Bisa menjelajah dunia mungkin bukan cuma sekedar mimpi. Bagiku itu merupakan sebuah keinginan yang sudah ada sejak pertama kali aku berkenalan dengan internet saat masih remaja. Kala itu, untuk pertama kalinya aku bisa bertemu, berkenalan dan berbicara dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia lain. Jadi ceritanya itu masih zaman-zamannya doyan chatting melalui messenger gitu deh. Tiap hari sepulang sekolah aku pasti mampir ke warnet dulu. Waktu itu harga per jamnya masih amit-amit mahalnya, sembilan ribu rupiah per jam dong. Ngomong-ngomong ya, dari chatting itu aku kemudian kenal Quinnie Beanie, dan kami masih bersahabat sampai sekarang.
Ketika itu mataku seolah terbuka bahwa dunia ini begitu luas. Muncullah perlahan keinginan untuk melihat dunia di luar sana. Maka aku semakin keranjingan chatting (yang sebenarnya berakibat buruk pada nilai di sekolahku sekali waktu dan membuatku rela tidak jajan agar uangnya bisa kupakai untuk ke warnet). Aku mulai browsing sana-sini demi memuaskan rasa penasaranku akan seperti apa dunia di luar sana, di luar kota tempat aku lahir dan tumbuh. Sebelumnya pengetahuanku hanya sebatas pada film-film dan lagu-lagu yang dinyanyikan penyanyi idola. Namun tetap saja beda rasanya saat aku berinteraksi langsung dengan seseorang yang berada nyaris setengah globe dari tempatku duduk saat itu.
Semakin banyak yang kubaca, atau semakin sering aku berinteraksi dengan lebih banyak orang, semakin aku penasaran. Lama-lama rasa penasaranku itu semakin tak terbendung (lebay) sampai akhirnya suatu saat aku berkeinginan untuk bisa melihat dunia di luar sana secara langsung. Bagaimana caranya, aku masih belum tahu ketika itu. Boro-boro ke luar negeri. Saat itu aku bahkan belum pernah merasakan naik pesawat terbang. Hehe... Pokoknya keinginanku itu sangat besar, sampai-sampai aku selalu menyisipkannya dalam doaku setiap malam. Mustahil atau tidak, akan terwujud atau tidak, segila apa kedengarannya, aku tidak peduli. Yang penting aku berdoa.
Keinginanku itu pertama kalinya terwujud ketika aku bisa kuliah di Jakarta. Maksudku, Jakarta itu juga termasuk 'dunia di luar tempat kelahiranku', kan? (maksa deh). Setidaknya, saat Jakarta telah dipenuhi gedung-gedung bertingkat dengan sejarah macet yang tak pernah habisnya, kota tempat aku lahir dan tumbuh masih sunyi senyap dan bahkan perkembangannya masih jauh tertinggal, hingga saat ini, dari kota-kota sekitarnya (blame the local government, maybe?). Rasanya kok ya aku tinggal di pelosok Indonesia manaaa gitu ya... Enggak kok. Sekarang sudah lumayan ramai dan sudah mulai macet-macet juga, apalagi di daerah sekitaran pusat hiburan dan perbelanjaan. Banyak perusahaan franchise terkenal, baik lokal maupun asing, yang sudah masuk ke sini, meski belum lengkap (Starbucks, please!!!).
Tinggal di Jakarta semakin membuka mataku dan membuat keinginanku untuk bisa menjelajah dunia semakin menjadi-jadi, walau tidak membuatku terobsesi juga sih. Yang jelas cukup membuatku ingin menjelajah lebih jauuuuuh lagi. Apalagi saat aku melihat sebuah tagline National Geographic "Get Lost" yang dulu pernah ada, yang menampilkan tayangan orang-orang yang berpetualang ke berbagai pelosok dunia. Nah, aku ingin seperti itu. Hehe...
Namun keinginanku hanya kusimpan dalam hati sambil terus kudoakan. Mungkin suatu saat nanti... semoga bisa terwujud. First thing first, conquer Australia, Rae! (kian lebay).