Kali ini aku memilih tinggal di rumah dan bersantai. Aku tidak bertemu S dan maminya hari ini agar mereka bisa menghabiskan waktu bersama. Lagipula masih ada setumpukan buku yang harus segera ku-khatam, dan aku masih harus kembali me-review bahan untuk tes nanti.
Well, rencananya sih begitu. Tapi ujung-ujungnya malah aku asyik menonton TV, lalu pada akhirnya ngeblog sambil mengunduh lagu-lagu Korea. Oh, ini salah satu misiku; mengojok-ngojokin S dengan lagu Korea yang ajib-ajib dan unyu-unyu. Jangan melulu mendengarkan Il Divo dan lagu-lagu lainnya yang populer di zaman manusia masih menulis di atas batu. Jadi aku harus menyiapkan persediaan lagu-laguku dan tinggal menunggu saat yang tepat untuk kuselundupkan mereka di ponselnya. Kalau perlu, akan kuselundupkan juga video klip para artis-artis nan bening itu, yang usianya mencapai satu dekade lebih muda darinya. (Nah, sekarang coba bayangkan aku yang sedang tersenyum ala Lucifer.)
Baiklah, mari kembali ke tujuan awal aku menulis postingan ini. Jadi tadi aku makan siang sambil menonton acara "Got to Dance UK," yang digawangi Adam Garcia, Kimberly Wyatt (pasti kenal dong ya?) dan Ashley Banjo. Di saat ada waktu luang, aku selalu menyempatkan diri menonton acara itu, jika sedang tayang di TV. Ingin rasanya bisa jago menari, ya? Tapi mau bagaimana lagi, tubuhku kaku seperti batu. Hanya jari saja yang lincah jika diketuk-ketukkan di atas tombol-tombol keyboard komputer. Anyway, yang menarik adalah saat audisi yang tadi kutonton, ada sebuah grup tari yang terdiri atas beberapa anak penderita down syndrome.
Ketika awal melihat mereka diwawancarai oleh pembawa acara Davina McCall, aku ragu bahwa mereka bisa menunjukkan sebuah tarian apik, apalagi diloloskan juri masuk ke dalam shortlist. Namun yang membuatku merasa seperti seperti ditampar bolak-balik adalah ternyata tarian mereka lumayan. Mulai dari teknik menari sampai koreagrafi yang ditampilkan, melebihi ekpektasiku. Dan yang paling menggugah adalah ketiga juri juga memberikan bintang emas, sebagai tanda mereka lolos masuk ke shortlist.
Kupetik sebuah pelajaran dari adegan sepanjang satu setengah menit itu, yaitu untuk tidak pernah berhenti berharap. Jika dibandingkan dengan peserta lainnya, yang jelas-jelas bisa lebih baik dari mereka, adalah mustahil mereka bisa lolos. Tapi harapan untuk bisa terus menarilah yang membuat mereka tidak menyerah, bahkan ketika orang-orang meragukan kemampuan mereka.
Aku membayangkan betapa sulitnya mereka harus melatih gerakan-gerakannya, dan entah berapa kali mereka harus melakukannya karena gerakannya tidak sempurna saat latihan. Dan betapa melelahkan... Namun mereka terus berusaha karena ada harapan. Jika ada yang berkata bahwa harapan adalah sesuatu yang membuat seseorang tetap hidup, maka aku setuju. Apa gunanya hidup jika tiada lagi harapan?
Ah, Rae. Kamu berkata seperti itu karena sekarang hidupmu penuh dengan pengharapan. Hidupmu terlihat mudah. Kamu mendapatkan apa yang kauinginkan.
Siapa sih yang tidak pernah mengalami kegagalan? Semua orang pasti pernah, termasuk juga aku. Entah itu kegagalan dalam meraih impian, kegagalan dalam hubungan percintaan, atau kegagalan-kegagalan lainnya. Namun ketika mengalami kegagalan ada yang langsung patah semangat, tapi juga ada yang bisa langsung bangkit kembali. Seberapa banyak proporsi antar keduanya, aku kurang tahu pasti. Yang jelas, yang selalu menjadi contoh adalah mereka yang bisa bangkit kembali, bukan?
Hidupku sekarang mungkin terlihat mudah di mata orang-orang. Tapi bukannya hidup itu tidak selamanya sulit, juga tidak bakal selalu mudah? Itu artinya kehidupanku sebelum ini adalah sulit. Tak perlu aku ceritakan secara detail mengenai pergumulanku, yang sebenarnya masih terus berlanjut hingga saat ini. Bedanya, kini aku bisa menghadapi segala sesuatu dengan lebih lapang. Harus kuakui, menerima masalah dengan tangan terbuka menjauhkanku dari depresi. Dan berdoa, itu juga perlu.
Kini aku mendapatkan apa yang kuinginkan. Namun harus diingat juga bahwa aku pernah mengalami kehilangan. Bukankah ada kutipan yang berkata bahwa saat kita kehilangan sesuatu, maka nantinya kita bisa memperoleh sesuatu yang lebih besar? Menangisi kehilangan terus-menerus bisa membuat seseorang lupa untuk kembali berharap.
Kalau boleh jujur, aku sendiri pernah kehilangan pengharapan. Seolah aku dihadapi pada jalan buntu kemanapun aku melangkah. Dan yang lebih jujur lagi, aku pernah lelah berharap karena terlalu sering dikecewakan oleh harapan itu sendiri. Sepertinya pernah kuceritakan mengenai itu di blog ini. Akan tetapi hidup memiliki caranya sendiri bagi setiap manusia. Selama masih bernafas, maka roda kehidupan masih terus berputar.
Untuk menjaga agar harapan tetap realistis itu juga penting. Akan tetapi untuk berhenti berharap adalah sesuatu yang mustahil. Mengingat kelompok tari tadi... mereka saja, yang memiliki keterbatasan, berani untuk bertindak dan berharap. Apalagi lagi kita - aku dan kamu? Seperti kata seorang sahabatku, "Hope is what I go to sleep with every night, and what I wake up for every morning." Dan aku tidak bisa tidak lebih setuju dari itu.
Kuncinya adalah menerima, melanjutkan hidup dan jangan pernah berhenti berharap, apalagi menyerah. Itu yang selalu kuingatkan pada diriku sendiri, manakala aku sedang berada di titik terendah kehidupanku.
3 comments:
baca tulisan mu sambil dengerin lagu jason mraz-i won’t give up :)))
Aku nulisnya juga sambil dengerin lagu itu, diulang-ulang. :))
koh bs sama y,iya nih lagi suka bngt ama lagu ini’’i won’t give up on us Even if the skies the rough I’am giving all my love I’am still looking up’’*kalo gk slh kata2 sprt ini*
Post a Comment