Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Tuesday, 29 January 2013

Bagi-bagi Buku!!!

Waktu keberangkatanku sisa dua minggu lagi. Semua persiapan satu per satu mulai kulakukan. Baju-baju yang hendak kubawa sudah kumasukkan ke dalam koper. Semua rencana sudah tersusun rapi. Hanya tersisa satu masalah yang membuatku kebingungan; Buku! Iya, aku bingung buku-bukuku harus kuapakan. Tidak mungkin aku membawa semua koleksi bukuku. Bisa-bisa nanti yang hanya buku semua dan tidak sehelai bajupun.

Setelah beberapa bukuku kuhibahkan kepada satu dua orang temanku, namun masih tersisa banyak lagi. Jelas aku memutar otak, mencari cara bagaimana supaya buku-buku itu tidak hanya dibiarkan begitu saja di lemari buku, karena aku tidak sempat membacanya sebelum pindah ke Australia. Jadi buku-buku yang hendak kubagikan masih baru dan belum kubaca. Lalu sebuah ide terlintas di kepalaku. Aku menawarkan buku-buku yang tersisa itu di sini bagi siapa saja pembaca blog ini. Aku menawarkannya secara GRATIS, tidak dipungut biaya sepeserpun. Ongkos kirim kutanggung.

Syaratnya mudah saja:
  1. Gemar membaca. (Ini sudah pasti harus, ya.)
  2. Menghargai buku. (Ini apalagi. Aku tidak suka orang yang meremehkan buku.)
  3. Berdomisili di Indonesia. (Jadi maaf bagi pembaca yang berada di luar negeri, aku tak sanggup membiayai ongkos kirim ke sana. Hehe.)
  4. Setiap orang bebas memilih 1-2 buku mana yang disukai.
  5. Bagi yang menginginkan buku Mitch Albom, hanya akan mendapatkan 4 buku dalam box set tersebut dan tidak bisa memilih satu dari empat buku lainnya. Biar pembagiannya adil, merata, aman, sentosa.
Berikut buku-buku yang tersisa (all recommended books):
  1. Madre - Dee (kecuali buku ini yang sudah kubaca)
  2. Winter Dreams - Maggie Tjoakin
  3. Never Let Me Go - Kazuo Ishiguro
  4. Snow Flower and the Secret Fan - Lisa See
  5. Box Set Mitch Albom (The Five People You Meet in Heaven, For One More Day, Tuesdays with Morrie, Have a Little Faith)



Lalu caranya mendapatkan buku yang diinginkan, kamu tinggal mengirimkan email kepadaku melalui secret_on_screen@yahoo.com dengan subject "BUKU", lalu tuliskan buku apa yang diinginkan dan aku akan segera membalas email kamu jika bukunya masih tersedia. Jika ya, maka aku akan meminta nama lengkap, alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Data-data yang dikirimkan akan kujaga dengan baik, sama seperti aku menjaga data pribadiku. Waktu pengiriman email kutunggu sampai dengan hari Minggu, 3 Februari 2013. Siapa cepat, dia dapat!

Berbagi itu indah!

Monday, 28 January 2013

From Where You Are

Malam ini hujan kembali mengguyur, disertai angin kencang. Cuaca seperti ini hampir selalu membuat mood-ku gloomy - kalau tidak membuatku jatuh tertidur pulas. Sedaritadi aku mendengarkan lagunya Lifehouse, "From Where You Are," berulang-ulang.

Aku paling suka mendengarkan lagu ini saat aku sedang gloomy seperti sekarang. Bukan hanya karena melodinya yang mendayu-dayu, liriknya juga penuh makna bagiku.

So far away from where you are
These miles have torn us worlds apart
And I miss you, yeah I miss you

So far away from where you are
I'm standing underneath the stars
And I wish you were here

I miss the years that were erased
I miss the way the sunshine would light up your face
I miss all the little things
I never thought that they'd mean everything to me
Yeah I miss you
And I wish you were here

I feel the beating of your heart
I see the shadows of your face
Just know that wherever you are
Yeah I miss you
And I wish you were here

I miss the years that were erased
I miss the way the sunshine would light up your face
I miss all the little things
I never thought that they'd mean everything to me
Yeah I miss you
And I wish you were here

So far away from where you are
These miles have torn us worlds apart
And I miss you, yeah I miss you
And I wish you were here


Aku selalu teringat akan Oma setiap kali aku mendengarkan lagu ini. Semakin didengar, semakin aku rindu pada beliau. Sampai-sampai aku bisa ketiduran sambil mendengar lagu ini diputar berulang-ulang. Dan sepertinya malam ini aku akan tidur sambil terus mendengar alunan lagu ini...

Mother and I

Semalam aku mengobrol dengan Mama hingga larut. Banyak hal yang kami bicarakan, termasuk aku mendengarkan keluh-kesah Mama mengenai masalah ini dan itu. Kalau kupikir-pikir, seringkali aku merasa sulit untuk berkomunikasi dengan Mama. Entah karena Mama yang terlalu sibuk dengan urusan ini-itu sehingga membuatku tidak ingin menambah beban pikiran Mama dengan masalah pribadiku, atau karena memang aku merasa ada sedikit jarak di antara kami. Tapi apapun itu, ada saat-saat di mana aku dan Mama bisa mengobrol leluasa seperti tadi malam.

Aku bukan tipe anak yang bisa bermanja-manja, tidak seperti Si Bungsu yang bisa dengan leluasa bergelayutan atau minta dikelonin Mama. Makanya aku ini dibilang kurang ekspresif, sehingga Mama kadang berpikir aku ini tidak peduli. Mama pun akhirnya mengakui kalau sebenarnya ia rindu untuk bisa mengbrol denganku. Ia rindu untuk mengeluarkan segala isi hatinya kepadaku karena sebetulnya sedang ada masalah pelik yang kami hadapi. Apalagi aku adalah anak perempuan satu-satunya. Aku tentu saja merasa bersalah karena selama ini seringkali aku menjadikan perbedaan pendapat di antara kami sebagai alasan untuk memunculkan jarak.

Aneh ya, betapa aku merasa Mama sulit memahamiku, tetapi Mama justru tahu makanan kesukaanku bahkan sampai warna favoritku. Mama tahu aku tipe anak yang seperti apa, meski kadangkala ia masih juga memaksakan keinginannya agar aku, juga kedua adikku, sama sepertinya. Mulai dari karakter, cara berpikir, sampai dengan cara melakukan bisnis. Namun di lain waktu, ia tahu betul hal apa yang kusukai dan yang tidak kusukai. Mama memang tumbuh dengan didikan yang keras dari Oma sehingga menjadikan ia seorang yang tegas. Sekali saja Mama bersuara keras, orang-orang pasti ketakutan, termasuk aku. Namun ketika aku bisa memaklumi keadaan Mama, saat itu juga kami bisa mengobrol dari hati ke hati.

Sekarang ini, dengan waktu kepergianku yang kian singkat ini, aku jadi semakin memikirkan Mama. Maksudku, aku mengkhawatirkan keadaan Mama di sini. Ketika aku pergi, tidak ada lagi yang menyetiri ia kemana-mana. Memang teknologi saat ini memudahkan kami untuk tetap bisa berkomunikasi, namun tidak akan sama jika aku berada di sini. Pokoknya banyak hal yang memenuhi kepalaku saat ini. Bukannya aku tidak kepingin pergi lagi, hanya saja aku sangat mengkhawatirkan banyak hal di sini, terutama Mama.

Ketika aku mengutarakan kekhawatiranku itu, Mama malah justru berkata, "tidak usah terlalu kamu pikirkan. Justru Mama yang khawatir dengan keadaanmu di sana nanti. Yang paling penting kamu harus membuktikan bahwa kamu bisa berhasil." Kemudian diikuti dengan nasehat agar aku selalu rajin berdoa, jaga diri, dan jangan sampai lupa menikah. Tetap deh, yang terakhir itu tidak ketinggalan.

Meskipun sampai detik ini aku masih khawatir, bahkan juga ketika aku tiba di sana dan memulai kehidupan yang baru di sana, aku tidak akan pernah berhenti khawatir. Satu keinginanku, yaitu bisa memboyong Mama ikut denganku suatu saat nanti. Aku baru akan berhenti khawatir jika Mama sudah bersamaku lagi.

Satu hal yang sudah pasti akan kurindukan yaitu bisa mengobrol dengan Mama sebelum tidur, atau menyetirinya ke tempat tujuan sambil mendengarkan ocehannya sepanjang perjalanan. Pokoknya akan ada banyak hal yang kutahu pasti akan kurindukan dari Mama. Dan aku berharap bahwa suatu saat nanti bisa membuat Mama hidup senang, tidak perlu lagi memikirkan beban keluarga. Hanya menikmati sisa hidup saja, sambil ia melakukan hal yang sejak dulu sudah menjadi kerinduannya, yaitu melayani.

Saturday, 19 January 2013

Happy (belated) 2013!

Aku TERLENA. Bagaimana tidak, blogku ini nyaris terlantar. Well, sudah terlantar sepertinya, ya. Sudah minim postingan, kemudian ditambah lagi dengan rasa malas yang mendadak datang tanpa diundang. Maklum, sibuk. (Iya, alasannya klasik.)

Mengikuti pepatah lama, "biar lambat asal selamat," biar telat daripada tidak sama sekali, aku pun ingin mengucapkan selamat Natal dan Tahun Baru. Kan mumpung aku sudah mulai menulis lagi, dan semoga saja sampai ke depannya juga tetap seperti itu, jadi baru kusampaikan sekarang. Hehehe...

Lalu apa resolusiku? Hmm... sepertinya tahun ini resolusiku tidak muluk-muluk. Kalau melihat setiap kejadian yang terjadi di tahun lalu, aku hanya berharap tahun ini akan lebih baik, meski aku juga tidak mengurangi syukurku atas hal-hal yang sudah kualami di tahun 2012 kemarin.

Semua keperluan dan segala urusan yang berhubungan dengan sekolahku sudah beres. Visa sudah kuperoleh, tiket sudah di tangan. Lalu ada seorang temanku yang menawarkan tempat tinggal sementara setibanya aku di Melbourne nanti. Dia juga bersedia menjemputku di bandara dan menawarkan diri untuk membantuku pindahan. Meski aku saat ini masih mencari tempat tinggal permanen, tapi sudah ada beberapa orang yang bersedia menyewakan sebuah kamar untukku. Tinggal kupilih mana yang paling cocok denganku. Sekarang tinggal menunggu waktu keberangkatan yang tidak lebih dari 1 bulan lagi.

Jadi kalau bicara mengenai resolusi, kupikir resolusiku masih sama dengan tahun-tahun yang lalu hanya saja kali ini aku memiliki harapan baru. Iya, harapan untuk kembali kuliah dan memulai yang baru di tempat yang baru pula, walau sebenarnya ada sedikit kekhawatiran karena artinya aku harus pergi jauh, benar-benar jauh kali ini, dan hidup sendirian di negeri asing. Tapi ini sudah menjadi pilihanku, maka harus kujalankan dengan sungguh-sungguh. Lagipula, there is no turning back, right? Jadi ini ceritanya maju terus, gak boleh mundur!

Kalau itu yang menjadi resolusi dan harapanku di tahun ini, bahwa rencanaku ke depannya bisa tercapai, maka aku juga berharap bahwa harapan, keinginan serta cita-cita kalian, apapun itu, di tahun ini bisa tercapai. Amin!