Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Sunday, 31 October 2010

Mari Kita Cek

Cek, cek, cek...

Semoga link yang satu ini enggak eror lagi kerjaan.

Punya Pacar Nggaaakkk???

(On the phone)

Rae: De, punya pacar nggak?
Bontot: Apaan sih? Nelpon nanya gak penting.
Rae: Udah makan?
Bontot: Udah.
Rae: Bikin PR?
Bontot: Udah juga dong.
Rae: Udah punya pacar juga dong kalau gitu?
Bontot: Tauuuuuuuuuuuuuuuuuuu...

Tut...tut...tut... (emang dasar anak kurang asem. Hahaha).

(In the car)

Rae: Punya pacar nggak, De?
Bontot: Apa lagi sih?
Rae: Masa nggak punya?
Bontot: Tau.
Rae: Masa cewek gak punya sih?
Bontot: Enggaaaakkk...
Rae: Cowok dong ya?

*PLAK* (mendaratlah sebuah tepukan keras di pundak saya.)

Rae & Bontot: Huahahahahahaha.

Ps. Tenang, tenang... adik saya itu sedang naksir dengan seorang teman sekelasnya. Perempuan kok. Hahaha *fiuuuhh... ngelap keringat di jidat*

Saturday, 23 October 2010

Kesalahan Orang Tua

Minggu lalu, adik saya yang paling bontot bilang kalau dia sempat jatuh dari tangga saat mengangkat meja di sekolah dan membuat celana panjangnya sobek. Sontak kami semua yang berada di dalam mobil, termasuk adik saya itu, tertawa terbahak-bahak mendengar ceritanya. Rasanya lucu membayangkan gayanya saat jatuh - dari atas sampai bawah dengan gaya duduk - apalagi tahu kalau celananya sobek dan mengakibatkan celana dalamnya nongol. Duh, eksibisionis sekali kamu, De. Hehehe.

Malam itu kami tertawa terbahak-bahak. Esok harinya, di antara obrolan kembali kami menyinggung peristiwa lucu adik saya yang jatuh dari tangga. Setelah dipikir-pikir lagi, peristiwa itu bisa saja menjadi sebuah peristiwa buruk, dan bukannya menjadi kisah lucu. Bisa saja adik saya kenapa-napa karena jatuh atau bisa saja dia terluka parah. Jika dilihat besarnya sobekan di celananya, ajaib adik saya baik-baik saja. Bahkan luka setitik pun tidak ada. Cuma malunya aja yang gede :p.

Mama pun bersuara, katanya "itu sebuah teguran untuk mama sebagai orang tua." Maksud Mama, kecelakaan ringan yang dialami adik saya merupakan sebuah teguran halus untuknya sebagai orang tua. Mama merasa telah melakukan sebuah kesalahan sehingga Tuhan memberikan teguran melalui kecelakaan yang dialami adik saya.

Duk! Jeder!

Detik itu juga saya merasa tertohok, seolah kejatuhan batu dari atas lalu ada petir menyambar-nyambar, persis seperti di film-film. Ya ya ya, saya tahu itu lebay sekali. Tapi sungguh saat itu jantung saya seperti berhenti berdetak. Pikiran saya mulai berkecamuk. Jika kecelakaan adik saya itu sebah teguran karena Mama melakukan sebuah kesalahan, lantas kesalahan apa yang Mama perbuat sehingga salah satu anaknya ada yang lesbian? Duh, sungguh sedih hati ini mengingat jika Mama yang merasa bersalah karena saya ini lesbian :(.

Iya, mungkin saya akan mendapatkan ocehan dari sesama lesbian yang akan mengatakan kalau kelesbianan saya bukan karena kesalahan yang diperbuat orang tua. Mungkin saya akan diberitahu untuk tidak usah memikirkan hal semacam itu. Saya tahu, saya tahu. Percaya deh, saya tahu. Namun untuk kali ini, izinkan saya untuk ber-melankolis sedikit dan memikirkan kemungkinan seperti itu karena terkadang saya tidak ingin membela diri. Terkadang saya ingin hanyut dalam perasaan bersalah dan membuat saya lama merenung (ya ya ya, saya ini masokis akut).

Bukan. Bukannya saya menye-menye nggak jelas. Bukannya saya mau jadi lesbian yang lemah. Hanya saja saya pikir bahwa kadang saya harus introspeksi diri dan melihat lagi hal-hal yang selama ini saya anggap benar. Saya tahu  pandangan saya tentang menjadi seorang lesbian itu merupakan pembenaran diri semata. Sering saya memperjuangkan pandangan saya itu, tapi terkadang saya merasa perjuangan saya itu hanya untuk menenangkan hati dan merasa lepas dari rasa bersalah.

Ah, ngomongin soal dosa tentu tidak akan ada habisnya karena setiap orang akan merasa dirinya yang paling benar saat mengutarakan pendapat. Tapi satu hal yang saya tahu, dengan merenung dan menyelami perasaan bersalah, membuat saya berusaha keras untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan.

Friday, 15 October 2010

Rasanya... Tidak Menyenangkan

Sekarang saya baru tahu rasanya ketika sedang menunggu dan tidak diberi kabar.

Rasanya... tidak menyenangkan... sangat tidak menyenangkan.

Monday, 11 October 2010

New Scent

Just bought a new perfume. L'eau Par Kenzo.
Love the scent :)

Sunday, 10 October 2010

Punk Rock

Baru tahu saya kalau model rambut saya yang sekarang ini diberi nama Punk Rock. Padahal sebelumnya, waktu mau dipotong saya cuma jelasin modelnya itu supaya dibuat pendek panjang (model trap) dan ujungnya digunting bentuk segi.

Hasilnya mirip seperti ini, hanya saja rambut saya sedikit lebih pendek. Heheheheh.


Anyway, cool name. Punk Rock. I like it ;) Though, I don't look so punk at all :p

Ps. Itu bukan foto saya lho ya. Suwer deh. Kecakepan soalnya buat jadi saya. Hahaha.

Sunday, 3 October 2010

Sahabat

Saya bukan termasuk tipe orang yang memiliki banyak teman, tetapi saya memiliki beberapa teman dekat yang lebih senang saya sebut sebagai sahabat. Persahabatan yang begitu kental memang baru bisa saya rasakan saat duduk di bangku kuliah.

Sejak saat itu saya percaya bahwa "sahabat" itu benar-benar ada. Saya percaya bahwa "sahabat" itu tidak hanya sekedar bergantung pada mutualisme, bahwa subjek yang menjadi "sahabat" bukan pula simbiosis mutualisme yang selalu mengharapkan balasan dan saling keterbergantungan satu sama lain.

Well, friends with mutual? Or friends with benefit? Tidak bisa dipungkiri hal-hal seperti itu memang ada. Tapi bukankan ada kalimat yang mengatakan "Kita tidak bisa memilih keluarga kita, tetapi kita bisa memilih sahabat yang bisa menjadi keluarga kita"? Maka muncullah kalimat "Bijaklah dalam mencari teman."

Saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Mungkin karena berada di perantauan selama bertahun-tahun membuat saya bisa menemukan arti dari sahabat yang sebenarnya. Saya memiliki beberapa sahabat dekat, sebuah kelompok kecil yang saya percaya, yang memiliki kesamaan satu sama lain meskipun tidak lepas dari keunikan dan perbedaan suku dan latar belakang dari setiap anggotanya, dan yang bisa memahami sifat satu sama lain.

Sebagian dari mereka memang belum mengetahui perihal mengenai orientasi seksual saya, tetapi saya tidak merasa membohongi mereka karena saya tetap bisa menjadi diri saya sendiri ketika berada di dekat mereka. Bukankah Frank Crane mengatakan "What is a friend? I will tell you... it is someone with whom you dare to be yourself"? Akan ada saat di mana sudah waktunya saya memberitahu mereka mengenai orientasi saya dan itu hanya akan menjadi sebuah bagian di mana saya membagi sebuah rahasia kepada sahabat-sahabat terdekat saya.

Mari tinggalkan sejenak mengenai orientasi saya dan kembali kepada inti tulisan saya kali ini, yaitu sahabat. Kata orang, mencari sahabat itu sulit. Lebih mudah mencari musuh. Mungkin ada benarnya juga jika ada orang yang mengatakan seperti itu. Jika mencari sahabat itu sulit, lalu bagaimana dengan menjadi seorang sahabat yang baik? Bukankah itu lebih sulit lagi? Mendapatkan seorang sahabat mungkin bisa dimulai dengan menjadi sahabat yang baik.

Terdengar simpel, terlalu simpel, namun prakteknya cukup sulit karena pada kenyataannya seberapa baikpun kita berusaha untuk menjadi seorang sahabt yang baik, seringkali balasan yang kita terima tidak setimpal. Tetapi, sekali lagi, menjadi seorang sahabat yang baik tidak seharusnya mengharapkan balasan, bukan? Hmm, at least that's what I think. Hehehe.

Okay, enough for now. I'm turning into a preacher in any minute now =P

Move On

Saya menerima sebuah pesan di Facebook. Pesan dari seorang sahabat yang sebetulnya saya kenal dari dunia maya hampir enam tahun silam. Cukup unik sebenarnya jika dilihat bagaimana kami bertemu dan akhirnya menjalin persahabatan selama enam tahun.

Awalnya memang hanya dari dunia maya. Saya di Indonesia sedangkan dia di Amerika. Obrolan yang terjadi pun hanya sekedar basa-basi. Saya sendiri sudah lupa kapan dan bagaimana tepatnya kami menjadi akrab satu sama lain. Akrab dalam hal ini saling curhat-curhatan. Yah, mungkin dia yang lebih sering curhat ke saya.

Persahabatan kami semakin diperkukuh setelah dia coming out dan bilang kalau dia itu seorang biseksual, dua tahun sejak kami berkenalan. Well, tentu saja saya tidak masalah. Wong saya berada dalam satu sekutu yang sama, meskipun waktu itu saya belum berani bilang ke dia. Dan berlanjutlah persahabatan kami hingga detik ini.

Satu hal penting dari persahabatan kami, meskipun maya tapi persahabatan kami terasa nyata. Entah bagaimana caranya, bahkan saya sendiri tidak pernah membayangkan, kami bisa saling membantu satu sama lain. Tidak jarang saya membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Begitu juga sebaliknya, dia sering membantu saya mencari berbagai informasi yang saya butuhkan untuk tugas kuliah. Heran kenapa bisa begitu? Saya sendiri juga heran. Hehe.

Kembali ke pesan yang masuk dalam akun Facebook saya. Dalam pesannya itu dia mengatakan "I finally move on. I deleted all of his photographs I could find, his texts, e-mails, everything about him."

Tahun lalu, sahabat saya itu berkenalan dengan seorang laki-laki dan akhirnya mereka pacaran. Bisa dikatakan ini pacar (laki-laki) pertamanya. Sebelumnya dia sempat menjalin hubungan dengan seorang gadis. Namun hubungan mereka akhirnya kandas setelah empat atau lima bulan kemudian. Butuh kesabaran yang penuh dalam menghadapi dia yang tengah patah hati. Akhirnya setelah hampir setahun, saya menerima kabar yang sebetulnya sudah lama saya nantikan. She finally moved on.

Siapa yang tidak pernah merasakan patah hati? Saya rasa setiap orang pernah merasakannya. Patah hati membuat dunia mungkin seolah kiamat. Tapi bukankah kehidupan terus berlanjut, and that's why we have to keep moving on, right? Apapun cara yang ditempuh sahabat saya agar bisa move on, yang penting bukan dengan cara membenci orang yang pernah dicintainya. Saya katakan itu kepadanya dan dia bilang "I don't hate him. I just don't want to remember everything about him." Well, apapun itu, saya bersyukur untuk sahabat saya itu.

"You'll find someone better, sooner or later."
"Oh, no, I'm fine being single for now. I'm not into relationship anymore."

Dasar ABG. Hahaha. Tunggu saja sampai dia terpikat dengan seseorang lagi! =P