Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Monday 3 October 2011

Lesbian Life: Happy in the Closet (Part 1)

There are some times where I wonder how my life would be if I get out of the closet. Would it be freer? Or whether would I feel like a heavy burden has been lifted from my shoulder?

Mungkin aja ya, jika gue come out, either kehidupan gue bisa jadi lebih bebas sekaligus merasa ada beban berat yang terangkat. Tapi mungkin juga enggak dua-duanya.

Gue ngaku deh kalo kadang gue iri saat membaca blog-blog mereka yang udah coming out, apalagi membaca cerita-cerita mereka. Seperti misalnya nih ya, blognya Mas Bedjo, yang kadang membuat gue pengen cabut ke luar negeri aja. Hehe....

But then in time like this, gue sadar sesadar-sadarnya kalau itu pun gak mungkin. Keadaan dan situasi gue membuat gue harus tetap tinggal di lemari, entah sampai kapan. Bisa aja seumur hidup. Well, who knows?

Motonya kaum minoritas seperti kita-kita, yang berbunyi: "out and proud", jelas tidak bisa diterapkan. Kalaupun gue coming out, belum tentu gue bisa bebas. Misalnya semua orang tahu gue lesbian, belum tentu gue bisa berkeliaran bebas dimana-mana. Ya kan?

Begitu pula jika gue coming out, at least pada keluarga gue, belum tentu gak akan ada beban lagi yang muncul. Kenyataannya, coming out to the family hasilnya bisa either keluarga gue bisa menerima atau malah gue diusir dari rumah hanya dengan mengenakan pakaian di badan dan tanpa uang sepeser pun. Belum lagi rasa malu yang dialami keluarga juga jadi beban tersendiri. Ya kan?

Apapun itu, pasti ada konsekuensinya. Coming out or staying in the closet. Tinggal pilih konsekuensi mana yang bisa ditanggung. Buat gue pribadi, entah sejak kapan gue memilih untuk staying in the closet. Mungkin sejak gue pertama kali sadar kali ya.

Ya, gue udah coming out ke satu dua teman dekat - very very very very very close friends. Tapi itu bukan berarti gue "out and proud". Buat gue, "out and proud" itu artinya gue bisa dengan leluasa dan entengnya ngomong "I'm gay, so you don't have to worry about me not getting married" ke setiap orang, tanpa ada beban, tanpa ada rasa was-was.

Kembali ke pilihan gue, jujur pilihan gue itu enggak ada hubungannya dengan konsekuensi dari pilihan itu sendiri. Mungkin konsekuensi untuk tinggal di dalam lemari jauh lebih ringan dan mudah, makanya gue pilih itu. Bukan. Tetapi karena apapun konsekuensinya, sama-sama memiliki berat yang sama dan tingkat kesulitan yang sama pula untuk dijalani.

Family always come first. That is why. Maybe you think I'm silly, but you know what? Family mean the world to me, whatever happens. So I am willing to stay happily in the closet.

1 comment:

Liz said...

Setuju Kak...
keluarga itu emang segalanya.
aku juga pilih in the closet.