Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Wednesday, 4 May 2011

Lesbian Life: The Consequences

They say, life is a choice you can live with. Se-indecisive-nya gue, ternyata tanpa sadar gue membuat sebuah keputusan: hidup. Yup, gue masih kepengen hidup lebih lama lagi. And here comes the consequences... karena setiap keputusan memiliki konsekuensinya masing-masing, avoidable or unavoidable.

Ketika gue memutuskan untuk terus melanjutkan hidup gue, ada konsekuensi-konsekuensi yang harus gue tanggung, misalnya naik turunnya kehidupan gue, masalah-masalah yang gue hadapi, suka dukanya, keberhasilan dan kegagalan, dan masih banyak lagi. Tapi sekali lagi bahwa itu adalah konsekuensi dari kehidupan.

Sama seperti kehidupan lesbian. Ketika gue memutuskan untuk hidup sebagai lesbian, pastinya ada konsekuensinya sendiri, yang jauh lebih besar. Maksud gue "dengan memutuskan untuk hidup sebagai lesbian" di sini adalah bahwa gue mengakui pada diri sendiri: "I'm gay." I am gay, single or taken (karena gue tahu ada lesbian yang memutuskan untuk "stay single").

Kehidupan orang-orang seperti gue jelas jauh lebih sulit dengan konsekuensi yang jauh lebih berat. Sebelum memutuskan jadi lesbian, seharusnya udah tahu apa konsekuensinya. Enggak tahu? Sini gue kasih tahu. Jadi lesbian itu enggak gampang, harus sembunyi di lemari yang lengkap dengan gembok. Atau kalau siap lahir, batin dan finansial, silakan umumkan orientasi seksual kamu. Efek samping kalau tinggal di lemari terus adalah jadi paranoid sendiri. Suka mendadak cemas kalau ketemu orang. "Can they see the gay in me?" is the question that keeps popping.

Jadi lesbian itu susah lho... maksudnya susah cari pacar. Gak percaya? Tanya aja sama yang jomblo... hehehe (dihujat massal deh gue). Belum lagi keadaan masyarakat sekitar yang jelas-jelas menolak (meskipun tidak semuanya, hanya sepersekian persen dari keseluruah) kaum minoritas seperti LGBT. Pada intinya, kehidupan sebagai lesbian itu konsekuensinya adalah hidup seperti dalam kungkungan... serba susah, serba ribet.

Masih tetap mau jadi lesbian meskipun udah tahu sebagian kecil konsekuensinya? Iya? Then stop whining, whining and WHINING. That is one of so many reasons why I deactivated my Facebook account. Iyalah, siapa juga yang tahan baca status orang-orang yang kayaknya merana amat jadi lesbian.

Kalau mau jadi lesbian, ya harus terima konsekuensinya. Jangan ada masalah sedikit, langsung menyalahkan diri sendiri yang lesbian. Ini gara-gara gue jadi lesbian, gitu? Atau menyalahkan mereka yang hetero karena mengungkung orang-orang seperti kita. Helloooooooowwww... mau gay, mau hetero, sama-sama susah. Mau gay, mau hetero, sama-sama namanya hidup. Dan sekali lagi, hidup itu pilihan dengan konsekuensinya masing-masing. Kalau mau jadi lesbian, ya rela gak rela, harus rela hidup dalam kungkungan.

Daripada ngeluh dan ngomel-ngomel dan terus-terusan menderita, mendingan juga melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk hidup. Karena mau jadi homoseksual atau heteroseksual, tetap saja hidup harus terus dijalani.

No comments: