Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Tuesday, 30 November 2010

Pregnant in Dream

[Scene: in the car; gue nyetir dan Mama duduk di samping]

Gue mulai grasak-grusuk karena badan pegel-pegel gak jelas. Ya iyalah, duduk sambil nyetir berjam-jam ditambah macet, gimana gak pegel-pegel? Plus, I'm on PMS (kayaknya sih). Akhirnya gue nyeletuk "adoh, badan gue udah pegel-pegel, apalagi pinggang gue, terus payudara juga udah senut-senut tapi kok ya gak dapet-dapet, Ma?"

Nyokap noleh dan bertanya "bulan lalu dapet gak?"
"Dapet."
"Bulan ini doang yang belum?"
"Iya."
"Waahh, pantes aja Mama mimpi kamu hamil. Hahahahaha."
"Heeee???"
"Iya, terus begitu dilihat bapaknya, ehhh mana item, jelek pula.'
"Huahahahahahaha..." Kok ya mirip kopi? Ahahahahahaha.... Hehe, enggak deng :p. Pisss ya, beiby, yaaaa ;).

Hmpphhh, jadi ingat dulu waktu kuliah biasanya nyokap kalau telepon biasanya nanya:

"Sudah makan?" - sudah.
"Sudah mandi?" - sudah.
"Sudah belajar?" - sudah (padahal sih lagi nonton Gossip Girl, Supernatural, Smallville, atau Lost dan paper assignment belum disentuh sama sekali).
"Sudah ditransfer duit sama Papa?" - sudah (meskipun kadang belum sih).
"Sudah bayar kost?" - sudah (takut anaknya diusir dari kost terus tidur di jalanan kali ya?)

Terus, pertanyaan yang ditanyakan kalau nyokap lagi iseng:

"Udah punya pacar?" - ya enggak laaahhh (kalau lagi males), ada (kalau lagi iseng).
"Orang mana?" - orang sini. 
"Orang tuanya?" - ada tuh.
Minggu depannya ditanyain "pacar gimana?" - udah putus. 

Dan pertanyaan terakhir yang selalu menyusul adalah:

"Udah dapet belum?" (maksudnya haid) - kadang gue jawab udah, kadang gue jawab belum (tergantung udah dapet apa belum).

Then gue cerita sama Nut, dan sialannya dia, dia malah ketawa ngakak. Katanya, mana bisaaaaaaaa??? Huahuahuahuahua... Gahhh... -.-"

Kalau kata gue, dengan nanya "Sudah dapet?", itu artinya dia bilang "kamu harus jaga diri baik-baik ya, nak." Kalau dipikir-pikir, agak lucu juga cara nyokap memberikan perhatiannya ke gue, meskipun kadang juga dia masih tetap memberi nasehat ke gue secara langsung dan enggak pakai embel-embel nanya yang aneh-aneh. Well, at least I got what she meant lah.

Tapi yaaaaaa, kalau sampai mimpiin gue hamil, itu sih lebaayyy, Mamaaaaaaa >.<"

Friday, 26 November 2010

Get a life, please!!!

Heran deh gue dengan orang-orang yang senang menyimpan dendam kesumat sama orang lain. I mean, aren't they tired of it? For feeling hatred for other people? Isn't it a torture?

Setiap hari lo menyimpan dendam dan lo tersiksa melihat orang yang lo benci justru hidup bahagia seolah-olah dia enggak kenal lo sama sekali. Dendam lo semakin menjadi-jadi ketika orang yang lo benci justru meraih sukses. Dan lo jadi semakin sinting dengan dendam lo ketika orang yang lo benci malah tidak menyimpan rasa tidak suka sama sekali ke lo, dan dengan entengnya dia bisa menyapa lo dengan sikap manis dan bersahabat seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. 

Apa untungnya coba?

Imagine you're living your life like that. Well, I Imagined and I wanted to get a knife and slit my wrist right away! 

Lebih gilanya lagi kalau ternyata dendam lo timbul cuma karena masalah sepele, seperti misalnya cowok yang lo taksir malah suka sama orang lain. Dan itu terjadi bertahun-tahun yang lalu, yang bahkan orang yang lo benci aja udah gak peduli lagi sama masalah yang itu. Lebih menyiksa lagi kalau ternyata orang yang lo benci malah udah lupa sama sekali dengan keberadaan lo. 

Ketika lo enggak bisa secara langsung membalaskan dendam lo, desperately, mulailah lo mencari-cari cara untuk menjatuhkan orang yang lo benci. Sialnya buat lo, ketika lo berusaha untuk menjatuhkan orang yang lo benci, dia malah semakin tangguh, berdiri di puncak dan semakin kokoh tak tergoyahkan, and maybe will look down on you and mocking you: "Thanks to you, though!"

Di puncak kebencian lo, akhirnya lo melakukan hal yang sama sekali mengurangi derajat lo sebagai makhluk ciptaan yang paling mulia dan lo mencoreng harga diri lo dengan cara yang sangat tidak terhormat. Dan yang terburuk di antara segala hal yang paling buruk, dendam yang lo rasakan perlahan-lahan menggerogoti tubuh lo dari dalam and killing you slowly. Istilahnya kita-kita, lo tuh makan hati!

Dan sekali lagi gue tanya, apa untungnya buat lo? It only destroys you.

Puuuuhhhhhllllliiiiissssssssss deh! Sinetron banget gak sih lo?! Get a life!!! Dan banyak-banyaklah berdoa! Amen!


Wednesday, 17 November 2010

Telat Meletek

Sepertinya setiap kali ketemu dengan kenalan lesbian yang baru, selalu saja pertanyaan yang ditanyakan adalah "kenapa lo milih untuk jadi lesbian?", atau gak "kapan lo nyadar kalo lo lesbian?". Untuk pertanyaan pertama, biasanya gue cuma send icon smile aja. Kadang kalau lagi iseng, gue malah balik nanya. Sedangkan untuk pertanyaan kedua, biasanya gue jawab "waktu kuliah". Dan balasan yang gue terima biasanya adalah "telat amat lo meletek." Huh!

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, gue mulai curiga waktu gue masih duduk di bangku sekolah. SMP tepatnya. Cuma karena gue ini anak daerah yang masih lugu persis seperti gadis desa, maka gue enggak terlalu mikirin. Belum lagi tidak ada sarana buat gue untuk mencari tahu lebih detil. Lha warnet aja cuma ketemu satu-satu dan tarifnya bisa Rp 10.000/jam. Beda banget dengan sekarang yang informasinya semakin terbuka dan ada banyak sarana pendukung.

Back then, gue ditempatkan di sebuah asrama khusus perempuan. Di sana gue tidur dan mandi bareng puluhan perempuan lain. So, hey ladies, I'm an expert for woman's body. Hihihi (piisss ah, beb). Tapi ya, namanya juga gadis lugu dan hampir 3 tahun di asrama enggak begitu berpengaruh terhadap kecurigaan gue. Paling cuma ngelirik dikit aja hahaha :p.

Masuk SMA, teman-teman perempuan gue sedang ganas-ganasnya nyari gebetan. Gue? Gue sendiri cuma adem ayem. Makanya sempet dijodoh-jodohin dan akhirnya sempet juga pacaran. Di saat mereka gonta ganti pacar, gue malah diam-diam suka sama temen sebangku gue dan sama ketua paskibra. Heheh (ngaku nih, beb).

Akhirnya lulus SMA dan gue melanjutkan kuliah di ibu kota. Gadis lugu ketemu kota metropolitan, hmm bayangin aja sendiri. Hahaha. Dan akhirnya gue pun meletek. Sempat stress juga saat detik-detik sebelum meletek, sampai-sampai gue nge-drop di awal-awal semester. Tapi akhirnya bisa gue lewatin dan gue pun meletek lahir dan batin, and then kuliah jadi lancar lagi :p.

Jadi, ladies, kalau dibilang gue telat meletek, masa bodo amat! Yang penting gue udah meletek dengan proses yang cukup sulit. Dan rasanya seperti seekor anak ayam yang baru keluar dari cangkang telur. Hehehe.

Hidup meletek!!! :D

Wednesday, 3 November 2010

Tie The Knot (ON SEASON?!)

Pagi-pagi Mama masuk kamar dengan hebohnya, pakai acara ngedobrak pintu segala. Duh, mending juga kalau pacar yang tiba-tiba rushing into the room, ya? Hihih ;).

"Hoi, bangun. Anterin Mama ke pasar."

Aduh duh duh... Masih ngantuk, kaget bangun, kepala mendadak sakit, tapi apa daya sang ibu suri telah menanti. Still with the "bantal face", terpaksa langsung menuju kamar mandi dan mandi. Eh, sebelumnya sempet ngecek HP dan ada SMS dari kopi yang katanya lagi bete. Sabar ya, sayang *hugs*.

Selesai mandi dan pakai baju, saya langsung menuju dapur dan menemukan Mama yang juga sudah siap dengan tas rotan yang isinya penuh dengan kantong kresek. Oh no!!! Pasar yang dimaksud Mama bukan pasar modern, tapi pasar tradisional! Ugh... saya paling ogah ke pasar tradisional. Kopi tolooooooong!!! Tapi Kopi kan lagi sibuk ngajar. Hikh hikh.

Tiba di pasar, langsung parkir mobil terus nemenin Mama belanja. Heh, imagine yourself, masuk pasar tradisional yang seperti habis diguyur hujan, nenteng-nenteng kantong kresek sambil buntutin Mama yang hobinya nawar. Mau beli satu macam barang aja sampai harus ke sepuluh penjual. Huhu... Mama bau niiihhhhh -.-". Belum lagi ditambah dengan mendengar ocehan Mama, "Huh dasar perempuan-perempuan zaman sekarang lebih suka ke hypermarket daripada belanja di pasar tradisional." Ya iya laaaahhhh, Mamaaaa >.<

Akhirnya penderitaan selesai. Tadinya sih saya pikir begitu, waktu Mama selesai belanja. Tapi ternyata penederitaan belum sampai pada titik akhir. Pasalnya, waktu hendak pulang saya bertemu seorang teman lama. Teman SD dulu. Dia yang menegur saya terlebih dahulu dan butuh beberapa detik sebelum saya mengenalnya. Astaga!!! Ini kan si Anu-yang-dulu-temenan-sama-si Ini-dan-si Itu, yang-hobinya-cekikikan-kalau-ada-cowok-cowok-gebetan-lewat-di-depan-mereka??!! Ehe, saya mengedip-ngedipkan mata, enggak percaya kalau yang berdiri di hadapan saya adalah si Anu.

"Raeeeeee, ya ampuuunnnn ke mana aja looooo?" Teriaknya, padahal saya ada di depan dia dan enggak budeg (!), sambil cipika-cipiki.

"Eh, si Anu." Sahut Mama yang berdiri di samping saya, dan tersenyum.

"Halo tanteeeee." Si Anu menoleh sebentar ke Mama, kasih senyuman, dan balik menoleh lagi ke saya. "Apa kabar loooo? Udah kawin belum?"

GLEK!

Apa? Kawin? Ya udah laaaaaahhhh (langsung ngebayangin Kopi). Hihihi :p. Apa-apaan coba, masa baru ketemu setelah sekian tahun, yang ditanya malah sudah kawin apa belum???

"Belum lah." Jawab saya. Pengennya sih jawabnya "enggak ah kalau sama laki". Heheh.

"Ih, buruan kawin. Keburu tua lho. Gue malah udah punya anak dua."

Apa? Tua? *langsung inget-inget berapa umur dia* Ih, cuma beda setahun dari saya, dia lebih tua.

"Eh, si Ini juga udah kawin lho. Si Itu juga, sekarang lagi nunggu melahirkan bayi pertama. Yang A bentar lagi tuh nyusul kawinnya. Yang B malah udah dua kali kawin, cerai sama suami pertama. Yang C.... Sampai yang Z..."

Ih, lagi musim kawin ya? Arrrggghhhh...!!! Kepengen cepet pulang!!! *langsung pamit...dadaaahhhh...jangan ketemu lagiiii*

Saya sudah tidak lagi mendengar ocehannya sejak huruf "A" dan pikiran langsung melayang ke Kopi. Sayang, lamar aku dong. Tapi kayaknya kopi sering deh ngelamar. Hahaha :p.

Di mobil, Mama tiba-tiba ngomong "si Anu kenapa modelnya jadi begitu? Umurnya cuma beda setahun dari kamu, tapi mukanya kok kayak tante-tante? Ck ck, parah banget." Hahah, Mama tahu aja yang ada di pikiran saya.