Semuanya berawal dari tagihan listrik yang membludak. Entah bagaimana bisa tagihan listrik untuk bulan ini melonjak hinggak 4 jutaan rupiah. Tak masuk akal! Tentu saja kami segera mengajukan komplain di kantor PLN. Dan meskipun jika memang jumlah penggunaan listrik di rumah sebanyak itu - yang sepertinya tidak mungkin - kami akan membayarnya. Tapi untuk awalnya, kami hanya ingin kejelasan dengan angka yang tertera pada meteran.
Baru berselang satu hari sejak tanggal pembayaran, tiga orang petugas PLN tiba-tiba datang dengan tujuan memutuskan aliran listrik di rumah. Dan dengan seenak jidatnya, mereka memotong kabel sambungan listrik. Oh, tidak tahukah kalian bahwa kalian baru saja membangunkan singa betina yang sedang tidur? Tidak berselang lima menit setelah petugas-petugas keparat itu pergi, Mama langsung mengaum.
Segera kami berdua berangkat menuju kantor PLN. Seperti yang sudah gue duga, Mama langsung saja mengamuk di sana, membuat semua karyawan terperanjat. Gue cukup berdiri di belakang Mama, agak jauh, dan tidak melakukan apa-apa. Juga tidak berkata-kata. Hanya... bengong. Setelah diberi penjelasan mengenai segala tetek bengek administrasi oleh salah seorang petugas, (yang kelihatannya agak sedikit ketakutan) Mama menyuruh gue ke ATM terdekat untuk melakukan pembayaran. Meski agak ragu meninggalkannya sendirian di sana, gue segera angkat kaki, daripada gue ikutan kena auman.
Lima belas menit kemudian, gue kembali sambil mengayun-ayunkan struk pembayaran ATM layaknya mengayunkan bendera kemenangan. Ternyata sudah ada Papa dan si Tengah yang ikut datang meramaikan suasana. The more the merrier! Mama dan Papa menuntut penggantian kabel, sekaligus menuntut ketiga petugas keparat itu.
Entah bagaimana kejadiannya hingga kami semua berakhir di kantor polisi. Yang jelas melibatkan adu jotos di depan kantor PLN. Sementara Papa dan Mama saling beradu argumen dengan pihak polisi, meminta untuk menghukum tiga petugas bodoh tadi. Lucu ya. Baru beberapa malam yang lalu mereka saling meneriaki satu sama lain, dan sekarang mereka malah meneriaki polisi. Gue memandangi mereka dari sudut ruangan. Pandangan gue beralih dari Papa Mama-polisi-Pama Mama-polisi, seperti sedang menonton pertandingan tenis.
Tiga petugas tadi hampir saja masuk bui jika bukan karena si Tengah tahu-tahu masuk sambil membawa-bawa samurai. Iya, samurai! Dia membawa samurai ke kantor polisi! Entah dari mana dia belinya. Gue hanya mampu melotot sambil menahan tawa. Papa dan Mama berhenti meneriaki polisi. Tiga petugas PLN sedikit ketakutan, dan polisi dengan bingung menatap adik gue itu. Kasus yang tadinya ingin menghukum para petugas keparat itu kini malah beralih pada kasus kepemilikan benda tajam oleh adik gue.
Geblek!
Tapi untunglah semuanya berakhir tanpa ada yang masuk bui. Kabel pun sudah diganti dan lampu kembali menyala.
Ampun deh. Melihat kejadian tadi, gue merasa memiliki keluarga seperti "The Osbournes," yang penuh dengan kekonyolan. If it were a family reality show, we'd surely defeat theirs. Pantaslah jika dijuluki "The Osbournes versi Indonesia."
6 comments:
Astaga. Ckck. Jangan-jangan listrik lo di colong kali tuh. Hmm, nggak seruuuu karna lo nggak ikutan ngamuk Rae, padahal yaaa kalo lo ikutan ngamuk bakal seru. Hihi. Paling nggak lo sama menyeramkannya sama nyokap lo...err sedikit sih. Wkwkwkwk. :p *piiiiisssss ahhh
Wadoh keluarga kalian serhari-hari makannya apa sih? kok pada galak-galak? xixixi... *kaboooooorrr...!!!*
Makan nasi, tapi lauknya mercon. Hihi. :p
Asli, malam ini aku ngakak tiada henti. Keren bo si tengah, tp emang anak nomer 2 selalu unik dan keras kepala tp berani mati kayak aku *eh.
Xoxo
Ms.CCTB
cakepcakeptapibloon
Nah, nomor 2 itu tuh yang biasanya CCTB. Hahahahah... :p
Seriously?
HAHAHHAHAHAHAHHAHAHA.
Yes, we're huh :p
xoxo,
Ms.CCTB
P.S
You gotta bear with that "CC" thing.
Post a Comment