Rupanya potinganku yang sebelumnya tidak perlu berlanjut pada bagian 2. Tidak ada sekuelnya. Syukurlah. Terima kasih untuk Ole, yang sudah berbagi pengetahuan mengenai masalah sleep deprivation. Meski harus kuakui saat membaca email-emailnya, aku sedikit ketakutan. Coba bayangkan kalau kamu membaca kata-kata seperti "insomnia", "sleep paralyze", "sleeping pill", bahkan "muka jadi tampak tua", aku yakin pasti kamu bakalan berusaha untuk bisa tidur. Nah, itulah yang terjadi padaku. Jadi mau tidak mau aku mencari cara agar bisa tidur nyenyak. Salah satunya dengan ilmu bengong sambil mendengarkan lagu-lagu Jason Mraz (oh, album terbarunya itu recommended banget deh), saat hendak tidur.
Masalah tidur sudah teratasi, tapi lalu kemudian aku tetap saja masih kepingin ngoceh-ngoceh, cuap-cuap tidak jelas di sini. Kalau soal ini, sepertinya tidak ada obatnya, ya? Ngomong-ngomong ya, aku punya radar yang bisa mendeteksi yang cantik-cantik dan manis-manis dalam radius jarak pandang mata. Eh, aku bukan mata keranjang, lho. Bukan pula lesbian predator yang meng-eye sexed setiap perempuan. Duh, amit-amit. Aku masih punya harga diri dan aku menjunjung tinggi martabat perempuan, dan menolak mentah-mentah lirikan yang bersifat menelanjangi (only on certain occasion with a certain person, then I guess I won't mind. Ups! Hehehe). Tapi kalau cuma sekedar melirik, boleh kan??? Itu namanya lesbianawi, maksudku manusiawi, teman.
Nah, susahnya radarku ini seringkali berfungsi di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Seperti di hari Sabtu kemarin, aku menghadiri misa Sabtu Suci, atau Malam Paskah, di gereja, lalu radarku tiba-tiba berdengung. Tentu saja ketika aku menajamkan mata dan melihat sekeliling, tepat di sebalah kanan depan berdiri seorang perempuan berwajah manis, berambut panjang hitam lurus, mengenakan dress kasual. Aduh, aku mulai tidak konsentrasi dengan prosesi misa dan malah mencuri-curi pandang. Ini mataku melakukan keinginannya sendiri, melirik-lirik, tanpa bisa kuhentikan. Namun berhubung aku masih ingat di mana aku sedang berada, dengan satu tarikan nafas aku kembali memegang kontrol atas mataku. Untuk sementara aku menang.
Apesnya, keadaan sedang tidak bersahabat dan malah menantang mataku. Saat hendak komuni, aku yang duduk di belakang jelas sempat melihatnya berjalan menuju tempat duduknya. Mataku benar-benar menatapnya. Ah, mataku ini memang sering mengkhianati aku. Selama beberapa detik aku memandangnya sampai Mama menyikut lenganku, lalu berbisik, "Eh, itu kan temanmu." Aih, nyaris saja jantungku mau copot rasanya. Apa kata dunia kalau Mama memergokiku sedang melirik perempuan coba? Mampuslah aku kalau begitu ceritanya. Lalu kata Mama itu temanku? Tunggu dulu, kok aku tidak tahu sih, ya? Aku hanya setengah mengangguk, setengah menggeleng menjawab pertanyaan Mama. Gelagapan.
Kata Mama lagi, perempuan yang kulirik itu teman sekolahku dulu saat masih TK. Sejujurnya, aku tidak ingat. Aku hanya merasa wajahnya familiar karena aku tahu dulu sekali aku pernah melihatnya di gereja yang sama. Dan aku masih ingat betul dengan auranya itu; aura gadis manis kalau kataku. Ih, pantas saja radarku langsung berbunyi. Hihihi.
Iya, iya, cukup sudah lirik-liriknya. Lain kali enggak lagi, deh. Tapi tidak janji sih. Hehehe. Sudah, ah. Semakin meracau ini postingannya.
Oya, Happy Easter! May your basket be full of blessings!
No comments:
Post a Comment