Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Sunday 3 July 2011

The Unmarried Uncle

Kalau ada yang bilang tidak menikah itu turun-temurun pada setiap generasi dari sebuah keluarga, gue mungkin salah satu, dari sedikit orang, yang bilang itu benar.

Gimana enggak? Lha setiap generasi keturunan baik dari pihak bokap maupun nyokap, ada aja yang tidak menikah. Malahan gue bisa aja jadi penerus dari generasi nyokap yang selanjutnya. Entah mereka itu sejenis dengan gue atau kah memang karena tidak ingin menikah. Well, who knows? Tapi kalau gue, udah jelas kan alasannya apa... hehe.

But I suspect one of my uncles itu satu spesies dengan gue. I mean I like women, he likes men. Alasannya? Paman gue yang satu itu gak cuma pintar masak, pintar bikin kue, pintar jahit, pintar merangkai bunga, dll dsb. He does everything that women do... and of course he does better!

Terus ya, paman gue punya seorang 'sahabat dekat' (read: TTM), yang mungkin 1 atau 2 tahun lebih muda, dan laki-laki. Dari sejak gue mengenal dunia, gue tahu mereka berdua udah temenan, bahkan sampai sahabatnya ini menikah dan punya 2 orang anak. Dan kedua anaknya itu akrab banget dengan paman gue.

Kalau temannya ini datang ke rumah, paman gue selalu nemenin dia makan, ambilin air atau bikinin kopi. Kalau jalan bareng berdua dengan anak-anaknya, pasti paman gue yang mengambil peranan sebagai 'istri', alias yang ngurusin kedua anak temannya itu. Mulai dari nyuapin makan, gantiin baju, nidurin mereka, dll.

Maybe, I said maybe, itu alasan kenapa paman gue tidak menikah. Dulu, ada banyak perempuan yang mau sama dia, tapi semuanya ditolak. Nyokap dan Oma gue, bahkan teman-temannya sendiri, sebentar-sebentar cariin calon buat dia. Tapi keputusannya udah bulat; tidak menikah. Sampai akhirnya semua orang menyerah dan semua perempuan menikah dengan orang lain.

Melihat apa yang terjadi dengan paman gue, membuat gue berpikir akan kah gue bisa seperti itu? Maksud gue, apa bisa gitu semua orang akhirnya menyerah dan membiarkan gue hidup sesuai dengan keinginan gue sendiri?

Banyak yang deketin gue, tapi eh tapi gue kan gak berminat. Mau langsung dikasarin, salah. Dibaik-baikin, eh malah salah sangka, kiranya gue juga suka. Dalam hati gue bersungut; not you, but your sister, silly! Jadi serba salah kan ya...

Tapi eh tapi lagi ya, seiring berjalannya waktu, gue malahan jadi bingung dengan apa yang sebenarnya gue inginkan. Life changes and so does what I want. Kenyataannya, kehidupan tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa kita inginkan dan itu bisa merubah keinginan dan harapan seseorang.

Buat gue, apa yang dialami oleh paman gue, itulah jalannya. Sementara gue memiliki jalan hidup gue sendiri... and that's what I live for... meskipun itu mungkin bukan sesuatu yang sebenarnya gue inginkan. Dengan kata lain, gue hanya menyesuaikan keinginan gue with the way things turn out. Dan gue rasa itulah yang terbaik untuk gue saat ini.

2 comments:

Anonymous said...

Tidak tau apa yg kamu mau? Berubah? Menyesuaikan apa yang kamu mau dengan how things turn out?? Come on, Rae. Itu sama aja dengan menyerah dengan keadaan, bukan? It's no way to live, no? At the end, you will turn out living the life of a stranger and waking up one day and not realizing who you really are anymore. Everything will end up okay. If it is not okay, then it is not the end. :) Semangaaattt!!! :)

Kay

Farrel Fortunatus said...

tetap semangat Rae, kamu ga sendirian. Aku adalah salah satunya. bukan 'terpaksa', tapi 'memutuskan' untuk tidak menikah...