Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Sunday, 26 May 2013

I Want To Travel the World

Muluk? Mungkin. Amat sangat muluk malah kedengarannya. Mimpi di siang bolong kali lo, Rae. Eh, tapi hari Minggu, siang bolong begini, biasanya aku memang senang menghabiskan waktu mengunci diri di kamar sambil bermimpi.

Bisa menjelajah dunia mungkin bukan cuma sekedar mimpi. Bagiku itu merupakan sebuah keinginan yang sudah ada sejak pertama kali aku berkenalan dengan internet saat masih remaja. Kala itu, untuk pertama kalinya aku bisa bertemu, berkenalan dan berbicara dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia lain. Jadi ceritanya itu masih zaman-zamannya doyan chatting melalui messenger gitu deh. Tiap hari sepulang sekolah aku pasti mampir ke warnet dulu. Waktu itu harga per jamnya masih amit-amit mahalnya, sembilan ribu rupiah per jam dong. Ngomong-ngomong ya, dari chatting itu aku kemudian kenal Quinnie Beanie, dan kami masih bersahabat sampai sekarang.

Ketika itu mataku seolah terbuka bahwa dunia ini begitu luas. Muncullah perlahan keinginan untuk melihat dunia di luar sana. Maka aku semakin keranjingan chatting (yang sebenarnya berakibat buruk pada nilai di sekolahku sekali waktu dan membuatku rela tidak jajan agar uangnya bisa kupakai untuk ke warnet). Aku mulai browsing sana-sini demi memuaskan rasa penasaranku akan seperti apa dunia di luar sana, di luar kota tempat aku lahir dan tumbuh. Sebelumnya pengetahuanku hanya sebatas pada film-film dan lagu-lagu yang dinyanyikan penyanyi idola. Namun tetap saja beda rasanya saat aku berinteraksi langsung dengan seseorang yang berada nyaris setengah globe dari tempatku duduk saat itu.

Semakin banyak yang kubaca, atau semakin sering aku berinteraksi dengan lebih banyak orang, semakin aku penasaran. Lama-lama rasa penasaranku itu semakin tak terbendung (lebay) sampai akhirnya suatu saat aku berkeinginan untuk bisa melihat dunia di luar sana secara langsung. Bagaimana caranya, aku masih belum tahu ketika itu. Boro-boro ke luar negeri. Saat itu aku bahkan belum pernah merasakan naik pesawat terbang. Hehe... Pokoknya keinginanku itu sangat besar, sampai-sampai aku selalu menyisipkannya dalam doaku setiap malam. Mustahil atau tidak, akan terwujud atau tidak, segila apa kedengarannya, aku tidak peduli. Yang penting aku berdoa.

Keinginanku itu pertama kalinya terwujud ketika aku bisa kuliah di Jakarta. Maksudku, Jakarta itu juga termasuk 'dunia di luar tempat kelahiranku', kan? (maksa deh). Setidaknya, saat Jakarta telah dipenuhi gedung-gedung bertingkat dengan sejarah macet yang tak pernah habisnya, kota tempat aku lahir dan tumbuh masih sunyi senyap dan bahkan perkembangannya masih jauh tertinggal, hingga saat ini, dari kota-kota sekitarnya (blame the local government, maybe?). Rasanya kok ya aku tinggal di pelosok Indonesia manaaa gitu ya... Enggak kok. Sekarang sudah lumayan ramai dan sudah mulai macet-macet juga, apalagi di daerah sekitaran pusat hiburan dan perbelanjaan. Banyak perusahaan franchise terkenal, baik lokal maupun asing, yang sudah masuk ke sini, meski belum lengkap (Starbucks, please!!!).

Tinggal di Jakarta semakin membuka mataku dan membuat keinginanku untuk bisa menjelajah dunia semakin menjadi-jadi, walau tidak membuatku terobsesi juga sih. Yang jelas cukup membuatku ingin menjelajah lebih jauuuuuh lagi. Apalagi saat aku melihat sebuah tagline National Geographic "Get Lost" yang dulu pernah ada, yang menampilkan tayangan orang-orang yang berpetualang ke berbagai pelosok dunia. Nah, aku ingin seperti itu. Hehe...

Namun keinginanku hanya kusimpan dalam hati sambil terus kudoakan. Mungkin suatu saat nanti... semoga bisa terwujud. First thing first, conquer Australia, Rae! (kian lebay).

Friday, 24 May 2013

A Quick, Random Post

AC di kamar Mama baru dibenerin. Jadi tadi sok-sokan gitu aku main di kamarnya. Sambil guling-guling di tempat tidur, sambil ngobrol sama Mama. Beberapa saat kemudian aku mulai merasa ada yang aneh dengan hidungku. Aku mulai sulit bernapas, hidungku sakit. Lalu disusul dengan mampet, dan akhirnya bengek. Iya, hidungku memang bengekan kalau kena yang dingin-dingin. Ditahan-tahanin sampai pakai selimut segala, tetap saja aku masih kedinginan. Suhunya mau dinaikin, eh sama Mama nggak boleh. Mama mana bisa tidur kalau nggak dingin. Maka aku pun kembali ke kamarku. Kata Mama, "Ini gimana kamu di sana nanti? Dinginnya amit-amit lho." Aduh, Mamaaaaa, jangan bikin tambah bengek dong. 

Pindah ke kamar sendiri, hidungku masih tetap bengek dan mampet. Tak selang berapa lama, aku mulai bersin-bersin. Hachiuuu, hachiuuu! Aih, penyakitku kumat. Kalau sudah begini, enaknya diurut nih. Eh, kebetulan keponakanku datang sambil membawa botol minyak gosok di tangan. Ini pasti diutus Mama untuk menggosokkan minyak di punggung dan dadaku, yang kebetulan pegal-pegal belakangan ini. Mama memang paling mengerti anaknya deh. I love you, Mama!

Ngomong-ngomong, keponakanku ini pintar urutnya. Pintar gitu ngurut bagian yang sakit. Awalnya sih, geli-geli gitu. Aku ini orangnya gelian. Dicolek sedikit saja, pasti reaksinya lebay. Terus lama-kelamaan, eh kok ya mulai terasa sakitnya... Apalagi di bagian yang urat-uratnya sudah semrawutan. Sakit banget, banget! Tapi enak sih (masokis akut). Kalau ditanya mau lagi, pasti mau!

Selesai diurut, aku kembali ke kamar Mama, ambil charger yang ketinggalan. Lagi-lagi Mama berkomentar, "Terus nanti di sana siapa yang gosokin minyak? Siapa yang urut?" Aih, Mama, nanti aku cari pacar bule di sana deh. Hehehe... asal ngomong nih. 

Yasudah, sekian dulu entri kali ini. Sebenarnya kepingin nulis yang lain. Tapi ini udah keburu ngantuk dan malas mikir yang berat-berat. Ya begini ini nih hasilnya kalau sedang ingin menulis sesuatu tetapi mata tak sanggup membuka lagi. Yowes, markitdur... mari kita tidur. Have a nice dream.

P.S. Harap maklum jika ada typo... ini nulisnya sambil ngantuk dan mata 5 watt. Lagi melek aja suka typo kok ya. Dilarang protes! Hehehe...

Sunday, 19 May 2013

Hajar bleh!

Hari Minggu. Besok sudah Senin aja lagi, ya? Huhuhu... Niatnya pengin ngebo seharian. Tapi alarm keburu nyala jam 7 pagi tadi. Lupa matiin semalam. Doh! Ngolet-ngolet, baring-baring bengong sambil ngumpulin jiwa, eh, ketiduran lagi dong. Eh, sempat balas BBM teman dulu ding, sebelum ngebo lagi. Sekitar jam 9-an BBM bunyi-bunyi lagi. Terpaksa bangun deh. Terus langsung ingat ada acara di rumah saudara. Jadinya melek dong. Bukan karena excited, tapi lebih karena maleeuusss. Malasnya itu karena pasti nanti pulangnya malam banget deh.

BBM masih trang-tring-trang-tring. Setelah meraba-raba sana-sini, akhirnya kutemukan ia di bawah bantal (ada gitu, manusia tidur dengan BB-nya di bawah bantal???). Ternyata yang BBM itu temanku. Yang lain lagi. Seems like I have to put a name on each friend I'm talking about. Apa perlu sekalian bikin page "Cast of Characters" tersendiri, ya? Hmm... patut dipertimbangkan. Dan kemungkinan akan dikerjakan. Kalau lagi gak malas. Mulainya dari temanku ini deh. Kuberi nama Gibs, tapi kupanggil tante karena usianya jauh di atasku. Introducing-nya nanti aja deh.
Gibs: Gimana tuh, jadi dong berangkat?
Rae: Tanteee... Padahal udah dari kemarin-kemarin mikir mau BBM. Iya, jadi sih sepertinya. Nothing to lose. Hajar bleh!
Gibs: Hahaha... Waaaahhh...
Rae: Enggak sih. Banyak yang to lose sih. Tapi, gotta get the hell out of this comfort zone lah ya. Angkat kaki lah. Capcus!
Gibs: Iyaaa... mumpung masih muda. Kalo tante jadi kamu, dah cabut. Enggak pake mikir-mikir.
Rae: Iya sih. 4 tahun lagi gue berkepala 3.
Gibs: Masih lamaaaaa...
Rae: Eh, tutup mata, buka mata, gak terasa udah 4 tahun lewat lho.
Gibs: Iya sih... Makanya kamu cabut aja udah. Jangan melewatkan kesempatan. Ntar kayak tante, dulu banyak banget kesempatan yang terlewatkan. Jadi kamu jangan sampai gituuu... Usia muda enggak balik lagi. Hahaha...
Mungkin ini feeling antar sesama teman kali, ya? Semalam baru juga posting mengenai ketetapan pergi ke Australia, pagi ini sudah ditanyai. Apa jangan-jangan tante baca blog ini, ya? Tapi nggak mungkin. Wong kukasih tahu aja enggak kok (ini nanya sendiri, jawab sendiri).

Begitulah... Penyakit galau-gundah gulana-lalu-mendadak-chicken out-dan-overworried suka tiba-tiba muncul setelah segala-galanya beres dan siap. Tinggal hengkang. Plan setelah tiba di sana, sudah pasti kupunya. Sejak beberapa waktu lalu aku sudah men-google informasi-informasi terkait kehidupan di Melbourne dan kehidupan para international students di sana. Lalu informasi terkait imigrasi, dll, dll. Tapi justru dengan memikirkan seluruh rencanaku itu, malah bikin aku rada senewen. Jadi cemas berlebihan dan negative thinking. Hukh...
Gibs: Itu sih normal, Rae. Lagipula, over thinking dan over worried itu wajar. Jadinya ngebayangin yang tidak-tidak, padahal belum tentu terjadi. Tante udah mengalami banyak hal. Sweet and bitter. 
Rae: Sweet-nya dikecap terus, bitter-nya dilepehin, ya? 
Gibs: Bitter-nya ditelan dooonggg. Kalo enggak, kapan kamu pahamnyaaaa???
Aih, kalau si tante sudah berbicara mengenai pengalaman begini, aku mingkem aja deh. Yang namanya pengalaman memang tidak bisa bohong. Maka kesimpulannya, selagi ada kesempatan, hajar bleh!

Ps. Aaaahhh... I need to start thinking about all good things!

Another Blabbering Post

Seharian ini di jalanan. Macet, sumpek, panas (padahal AC di mobil), sampai nyaris budeg dengerin lagu galau di Delta FM. Enak sih, tapi galau! Pulang-pulang langsung masuk ke kamar, nyalain lampu, nyalain laptop, balas BBM dan pesan Whatsapp karena BB keburu koit di tengah jalan dan power bank lagi diinfus di rumah, terus browsing. Eh, keasyikan baca blog tetangga sebelah padahal tadinya mau mandi. Pesan Whatsapp masuk, dari @haloazza, nanya udah selesai mandinya apa belum. Gimana selesai, mandi aja belum. Hehehe...

Mandi, lalu selesai mandi lanjut baca blog lagi sambil BBM-an dan Whatsapp-an, tak lupa pula malakin Yoyo keripik Maicih dan Karuhun, yang ternyata dia malakin temannya buat dapetin keripiknya. Capedeee... Ngomong-ngomong ya, kesian banget deh dia, apes melulu setelah kenal aku. Padahal baru kenal juga, apesnya keseringan. Terus seminggu ini ngobrolin obrolan yang tidak jelas. Padahal tadinya aku konsultasi masalah mengenai susah tidur. Sinting berdua deh jadinya.

Lanjut baca-baca blog lagi, Mama tiba-tiba buka pintu kamar. "Lho, kamu udah selesai mandi?" Ya sudah dong, Mamaaa... Memangnya aku bertapa di dalam kamar mandi apa? "Terus siapa itu di kamar mandi? Tadi Mama denger ada suara gayung nyiduk air." Nah lhoooo... siapa hayo? Padahal cuma berdua doang di rumah. Ngek...

Bongkar-bongkar tas ransel yang selalu kubawa kemana-mana, eh iya, tiket, visa dan paspor sudah beres. Tinggal packing, lalu set to go. Kemudian hening sejenak... OH MY GAWD!!! THIS IS REALLY HAPPENING!!! Jadi terbayang kembali ekspresi sedih Mama saat melihat print-out tiket di tanganku. Hikh... Aih, bakalan galau-galau mellow deh malam ini.

Gee!!!!!!
Tiba-tiba perut lapar. Begini nih, menjelang PMS. Padahal datang bulannya juga baru tanggal 4 bulan depan. PMS berkelanjutan sepertinya. Ngubrek-ngubrek lemari es, ada cokelat dari Nita. Tapi udah malam ah. Ntar ndut lagi. Ngomong-ngomong, Nita lagi tidak bisa diajak bercanda nih. Hikh... Semoga semuanya lancar, dear. Ngubrek-ngubrek lemari makan di dapur, ada sebungkus Chitato. Yasudah, nyemil Chitato deh. Sama aja sama cokelat bukan itu, Rae?

Apa lagi, ya? Oya, my bestie Quinnie Beanie lagi galau (masih zaman gitu, Rae, pakai kata 'galau'?) iman. Ah, ya sutralah... Nanti-nanti saja kuladeni curcolannya.

Sunday, 5 May 2013

Destiny

"Destiny has two ways of crushing us... by refusing our wishes... and by fulfilling them." –Henri Frederic Amiel

Kutemukan sepenggal kutipan di atas dalam serial Revenge yang sedang kuikuti sekarang ini. Entah pada episode keberapa dari season kedua. Hanya sekilas pandang kubaca kutipan itu, namun cukup untuk menangkap perhatianku.

Kamu percaya dengan yang namanya takdir? Seorang mentor bimbingan rohani pernah berkata kepadaku, tidak ada yang namanya takdir karena hidup itu penuh dengan pilihan. Apapun yang terjadi sekarang ini ataupun nanti itu adalah karena pilihanmu. Aku lupa apa tepatnya yang sedang kami bahas saat itu. Kala itu aku tidak mengatakan apapun meski dalam hati aku agak sedikit keberatan. Mungkin karena sewaktu kecil Oma sering berkata kepadaku bahwa jalan hidup setiap manusia telah tertulis sejak ia lahir ke dunia. Mungkin pemikiran itu yang tertanam dalam kepalaku, lalu kemudian menjelma menjadi satu dari banyak kenanganku akan Oma.

Sebut saja aku ini konservatif, tapi aku memang percaya dengan yang namanya takdir. Pendapatku berkata bahwa takdir itu sesuatu yang mau tidak mau harus kita terima, harus kita jalani. Tidak ada pilihan lain karena memang sudah seharusnya seperti itu. Sudah semestinya terjadi. Aku ditakdirkan menjadi anak dari kedua orang tuaku. Aku tidak diberi hak ekslusif oleh Tuhan untuk memilih siapa orang tuaku. Tidak satupun manusia bisa. Takdir bagiku juga adalah sesuatu yang pasti, sepasti kematian manusia. Karena kematian itu merupakan bagian dari hidup setiap insan, bahwa kita semua akan kembali berpulang. Seperti itulah aku menggambarkan takdir.

Manusia mana yang tidak memiliki sebuah keinginan, atau harapan, cita-cita, hasrat, atau apapun itu? Aku, yang sering dikata manusia kaku seperti gagang sapu yang berdiri tegak di sudut ruangan, bahkan memiliki kesemuanya itu. Ya, apapun itu yang diingini layaknya oleh manusia lainnya. Lantas setiap keinginan, harap dan asaku itu merupakan bagian dalam takdirku? Pasti tidak semuanya. Maka di sinilah aku kemudian memilih, dalam ketidaktahuanku akan takdirku, jalan hidupku, untuk tetap mengejar apapun itu yang menjadi tujuanku, atau tidak.

Aku seringkali memilih untuk mengejarnya, meski sering tidak berhasil. Bukan karena aku kurang berusaha tapi mungkin saja karena itu bukan menjadi bagianku. Mungkin saja itu menjadi bagian dari orang lain. Seperti kata Mama, kalau sudah rezeki tidak bakal lari kemana. Mau dikejar sampai matipun, kalau bukan rezekimu, tidak bakalan diperoleh. Bukannya yang kukejar itu rezeki, amit-amit jodoh. Itu hanya contoh saja.

Ketika keinginanku untuk melanjutkan kuliah sepertinya bisa tercapai di tahun ini, aku merasa itu merupakan bagian takdirku. Dari situ kemudian akan berlanjut pada jalan hidupku yang selanjutnya. Namun aku juga selalu ingat bahwa ada keinginanku yang memang sesuai dengan takdirku, itu artinya ada keinginan-keinginanku yang lain yang tidak sejalan dengan takdirku. Sebesar apapun keinginanku, sekuat apapun aku berusaha. Karena itu bukan untukku. Jelas aku tidak bisa memiliki segalanya.

Karena, sekali lagi, destiny has two ways of crushing us; by refusing our wishes and by fulfilling them. Yang manapun itu, hanya bisa kujalani saja.

Wednesday, 1 May 2013

Miss Little J

Satu helai, dua, tiga... lima. Lima helai rambut putih kutemukan, terselip di antara ribuan rambut hitam, eh, cokelat kemerah-merahan ding, di kepalaku. Di usiaku yang baru menginjak 26 di hari ini, lima helai rambut putih itu cukup banyak lho. Itu yang berhasil kudapati saat sedang menyisir rambut di depan sebuah cermin seukuran setengah badan. Tapi kali ini aku tidak akan mengoceh soal uban. Biarlah mereka hinggap di kepalaku. Tunggu saja nanti ketika sudah waktunya aku cat rambut lagi. Pasti mereka hilang tanpa bekas.

Anyway, hari ini ulang tahunku lho. Iya, udah ngomong ya tadi. Hehehe... Malam harinya, aku menerima sebuah voice note di BB-ku. Dari seorang teman, sebut saja namanya Miss Little J. Setelah kuunduh dan kumainkan ternyata voice note itu berisi sebuah lagu Happy Birthday To You, dimainkan dengan gitar akustik olehnya. Aih, gimana aku nggak terharu coba? 

Kurang lebih setahun yang lalu kami berkenalan karena blog ini. Tuh, gimana aku nggak cinta sama blog ini? Si Ayang Blog sudah mempertemukanku dengan orang-orang yang layak kusebut sebagai teman, ya termasuk temanku yang satu ini. Jadi ceritanya J sudah mengikuti blogku selama beberapa bulan sebelum akhirnya mem-follow-ku di Twitter. Dari situlah kami mulai mengobrol, lalu sampai akhirnya dia lulus seleksi dan memperoleh PIN BBM-ku. Hahaha... lebay nian aku ini.

Gifts from Miss Little J

Tahun lalu dia memberiku hadiah buku dan gantungan kunci. Tahun ini dia mengirimiku voice note yang tadi kuceritakan. Aku juga sempat memberinya beberapa buku sebagai hadiah ulang tahun. Dari tukar-tukaran hadiah sampai obrolan yang ngalor ngidul hingga yang serius, sudah kami jalani. Karena usianya 4 tahun lebih muda dariku (4 apa 3 sih, J?), kadang dia suka meminta saran maupun pendapatku mengenai masalahnya. Seperti itulah kami berinteraksi, meski sekarang dia sedang berada jauh di negeri Tirai Bambu sana.

Harapanku, apalagi di ulang tahunku ini, adalah agar pertemanan ini kian erat. Juga dengan teman, sobat, dan sahabatku yang lainnya. Dan untuk kamu, J, I wish you all the best, too. Live your life to the fullest. You are young and have a long, long life ahead. Do what you need to do and have all the best in the world. Thank you, for everything. You know what I mean. *wink wink*

P.S. Maaf ya, baru kesampaian menulis postingan ini. Hehehe...