr terus. Dasar pemalas! Kalo yang item, makaaaaaaaaaannnnn melulu. Gigitin wortel terus. Tapi kalo mau difoto, si item malah langsung diam dan berpose, menatap kamera dan naikin telinganya. LOL. Kalo si cokelat, doyan dipangku. Bawaannya diam aja di pangkuan.

Nah, jadi Kopi terancam gue cuekin gara-gara sibuk main sama mereka bertiga. Hihihihi...

Saturday, 7 May 2011

Uncertainty

Sometimes there is uncertainty in life. Whether you like it or not, it'll come when it comes. But most of us don't like uncertainty. To me, it is the biggest enemy. And considering I'm such a perfectionist, uncertainty is something that bothers me the most. Well, perfectionist and uncertainty definitely cannot go hand in hand.

You see, how simple the word is, yet it brings an enormous effect for someone. In my case, when facing an uncertainty, I feel nervous, uneasy, upset and resentful. I always have the urge to get through it, yet I really don't know what is going on and how am I going to get through it. 

There's nothing much I can do with uncertainty. In fact, all I can do is just waiting, waiting, and WAITING. I mean, I feel the tickle on my toes to get this uncertain thing clear as soon as possible but the only thing to do to get it done is just waiting. How cruel is that??? It's a torture. Uncertainty is definitely a pain in the ass... and in my mind. 

I know I will get through it, eventually. Only I want it soon. But it is called "uncertainty" for two reasons: we don't know [1] when we'll get through it and [2] what will come out of it. It's enough to keep my eyes open wide and my mind racing for tonight. Now I'm back to my old, old, old habit... losing sleep. 

Since I've promised to keep positive thinking, other than waiting, I'll keep telling myself that I will get through it, sooner or later. 

(Meh!!! I still have the urge to get it done SOON! Now what am I gonna do??? - Waiting, Rae, waiting. And have some patience, could ya? Nah, this is something that I don't have patience for.)

Wednesday, 4 May 2011

Lesbian Life: The Consequences

They say, life is a choice you can live with. Se-indecisive-nya gue, ternyata tanpa sadar gue membuat sebuah keputusan: hidup. Yup, gue masih kepengen hidup lebih lama lagi. And here comes the consequences... karena setiap keputusan memiliki konsekuensinya masing-masing, avoidable or unavoidable.

Ketika gue memutuskan untuk terus melanjutkan hidup gue, ada konsekuensi-konsekuensi yang harus gue tanggung, misalnya naik turunnya kehidupan gue, masalah-masalah yang gue hadapi, suka dukanya, keberhasilan dan kegagalan, dan masih banyak lagi. Tapi sekali lagi bahwa itu adalah konsekuensi dari kehidupan.

Sama seperti kehidupan lesbian. Ketika gue memutuskan untuk hidup sebagai lesbian, pastinya ada konsekuensinya sendiri, yang jauh lebih besar. Maksud gue "dengan memutuskan untuk hidup sebagai lesbian" di sini adalah bahwa gue mengakui pada diri sendiri: "I'm gay." I am gay, single or taken (karena gue tahu ada lesbian yang memutuskan untuk "stay single").

Kehidupan orang-orang seperti gue jelas jauh lebih sulit dengan konsekuensi yang jauh lebih berat. Sebelum memutuskan jadi lesbian, seharusnya udah tahu apa konsekuensinya. Enggak tahu? Sini gue kasih tahu. Jadi lesbian itu enggak gampang, harus sembunyi di lemari yang lengkap dengan gembok. Atau kalau siap lahir, batin dan finansial, silakan umumkan orientasi seksual kamu. Efek samping kalau tinggal di lemari terus adalah jadi paranoid sendiri. Suka mendadak cemas kalau ketemu orang. "Can they see the gay in me?" is the question that keeps popping.

Jadi lesbian itu susah lho... maksudnya susah cari pacar. Gak percaya? Tanya aja sama yang jomblo... hehehe (dihujat massal deh gue). Belum lagi keadaan masyarakat sekitar yang jelas-jelas menolak (meskipun tidak semuanya, hanya sepersekian persen dari keseluruah) kaum minoritas seperti LGBT. Pada intinya, kehidupan sebagai lesbian itu konsekuensinya adalah hidup seperti dalam kungkungan... serba susah, serba ribet.

Masih tetap mau jadi lesbian meskipun udah tahu sebagian kecil konsekuensinya? Iya? Then stop whining, whining and WHINING. That is one of so many reasons why I deactivated my Facebook account. Iyalah, siapa juga yang tahan baca status orang-orang yang kayaknya merana amat jadi lesbian.

Kalau mau jadi lesbian, ya harus terima konsekuensinya. Jangan ada masalah sedikit, langsung menyalahkan diri sendiri yang lesbian. Ini gara-gara gue jadi lesbian, gitu? Atau menyalahkan mereka yang hetero karena mengungkung orang-orang seperti kita. Helloooooooowwww... mau gay, mau hetero, sama-sama susah. Mau gay, mau hetero, sama-sama namanya hidup. Dan sekali lagi, hidup itu pilihan dengan konsekuensinya masing-masing. Kalau mau jadi lesbian, ya rela gak rela, harus rela hidup dalam kungkungan.

Daripada ngeluh dan ngomel-ngomel dan terus-terusan menderita, mendingan juga melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk hidup. Karena mau jadi homoseksual atau heteroseksual, tetap saja hidup harus terus dijalani.