Genap sudah tiga hari si pacar mengeluhkan sakit kepala. Semenjak aku pulang dari rumahnya hari Minggu yang lalu, dia bilang kepalanya sakit ketika kutelepon dia untuk mengabarkan kalau aku sudah tiba di rumah. Dan sejak itu dia mengeluh kepalanya cenat-cenut setiap kali aku menghubunginya atau dia yang menghubungiku.
Setahuku, dia termasuk orang yang jarang sekali sakit kepala. Tidak seperti aku, sebentar-sebentar sakit kepala. Kotak obatku isinya kalau bukan obat sakit kepala, ya obat migren (sama aja ya itu?) juga obat maag. Jadinya aku khawatir juga, karena untuk ukuran orang yang jarang sakit kepala, sakit selama tiga hari berturut-turut itu patut ditindaklanjuti. Maka tadi karena bertepatan ada urusan yang harus kuselesaikan di daerah dekat rumahnya, aku menyempatkan diri menjenguknya. Dan betapa kesalnya aku karena mendapati dia sedang berjibaku dengan kertas-kertas yang bertaburan angka. Padahal tadi itu dia sengaja izin pulang cepat karena sakit kepalanya sudah tak tertahankan. Eh, ini kok di rumah malah kerja.
"Katanya sakit kepala, kok kerja?" omelku.
"Aduh, say. Kamu memang seksi kalau omel-omel begini. Tapi ini kepalaku sedang cenat-cenut," rayunya.
"Ya gimana nggak cenat-cenut, yang dipelototin angka melulu."
"Maunya kupelototin kamu, tapi kamunya jauh," katanya membela diri. "Nah, sekarang kamu udah di sini, sakit kepalaku sudah berkurang."
Halah! Kalau sudah begini, aku malah tidak jadi ngomel-ngomel lagi deh.
Melihat aku yang tidak jadi marah, langsung saja dia membujukku membuatkannya nasi goreng untuk makan malam. Mana tega kubiarkan dia keluar sendiri malam-malam beli makanan dengan keadaan kepala yang sakit? Jadi kubuatkan dia nasi goreng. Dan karena dia tidak suka dengan bumbu instan untuk nasi goreng yang dijual di supermarket-supermarket itu, aku harus membuat sendiri bumbunya. Padahal aku paling tidak suka memegang bawang karena baunya bakal menempel di jariku selama berhari-hari. Kubuatkan juga telur ceplok yang kuningnya setengah matang seperti kesukaannya (itu juga seleraku), dan menemaninya makan.
Selesai makan, aku menyiapkan obatnya dan memastikan obatnya diminum, lalu pamit pulang. Setibanya di rumah, eh, ternyata Mama juga sedang sakit. Aku ke apotik dan membeli Sanmol, Amoxan dan jarum suntik insulin. Sekembalinya dari apotik, kutemani Mama makan. Sudah beres semuanya, aku mandi. Sekarang gantian aku yang sepertinya meriang dan kepala cenat-cenut. Ah, apes amat ini ceritanya.
Sedang musim-musimnya orang jatuh sakit kali, ya? Perubahan cuaca belakangan ini cukup ekstrim. Seminggu yang lalu, hampir setiap hari turun hujan disertai angin kencang. Minggu ini malah panas terik. Untung saja si pacar sering mengingatkanku untuk meminum vitamin yang dibelikannya untukku. Jadi setelah menenggak sebutir, aku bersiap tidur. Semoga sakitku tidak berlanjut.
2 comments:
loh, perawatnya kuk malah ikutan sakit ... :)
semoga cepat sembuh yah...
Halo Novi,
Sudah sembuh, kok. Malah nggak jadi sakit yang kemarin itu. Hehehe...
Post a Comment