Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Tuesday, 3 December 2013

The People I Met: Hyun Ji

Rumah yang kuhuni bersama 3 orang lainnya kedatangan penghuni baru minggu lalu. Hyun Ji namanya, berasal dari Korea Selatan, teman dari salah satu housemate-ku. Dalam satu kesempatan, kami berdua sempat mengobrol di dapur ketika sedang menyiapkan makan siang. Hyun Ji, sama seperti aku dan ketiga penghuni lainnya, juga merupakan seorang mahasiswa international. Dia mengambil jurusan Chinese Medicine selama lima tahun dan bulan ini akan segera lulus.

Sebenarnya dia baru saja kembali ke sini dari Korea karena ibunya sedang sakit parah setelah sebelumnya sempat mengikuti internship di Cina. Masalah yang cukup pelik sedang dihadapinya sampai-sampai dia berkata, "It feels like I have no emotion right now. All I do is just pray and pray." Setelah lulus Hyun Ji tidak bisa kembali ke Korea karena jurusan yang diambilnya membuat ia tidak bisa diterima bekerja di negeri asalnya itu. Alasannya simpel saja, karena dia lulusan luar negeri. Jadi satu-satunya jalan yang dia miliki adalah mencoba untuk tetap tinggal dan bekerja di sini. Hal yang sangat tidak mudah juga baginya untuk segera mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang singkat, mengingat visanya tidak lama lagi akan segera berakhir.

Aku paham betul apa yang dirasakan Hyun Ji saat ini karena sebetulnya yang sedang dihadapinya ini merupakan masalah umum bagi jutaan mahasiswa internasional di sini. Banyak dari kami, mahasiswa internasional, yang memilih untuk kuliah di sini demi mengejar status Permanent Resident (PR) yang kemudian bisa berujung pada status Citizenship. Well, termasuk aku salah satunya sih. Namun pemerintah Australia kini membuat hal itu kian sulit dengan regulasi yang berbelit-belit dan berubah-ubah hampir setiap tahun. Hasilnya, banyak juga mahasiswa yang akhirnya memilih untuk kembali pulang ke negeri asalnya setelah lulus. Nah, pilihan terakhir ini jelas bukan pilihan bagi Hyun Ji.

Kami juga membahas mengenai pengalaman sehari-hari dan obrolan kami itu cukup mengingatkanku bahwa apa yang saat ini tengah aku jalani juga dialami oleh ratusan, bahkan ribuan mahasiswa internasional lainnya. Kau tahu? Kuliah sambil harus bekerja sambilan. Pada kenyataannya, rata-rata mahasiswa internasional di sini berasal dari working class family. Biaya kuliah yang cukup tinggi membuat kami harus bekerja sambilan demi membiayai biaya hidup sendiri. Aku pernah menghadiri sebuah fokus grup yang diadakan oleh sebuah lembaga riset akademi dan menghadirkan mahasiswa internasional dari berbagai negara. Dalam diskusi, salah seorang mahasiswa mengakui bahwa terkadang dia harus bekerja lebih banyak dan lebih mengkhawatirkan pekerjaannya dibandingkan tugas kuliahnya.

Sesulit apapun kehidupan yang kami alami di sini, namun pengalaman yang kami peroleh jauh lebih berharga. Dan mungkin bagi sebagian dari kami hal ini layak untuk kami jalani. Ya, banyak dari kami yang mengalami eksploitasi dalam lingkungan kerja dan dibayar dengan upah yang jauh di bawah upah minimun. Banyak dari kami yang tidak bisa jajan karena uang pas-pasan, bahkan harus rela makan satu kali sehari untuk menutupi biaya transportasi. Dan kami harus bisa mempertahankan prestasi belajar dalam sebuah lingkungan akademik yang sama sekali jauh berbeda dari negara asal, belum lagi menghadapi krisis language barrier. Tapi bukankah ada sebuah kutipan yang berkata, "You have to pass through hell to get to heaven."

Seperti penuturan salah seorang mahasiswa internasional yang menceritakan mengenai kisahnya di sebuah majalah katanya,
"I can tell them (international students, red) that whatever happens in life in Australia, you don’t have to give up at one point. You have to keep on going, and keep on striving. I know the life where you don’t have food – I spent  $20 a month only. It’s hard to survive in Australia – it doesn’t mean you have to give up. You just have to keep telling yourself you have to move on and achieve what you wanted when you came here."
And that, I think, applies to all of us, wherever you are and what life you are living... 

5 comments:

kakatebs said...

ЕéëèмMmº°˚˚°º ,kasian jg tmen lu ya rae,udah kuliah jauh2pun ternyta negaranya sendiri menolak.belum lg perjungan kalian disana..,huft.☂άρĩ yakin sajalah,gak ada ϓªήğ sia2 kok dalam setiap perjuangan.

bybyq said...

I can say that this is not only what international students in Australia feels. I think it is the same in the UK. Before April 2012 they had the PSW (Post-Study Work) scheme for students, which allows international student to extend their stay for another 2 years to find a job in the UK, however the scheme has been terminated and all international students have to come home right away if they could not get a job after their student visa is expired.

I hope the situation is better over there. Good luck, Rae :)

Rae said...

The Oz government has recently issued the Graduation Visa for international students, Byq. It allows us to stay for at least 2 years (postgraduate by coursework) and 4 years (postgraduate research) after graduation. But I'm not sure how long the gov will hold the regulation.

And thanks anyway :) Wish you the same, too. You know, with your visa thing...

bybyq said...

That is awesome, Rae. I think it would help the graduates and give them some times to find a job that could let them stay there.
And, thank you, Rae ^__^

Rae said...

Hopefully it will stay the same by the time I graduate, Byq. Lol.