"Giliranmu kapan?" Itu pertanyaan yang seharian penuh dilontarkan kepadaku di hari pernikahan adikku.
"Wah, masih lama," jawabku asal saja.
"Keduluan si adik dong." Komentar lain yang turut disembur para undangan.
"Iya nih. Akunya masih belum jelas kapan, makanya kubiarkan saja dia menduluiku. Daripada dia depresi karena kelamaan menungguku. Ha ha ha," balasku, lebih asal lagi.
"Cepat-cepatlah kamu cari. Jangan kelamaan, nanti keburu tua." Komentar yang lain. Tak mau menyerah sepertinya mereka, sampai aku mengenakan baju pengantin. Idih, mau cari di mana? Apa perlu kupasang iklan di sini, begitu?Bunyinya: "Ayo, ayo, yang mau sama aku, mari mendaftar." Mending ada yang daftar ya. Tapi itu namanya sudah usaha, kan? Kalau dapat, ya syukur. Gak dapat, tragis. *kode Nita* Ha ha ha.
Jadi begitulah, pernikahan berlangsung dan aku sukses wara-wiri sehari penuh dengan high heels dan rambut yang terlalu banyak disemprot hair spray. Satu hal yang membuatku sadar saat itu, selain make up-ku yang tebal, adalah sekarang adikku yang satu itu telah memilih jalan hidupnya; berkeluarga. Sebuah keputusan yang kuharap telah dipikirnya baik-baik, mengingat usianya yang masih termasuk cukup muda untuk memulai sebuah keluarga. Sebagai seorang kakak tentu aku mengharapkan yang terbaik bagi keluarga barunya.
Sekarang tersisa aku dan Si Bungsu. Kupikir masih ada waktu yang cukup lama untuk dia juga melangkahiku, mengingat usianya yang terpaut 8 tahun dariku. Masih muda, masih hijau. Eh, tapi siapa tahu setelah pasang iklan lalu ada yang melamar? Ha ha ha!!!
Ah, sudah mulai meracau postingannya. Kuakhiri dulu sampai di sini. Pokoknya aku selalu mendoakan kebahagiaan dan keutuhan keluarga adikku. Dan tentu saja dengan senang hati kubiarkan dia menduluiku. Sudah dulu ya, mumpung sedang berada di luar kota, aku kepingin berburu makanan. Yuk!