I need to rant. Or rambling. Or monologue-ing (wait, is that even a word?). Or whatever. I need the sleep, so I need this and I'm going to do it. Rather than talking out loud to myself inside my room, it's probably would seem more sane to just pour it up on here. I mean, what's the use of online blog, anyway? Right? Okay. So, this post might be just like any other post about messy, crumbled thought that I have. Don't tell me I didn't warn you.
Okay, then. You chose to stay and keep reading (thank you, by the way). Oh, and before we move on, here's another warning: whatever side-effects you're having after reading this, I am not responsible to that. It's all on you. Still staying? Good. So, how about I start on talking about life being funny, as always? Or, maybe, that life plays a fool out of you? Like, seriously, you realize it, right? Well, I certainly do realize it. Yes, life is, indeed, playing a fool out of me right now. I have my reason, of course. I am never accusing something or someone without a reason, logically or not.
Remember that people say that when you're least expecting something, it comes? Yes, that's what happened to me. Just as when I believed I was facing a dead-end, suddenly, BAM!, here comes the way to break the wall so I can move forward. Just like the light at the end of the tunnel. I mean, after awhile of being hopeless and less expecting that something would come in to my way, this is kind of frustrating and tiring. Hey, I'm human, okay? It doesn't mean that I'm complaining or something. Believe me, I have found way to be graceful everyday to keep being alive and nothing like cutting-wrist would happen. (Please, take a note: I am NOT suicidal).
Now that the wall is broken, I am given chances to make things happen. All I have to do is only choose what I want. Really, it should be an easy thing to do, right? But becoming me, no, it's not. Guess this all has to do with me being in my comfort zone for too long that I don't dare taking choices. I was once told that life is about making choices and not destiny. Wherever or whatever you are now is the result of what you chose before. Oh, if only it's as easy as answering multiple-choices question. That is why sometimes having no options is way better than having to make a choice, or so I think.
But then again, I have to choose and, amazingly, I did. I just wish that this will start making things happen. And with that, I am now going to try to get some sleep. And, oh, it's Friday already. The Good Friday. So, behave and be good.
Goodnight and rest well. (Yes, I'm saying that for myself).
Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image
Friday, 29 March 2013
Friday, 15 March 2013
9 Years
I can't believe it's been 9 years of friendship. But who's counting, anyway? Long distance friendship lebih tepatnya, dan belum pernah sekalipun kami bertemu secara langsung. Skype, iya. Tapi tetap saja rasanya berbeda. Maka tidaklah heran jika kami berhasrat untuk saling bertemu suatu saat nanti. Saat di mana mimpi kami terwujud. Tidak muluk-muluk. Cukup saja kami meraih apa yang kami cita-citakan. Tidak ada salahnya bercita-cita dan bermimpi, kan? Bahkan di negeri komunis pun manusianya memiliki cita-cita dan mimpi.
One day, my dear friend. One day... Hang in there!
Tuesday, 12 March 2013
3 dan 200
Sepertinya ini kali pertama aku merayakan ulang tahun blog. Sebelum-sebelumnya aku selalu lupa. Sama juga dengan peringatan 3 tahun kali ini, aku hampir lupa. Tapi untungnya, sih, enggak, karena kebetulan juga bertepatan dengan jumlah postingan kali ini yang cantik. Tadinya aku berencana untuk mengadakan sebuah kuis berhadiah buku trilogi The Hunger Games sebagai perayaan ulang tahun ini. Namun karena satu dan lain hal (baca: sibuk), terpaksa aku tunda dulu. Atau dengan kata lain, aku kelupaan sampai akhirnya hari ini tiba. Hehehe...
Seorang pembaca pernah berkata bahwa untuk ukuran blog yang baru berusia 3 tahun, jumlah postingannya termasuk cukup banyak. Ups, itu artinya aku tukang curcol dong, ya? Anyway, blog ini bagiku tidak hanya sekedar wadah untuk curhat, tapi lebih dari itu. Bagiku, blog ini seperti rumah. Setiap saat aku bisa datang dan menuliskan apa saja, atau melakukan apa saja. Kapan pun aku kepingin, aku bisa mengubah-ubah susunan layout maupun desainnya layaknya seperti mendekor ulang sebuah rumah. Hanya di sini aku bisa menuangkan segala isi kepala. Hanya di sini aku bisa menjadi "aku", meski masih menggunakan nama alias. Kalau soal itu, aku masih belum berani terang-terangan. Namanya juga masih in the closet.
Bagiku, blog ini seperti sahabat sejati. Selalu ada di saat aku membutuhkan. Bahkan, ketika aku sedang bosan dan enggan menulis, dia tetap menungguku dengan setia. Bagiku juga, blog ini adalah pendengar yang tidak bawel. Apapun itu, aku bebas mengatakan segala sesuatu tanpa ada protes darinya. Mau aku mengoceh panjang lebar pun dia tetap akan diam. Kombinasi kesemuanya itu membuat blog ini, seandainya manusia, bakal kupacari.
Sebetulnya, awal aku mengenal blog sudah lebih dari tiga tahun yang lalu. Tapi baru benar-benar niat menulis sejak Maret 2010. Itu pun setelah berkenalan dengan dunia tulis-menulis dari majalah online yang ramai pengunjungnya itu. Kalau tidak dari situ, kemungkinan besar blog ini tidak ada. Sembari menulis di sana, aku juga jadi kepingin membuat blog pribadi. Maka jadilah blog ini. Lalu kenapa aku memilih nama Secret on Screen? Tidak ada alasan khusus. Aku hanya suka dengan ritme bunyinya ketika diucapkan.
Katanya, orang yang menulis blog itu, mereka senang dibaca. Tidak hanya tulisannya, namun juga pribadinya. Padahal, menurutku, menulis blog itu adalah hal yang lebih suka dilakukan oleh orang introvert. Seperti aku ini. Awalnya aku tidak berpikir bahwa akan ada orang yang membaca tulisan-tulisanku di sini. Maksudku, siapa juga yang rela menghabiskan waktu hanya dengan membaca segala curhatan tidak jelas ini. Tapi entahlah, mungkin sebagian kecil diriku memang ingin "dibaca" oleh orang lain.
Setelah 3 tahun menaungi blog ini, aku cukup terkejut ketika ada orang yang mengatakan bahwa mereka menyukai blogku ini dan selalu mengikutinya. Ada yang katanya pernah menongkrongi blogku dari pagi sampai malam saat sedang sakit. Ada pula yang mengaku membaca semua isi tulisan dari awal. Ada juga yang katanya menemukan blogku ini dari Oom Google, lalu mulai mengikutinya. Lalu pernah juga ada yang mengaku katanya jadi ikutan terpacu untuk lanjut kuliah S2 karena membaca aku yang menggebu-gebu kepingin kuliah lagi. Mengetahui itu semua tentu membuatku senang. Ternyata sedikit banyak blogku ini tidak hanya memberikan kepuasan bagi diriku sendiri, namun juga memberi manfaat bagi orang lain. Jadi memang ada sedikit kemungkinan aku senang "dibaca" melalui tulisanku.
Bagi kalian, yang tanpa sengaja akhirnya terdampar di sini, aku ucapkan terima kasih karena sudah terdampar. Eh, maksudku terima kasih karena sudah rela meluangkan waktu demi membaca blog ini, yang sebagian isinya sulit dicerna. Bukan karena kalian yang tak pandai, tapi karena aku sendiri yang biasanya kebingungan dengan apa yang hendak kutulis. Maklum, isi kepalaku ini amburadul, maka begitu juga isi blog ini. Sekali lagi, di kesempatan ini, aku mengucapkan terima kasihku untuk kalian.
Namanya menulis pasti kadang muncul rasa malas. Apalagi jika sedang dilanda writer's block. Meski ada saja kejadian yang bisa dituliskan tapi sepertinya otak dan jari tidak sinkron. Malah pernah terlintas untuk berhenti menulis dan menutup blog ini. Tapi, ya, dipikir-pikir sayang juga. Jadilah aku tetap memilih untuk terus mendiami blog ini. Semacam dedemit yang enggan pergi. Semoga saja blog ini akan tetap ada sampai tahun-tahun selanjutnya. Dan biarlah blog ini menjadi pendamping yang senantiasa mengiringi kehidupanku. Suatu saat nanti, di tahun-tahun yang akan datang, aku pasti akan membuka kembali blog ini dari awal, dan mengenang semua yang pernah kutulis.
Ya, suatu saat nanti...
Wednesday, 6 March 2013
Learning to do a Simple Hair Bun
Matahari menyinari kotaku dengan semangat, membuat siang hari nyaris terasa seperti neraka. Well, setidaknya bagiku yang memiliki rambut panjang sepunggung. Ada alasan mengapa aku rela bersabar menunggu rambutku tumbuh sepanjang sekarang ini lalu mengeritinginya di salon. Yaitu agar supaya rambutku terlihat mengembang dengan sedikit ikal yang, harus kuakui, memberi efek berantakan, dan bukannya lurus seperti papan sehingga terlihat lepek dan sedikit. Iya, iya, alasan utamanya aku mau gegayaan aja, kok.
Sisi minusnya dengan memiliki rambut panjang adalah rasa gerah yang tak tertahankan di siang hari saat matahari sedang terik-teriknya. Mau tidak mau aku mengikat rambutku, atau lebih tepatnya membuat bentuk seperti konde seadanya dan sebisanya lalu mengikatknya dengan karet rambut. Poni kujepit dengan jepitan hasil jarahan dari salon. Enggak deng, hehehe. Tapi kata seorang temanku, gaya rambutku yang dikeriting dan diurai itu membuatku terlihat sesuai umurku. Sedangkan gaya rambut yang dikonde asal-asalan membuat aku jadi terlihat lebih tua. Sialan.
Maka aku pun beralih pada Oom Google dan mencari tutorial cara membuat hair bun yang simpel dan sederhana. Mengingat aku orang yang tidak suka ribet, selalu menyediakn karet rambut dan jepitan saat berpergian itu termasuk sesuatu yang ribet bagiku. Kumasukkan kata kunci pencarian, tekan Enter, lalu muncullah jutaan hasil. Ada sebuah video yang menunjukkan cara membuat hair bun tanpa menggunakan ikat rambut dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Benar-benar simpel dan hasilnya juga ciamik.
Nah, masalahnya adalah ternyata tidak sesimpel yang dilihat. Sejak minggu lalu aku selalu mencobanya tapi belum pernah berhasil sekalipun. Erk! Sejauh ini aku hanya bisa sampai pada menggulung rambutku. (Kalau yang itu, sih, aku memang sudah bisa). Entah bagaimana caranya menyelipkan segengggam rambut di balik rambut. Tuh kan, menjelaskannya saja ternyata ribet. Ditambah lagi dengan rambutku yang cukup tebal, aih, susahnya minta ampun! Adakah yang bisa menjelaskan padaku caranya? Hikh...
Aku mencoba mencari-cari tutorial yang lain tapi terlalu ribet bagiku, meski hasilnya bagus-bagus. Nanti sajalah kucoba saat peralatan untuk rambutku lengkap (entah kapan). Jadi terpaksa aku kembali pada cara lamaku, konde berantakan! Daripada aku menderita pusing-pusing karena menahan gerah. Ya, kan?
Sisi minusnya dengan memiliki rambut panjang adalah rasa gerah yang tak tertahankan di siang hari saat matahari sedang terik-teriknya. Mau tidak mau aku mengikat rambutku, atau lebih tepatnya membuat bentuk seperti konde seadanya dan sebisanya lalu mengikatknya dengan karet rambut. Poni kujepit dengan jepitan hasil jarahan dari salon. Enggak deng, hehehe. Tapi kata seorang temanku, gaya rambutku yang dikeriting dan diurai itu membuatku terlihat sesuai umurku. Sedangkan gaya rambut yang dikonde asal-asalan membuat aku jadi terlihat lebih tua. Sialan.
Maka aku pun beralih pada Oom Google dan mencari tutorial cara membuat hair bun yang simpel dan sederhana. Mengingat aku orang yang tidak suka ribet, selalu menyediakn karet rambut dan jepitan saat berpergian itu termasuk sesuatu yang ribet bagiku. Kumasukkan kata kunci pencarian, tekan Enter, lalu muncullah jutaan hasil. Ada sebuah video yang menunjukkan cara membuat hair bun tanpa menggunakan ikat rambut dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Benar-benar simpel dan hasilnya juga ciamik.
Nah, masalahnya adalah ternyata tidak sesimpel yang dilihat. Sejak minggu lalu aku selalu mencobanya tapi belum pernah berhasil sekalipun. Erk! Sejauh ini aku hanya bisa sampai pada menggulung rambutku. (Kalau yang itu, sih, aku memang sudah bisa). Entah bagaimana caranya menyelipkan segengggam rambut di balik rambut. Tuh kan, menjelaskannya saja ternyata ribet. Ditambah lagi dengan rambutku yang cukup tebal, aih, susahnya minta ampun! Adakah yang bisa menjelaskan padaku caranya? Hikh...
Aku mencoba mencari-cari tutorial yang lain tapi terlalu ribet bagiku, meski hasilnya bagus-bagus. Nanti sajalah kucoba saat peralatan untuk rambutku lengkap (entah kapan). Jadi terpaksa aku kembali pada cara lamaku, konde berantakan! Daripada aku menderita pusing-pusing karena menahan gerah. Ya, kan?
Saturday, 2 March 2013
Hadiah Taruhan
Dengan kemenanganku atas taruhan, maka aku berhak mendapatkan hadiah dari Nita. Hadiahnya tiba kemarin lho. Ternyata aku diberinya sepasang boneka Danbo. Katanya yang satu karena sudah awalnya niat memberiku kejutan, lalu yang satunya lagi karena kalah taruhan. Hehehe... senangnya!
Jadi ingat dulu aku pernah ribut dan merengek-rengek kepengin beli Danbo ketika kulihat Nita memajangnya di Instagram. Lalu katanya, "Ups, kamu telat. Danbo-nya sudah kukasih ke orang lain dan aku kehilangan kontak sama yang jualan." Hikh... kecewanya aku. Eh, tahu-tahu aku dikasih Danbo sama Nita. Saat kutanya bagaimana dia bisa menemukan sang penjual, katanya, "Google. Satu per satu. Sampai akhirnya nemu. Pokoknya gitu deh." Haha. Haduh, haduh, maaf ya sudah merepotkanmu, Nit.
Sekarang aku mau pamer. Aku punya boneka Danbo!!! Hahay! Matanya bisa nyala, lhooo. Lucu, kan? Kan, kan, kan? Pokoknya harus bilang lucu. Hehehe. Nanti saat malam tiba kunyalakan matanya lalu kufoto. Oh, hmmm, maunya mereka kuberi nama, tapi apa ya? Si Putih dan Si Cokelat? Ah, standar... (Kata Nita namanya ya Danbo. Hahaha). Pokoknya mau kuberi nama. Titik.
Akhinya aku punya Danbo!!! Thank you so much to you, Nit.
Jadi ingat dulu aku pernah ribut dan merengek-rengek kepengin beli Danbo ketika kulihat Nita memajangnya di Instagram. Lalu katanya, "Ups, kamu telat. Danbo-nya sudah kukasih ke orang lain dan aku kehilangan kontak sama yang jualan." Hikh... kecewanya aku. Eh, tahu-tahu aku dikasih Danbo sama Nita. Saat kutanya bagaimana dia bisa menemukan sang penjual, katanya, "Google. Satu per satu. Sampai akhirnya nemu. Pokoknya gitu deh." Haha. Haduh, haduh, maaf ya sudah merepotkanmu, Nit.
Sekarang aku mau pamer. Aku punya boneka Danbo!!! Hahay! Matanya bisa nyala, lhooo. Lucu, kan? Kan, kan, kan? Pokoknya harus bilang lucu. Hehehe. Nanti saat malam tiba kunyalakan matanya lalu kufoto. Oh, hmmm, maunya mereka kuberi nama, tapi apa ya? Si Putih dan Si Cokelat? Ah, standar... (Kata Nita namanya ya Danbo. Hahaha). Pokoknya mau kuberi nama. Titik.
Akhinya aku punya Danbo!!! Thank you so much to you, Nit.
Subscribe to:
Posts (Atom)