Lebaran telah lama usai, menyisakan galau. Iya, galau karena berat badan naik. Padahal aku ini cuma ikut meramaikan, lho. Halah, ini yang Lebaran siapa, yang beratnya naik siapa. Tapi ya, ada yang bilang aku gemukan, ada pula yang bilang aku kurusan. Jadi yang benar itu yang mana sih, ya? Bikin bimbang aja. Mending kutimbang sendiri, deh. Ya, kan? (Terus ini ngapain juga ngomongin berat badan?)
Anyways, enough with galau-galauan. Selama beberapa saat aku tidak gentayangan di sini, aku mengalami banyak kejadian. Juga aku punya kabar gembira sekaligus gila. Jadi begini, tadinya aku sudah siap sedia untuk berangkat ke Perth, kota yang menjadi tempat studiku. Aku sudah menerima Letter of Full Offer dari salah satu universitas di sana, kemudian akupun mengerjakan dokumen yang dibutuhkan untuk pengajuan beasiswa. Namun beberapa hari setelah aku menerima e-mail dari mereka, aku bertemu dengan seorang lulusan dari sebuah universitas di Melbourne. Maka mengobrolah kami berdua selama berjam-jam.
Dari obrolan kami itu, aku mendapatkan gambaran, saran dan rekomendasi mengenai kuliah di Australia. Dia pun menyarankan untuk aku sebaiknya melanjutkan studiku di Melbourne karena banyak pertimbangan yang bisa menguntungkan bagiku jika aku kuliah di sana. Juga pertimbangan mengenai program studi yang bisa kuambil di sana, yaitu program double degrees. Maka aku mempertimbangkan segala pilihan dan konsuekensi, kemudian menanyakan pendapat Mama. Setelah berpikir matang dan sudah pula mendapatkan persetujuan dari Mama, maka akupun setuju (baca: Nekat) untuk ganti haluan.
So, that's it. I dropped the scholarship and the offer from the university, then applied to two universities in Melbourne. Padahal waktu itu aku sendiri belum yakin bisa diterima atau tidak di salah satu universitas tersebut. Aku kembali mengisi aplikasi pendaftaran, bayar uang pendaftaran, dan mengirim semua dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk keperluan pendaftaran. Sesudahnya, aku masih harus menunggu sekitar dua minggu sampai aku memperoleh e-mail bahwa aplikasiku sudah masuk dan akan diproses. Lalu menunggu lagi dan lagi.
Memasuki minggu ketiga aku mendapat kabar dari salah satu universitas bahwa aku diterima. Yay! Segera mereka mengirimkan Letter of Full Offer beserta Letter of Acceptance. Sekarang aku tinggal menunggu kabar dari universitas yang satunya lagi. Dan jika aku diterima juga, maka aku tinggal memilih yang mana yang akan kuambil. Semoga semuanya berjalan lancar, ya.
Nah, jadi itu yang namanya bertindak atas iman yang berdasarkan nekat. Atau malah nekat yang berlandaskan iman. Ya, bukan? Kalau kata salah seorang pendeta, iman dan nekat itu beda-beda tipis. Tapi keduanya sama-sama membuat tindakan kita terlihat gila di mata orang lain. Bahkan sebagai tanda kalau percaya akan diterima, akupun memasang wallpaper pemandangan sungai Yarra di ponselku. Nanti setibanya di Melbourne, yang akan kukunjungi pertama kali sungai Yarra itu. Iya, iya, aneh!
Ah, apapun itu, pokoknya sekarang jelas sudah ke mana tujuanku, ke mana langkahku selanjutnya. Tinggal sekarang bagaimana aku tetap fokus pada tujuanku dan tidak lagi mengerling kanan-kiri. Sudah saatnya menatap ke depan dan berhenti memandang ke belakang. Hidup harus terus berlanjut, kawan. Bukan begitu? Ini sudah menjadi keputusanku dan inilah yang menjadi keinginanku, sehingga apapun yang terjadi aku harus berusaha mati-matian. Seperti pesan kenalanku tadi itu; harus jadi pejuang, harus tough. Hidup itu keras, tapi kita harus lebih keras lagi.
Dan akupun setuju!!!