Dari dulu aku paling tidak mau mencampuri urusan orang. Aku tidak suka. Aku tidak ingin terlibat dengan masalah orang lain, apalagi kalau ternyata keterlibatanku sampai memperkeruh keadaan. Amit-amit jabang babon. Aku paling anti dengan hal-hal yang seperti itu. Pokoknya urusanmu bukan urusanku, dan aku tidak mau tahu urusanmu. Begitu.
Begini ya, aku tidak mau mencampuri urusan orang lain karena urusanku juga masih banyak dan tak kunjung selesai kuurusi. Urusanku sendiri juga sudah membuatku pusing seribu keliling. Mana sempat aku mengurusi urusan orang lain? Dikata sombong? Egois? Individualis? Anti-sosial? Terlalu cuek, kalau kata Mama. Beda-beda tipis lah ya. Biar deh. Daripada aku dijuluki tukang campur urusan orang. Apa peduliku? Tidak ada.
Tapi ya, ada alasan mengapa aku bersikap seperti itu. Simpel saja; kalau aku tidak mau tahu dengan urusan orang, maka aku pun tidak mau orang lain mau tahu dengan urusanku. Aku tidak suka. Sejalan, kan? Karena sesungguhnya, orang yang mau tahu urusan orang lain itu hanya karena mereka ingin sekedar mau tahu saja. Membantu juga tidak, kok. Menggosip, iya! Ditambah dengan bumbu-bumbu hasil racikan lidah bercabang dua, amboi enaknya. Apalagi jika ditemani kue dan secangkir kopi di sore hari, maka tiada yang lebih membahagiakan selain membicarakan kehidupan orang lain.
Apa enaknya sih, ngomongin orang? Apa untungnya mengedarkan cerita-cerita miring yang keberadaannya belum tentu benar? Di mana letak kesenangan saat melihat orang yang diomongin menderita dan malu? Bagiku, tidak ada enaknya, tidak ada untungnya, tidak ada senangnya jika melakukan itu.
Cuek aja, Rae. Iya, aku memang cuek-cuek saja. Tapi sampai sejauh mana batas yang bisa kutolerir? Sudah tentu ada batasnya, dong. Jangan karena aku melakukan A, lalu ceritanya sampai pada yang kulakukan adalah Z. Hey, mau ngomongin orang juga jangan cuma pakai mulut aja. Otak juga dipakai, dong. Atau otaknya dipakai, tapi kadar mengira-ngiranya jauh lebih banyak daripada fakta yang ada. Aduh, demi Papa Smurf yang kerjaannya ngasih quests, cari kerjaan sana!
Versi lainnya, orang mau tahu karena mau sok prihatin. Man, paling keki kalau ketemu yang seperti ini! Versi ini jauh bikin lebih pusing. Pastinya menyarankanku (tanpa kuminta!) melakukan ini dan itu yang menurut mereka adalah yang terbaik dan sudah sepantas dan selayaknya kulakukan demi kebaikan semua orang. Oh well, semua orang, kecuali AKU. Plis deh, aku tahu apa yang kulakukan karena menurutku itulah yang paling tepat dengan keadaanku.
Namun susahnya ya, orang kalau sudah berbicara sama seperti mobil yang remnya blong. Halah! Kalau sudah begitu, yang bisa kulakukan hanyalah menyanyikan "Jangan Ganggu Banci!"
Ps. Aku bukan banci!
No comments:
Post a Comment