Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Wednesday, 27 July 2011

What has Happened

Bok ya, pulang-pulang ternyata gue banyak kerjaan, banyak pula undangan sana-sini. Sekarang gue bisa bayangin betapa repotnya jadi presiden. Pasti banyak undangan ini-itu, belum lagi ngurusin negara... (apa sih gue???)

Anyway, mumpung lagi ada energi yang tersisa, gue kudu nulis. So here's the catch up:

Like Nitz said on the previous comment that life does get better, so does my life. Seperti yang sudah kalian ketahui, hubungan gue dan Kopi berakhir. Dan sebelum-sebelumnya juga gue menghadapi masalah-masalah lain yang cukup pelik. That's why my life was in a downfall.

Another update: I. Was. Supposed. To. Get. Married. On. September 11, 2011.

Yup, surprise surprise!!! It was an arranged marriage of course. Dan butuh waktu lama banget sebelum akhirnya gue memutuskan untuk menerima "lamaran". Awal-awalnya sih sempet pake acara mogok ngomong sama Mama gara-gara jodoh-jodohan. Tapi belakangan, setelah berpikir masak-masak dan demi kebahagiaan semua orang, akhirnya gue iyain.

Gue tahu, sebagian dari kalian pasti bilang gue bodoh, egois, dsb, karena keputusan gue itu. But try putting yourself in my shoes, and you'd know how it feels. Obviously, it was another though decision I had to make. Luckily, pernikahannya batal lho! Believe it or not, sebelum gue mengambil keputusan, gue cuma berdoa minta yang terbaik. Kalau memang itu jalan yang terbaik, gue minta bimbingannya. Eeeehhhh, ternyata eh ternyata, malah gak jadi kawin! Hihihi....

For some reason, I called off the wedding. Setelah gue mencoba mengenal lebih dekat (ex) calonnya gue ini, ternyata ada yang enggak beres dengan dia. Tapi gue diem aja, takut ngomong sama Mama karena nanti dikira gue cuma alesan aja.

Setelah kenal and he finally popped out the question and, stupidly, I said yes, mulai deh pada ngurus-ngurus persiapan. Nyari gedung, fitting wedding dress, nyari baju pre-wed, dll. Bahkan udah pake downpayment gedung sama bajunya segala lho.

Pada akhirnya orang tua lihat sendiri keanehan yang dimiliki si ex-calon. Actually, mereka sendiri yang akhirnya bilang pernikahannya dibatalin aja. Jadi, dengan senang hati gue sampaikan ke si calon kalo gue ogah kawin sama dia. Hihihi.... Padahal seharusnya pre-wed tanggal 22 Juli kemarin.

(Keanehannya apa? Hmmm kayaknya kurang etis kalau gue ceritain di sini. Alias ogah bergosip, hihihi....)

Setelah gue batalin pernikahannya, gue langsung cabut ke luar kota selama hampir dua minggu. Bukannya sengaja kabur sih, tapi emang karena ada urusan. Sekarang udah balik, gue kaget ternyata semua orang di sini pada heboh karena pernikahannya gue batalin. Oh, small town people...

Apesnya, sehari setelah kembali, gue harus menghadiri pesta pernikahannya temen sekolah gue, yang pastinya juga dihadiri oleh orang-orang sekota yang gue kenal. Jadi mau gak mau gue datang bareng nyokap. So I got myself pampered, worn a new dress and a 15 inches high heels. I walked in, chin up. Dan seperti yang gue duga, begitu gue melangkah masuk ke ruangan resepsi semua mata tertuju ke gue. For a moment, I was the center of attention. Ihiy!

Orang-orang menatap gue dengan tatapan simpati, ada juga tatapannya penasaran. Saat ngobrol dengan gue, ada yang pura-pura nanya kenapa dibatalin, ada langsung menghibur gue, ada juga yang ternyata gak tahu kalo pernikahannya udah batal. Mereka itu biasanya menegur dengan cara "eh, jangan lupa bagiin gue undangan ya!"

Yang lebih parahnya lagi, ada yang lansgung nembak "udah tenang aja, Rae. Nanti ai cariin jodoh yang lebih baik dari dia." Kalo udah begitu, gue cuma bisa pasang senyum-tanpa-arti-apa-apa. I mean, helloooooooooo??? Do I look sad???? Do I look like I need another arranged marriage????? Seriously, even my dad asked, "kamu gak apa-apa kan pernikahannya batal? Kamu gak patah hati kan?" Omigod, plis deh, Pa.

Hey people, I AM FINE. And I couldn't be happier! DUH! Besides, I'm too gay to get married, hihihi. At least, gue udah pernah ngerasain gimana rasanya pake wedding dress. Rasanya... sesek napas bok! Rempong bener musti pake korset, pake petticoat, pake asesoris ini itu. Tapi eh tapi, I looked beautiful! *numpang narsis* :p

Soooo, setelah semua yang terjadi belakangan itu, gue dilanda depresi hebat. But then again, my life gets better. And so does will yours. Whenever your life is in a downfall, just remember that good things will come to you, eventually.

Saturday, 23 July 2011

Almost Home

Lama enggak nongol di sini. Hampir tiga minggu lamanya dan selama tiga minggu ini ada banyak hal yang terjadi.

Kemarin-kemarin gw pernah nulis bahwa hidup gue seperti salju longsor yang meluncur turun dengan cepatnya. Bedanya, rasanya yang terjadi dengan hidup gue yaitu terus meluncur turun tanpa pernah mencapai dasarnya. Tapi sekarang, it finally hit the bottom. It stopped falling down. Amazingly, I'm alive. After a long, long way down, I finally reached the bottom alive. Miracle, isn't it?

I have bruised during the fall and they may leave scars on my body, tapi itu justru akan menjadi pengingat bahwa gue pernah melewati masa-masa sulit dan gue bisa bertahan. It made me the person I am now. 

Setelah puas, bahkan sampe eneg, bergelinding turun, sekarang gue mendongakkan kepala dan menatap ke atas. Well, benar-benar perjalanan yang panjang hingga akhirnya gue mencapai dasar. Begitu juga dengan perjalanan naik kembali ke atas. Gue turun terlalu jauh sampai-sampai puncaknya tidak telihat dari bawah sini. 

I've started my way up, even if I can't see the top. Jalannya menanjak dan banyak tikungan. Memang melelahkan dan menguras tenaga, tapi gue seneng. This is what I called life and it feels good. I do feel good.

I'm one day closer to home. Iya, gue lagi "melancong" ke sana-sini, makanya gak pernah nongol... hehehe. I'll just catch things up later when I'm home. (Habisan di hotel wi-fi lemot abis. Online pake modem juga putus nyambung. Bikin gue pengen cekek leher sendiri deh....)

Sunday, 3 July 2011

The Unmarried Uncle

Kalau ada yang bilang tidak menikah itu turun-temurun pada setiap generasi dari sebuah keluarga, gue mungkin salah satu, dari sedikit orang, yang bilang itu benar.

Gimana enggak? Lha setiap generasi keturunan baik dari pihak bokap maupun nyokap, ada aja yang tidak menikah. Malahan gue bisa aja jadi penerus dari generasi nyokap yang selanjutnya. Entah mereka itu sejenis dengan gue atau kah memang karena tidak ingin menikah. Well, who knows? Tapi kalau gue, udah jelas kan alasannya apa... hehe.

But I suspect one of my uncles itu satu spesies dengan gue. I mean I like women, he likes men. Alasannya? Paman gue yang satu itu gak cuma pintar masak, pintar bikin kue, pintar jahit, pintar merangkai bunga, dll dsb. He does everything that women do... and of course he does better!

Terus ya, paman gue punya seorang 'sahabat dekat' (read: TTM), yang mungkin 1 atau 2 tahun lebih muda, dan laki-laki. Dari sejak gue mengenal dunia, gue tahu mereka berdua udah temenan, bahkan sampai sahabatnya ini menikah dan punya 2 orang anak. Dan kedua anaknya itu akrab banget dengan paman gue.

Kalau temannya ini datang ke rumah, paman gue selalu nemenin dia makan, ambilin air atau bikinin kopi. Kalau jalan bareng berdua dengan anak-anaknya, pasti paman gue yang mengambil peranan sebagai 'istri', alias yang ngurusin kedua anak temannya itu. Mulai dari nyuapin makan, gantiin baju, nidurin mereka, dll.

Maybe, I said maybe, itu alasan kenapa paman gue tidak menikah. Dulu, ada banyak perempuan yang mau sama dia, tapi semuanya ditolak. Nyokap dan Oma gue, bahkan teman-temannya sendiri, sebentar-sebentar cariin calon buat dia. Tapi keputusannya udah bulat; tidak menikah. Sampai akhirnya semua orang menyerah dan semua perempuan menikah dengan orang lain.

Melihat apa yang terjadi dengan paman gue, membuat gue berpikir akan kah gue bisa seperti itu? Maksud gue, apa bisa gitu semua orang akhirnya menyerah dan membiarkan gue hidup sesuai dengan keinginan gue sendiri?

Banyak yang deketin gue, tapi eh tapi gue kan gak berminat. Mau langsung dikasarin, salah. Dibaik-baikin, eh malah salah sangka, kiranya gue juga suka. Dalam hati gue bersungut; not you, but your sister, silly! Jadi serba salah kan ya...

Tapi eh tapi lagi ya, seiring berjalannya waktu, gue malahan jadi bingung dengan apa yang sebenarnya gue inginkan. Life changes and so does what I want. Kenyataannya, kehidupan tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa kita inginkan dan itu bisa merubah keinginan dan harapan seseorang.

Buat gue, apa yang dialami oleh paman gue, itulah jalannya. Sementara gue memiliki jalan hidup gue sendiri... and that's what I live for... meskipun itu mungkin bukan sesuatu yang sebenarnya gue inginkan. Dengan kata lain, gue hanya menyesuaikan keinginan gue with the way things turn out. Dan gue rasa itulah yang terbaik untuk gue saat ini.