Lucu ya, betapa dulunya aku tidak sabar menanti waktu hingga aku bisa hengkang dari kampung halaman dan sekarang malah merindukannya mati-matian. Okelah kalau soal makanan sih, Melbourne terkenal dengan kota yang multikultural sehingga berbagai jenis makanan dari berbagai macam negara itu tersedia di mana-mana, termasuk masakan Indonesia. Tetapi yang kurindukan itu adalah suasananya. Orang-orangnya juga, meski banyak juga orang Indonesia di sini, tapi rasanya tetap saja berbeda.
Lebih lucunya lagi, setelah berada di sini aku malah sering membanggakan Indonesia. Well, setidaknya rasa nasionalismeku itu naik bertingkat-tingkat. Soalnya setiap kali dikira bahwa aku ini orang lokal maka aku dengan bangga menyebutkan bahwa aku orang Indonesia, yang kemudian disusul dengan aku menceritakan apa saja yang terkenal dari Indonesia. Dan ternyata tidak banyak yang aku tahu tentang negaraku itu. Astagnagaularnagaditangga banget nggak sih itu?
Harus kuakui bahwa membutuhkan sebuah perubahan situasi yang benar-benar drastis untuk bisa melihat kembali apa saja yang telah terlewatkan olehku selama berada di Indonesia. Membutuhkan jarak yang terpisah ribuan mil untuk menyadari bahwa betapa aku sangat membutuhkan kedekatan dengan orang-orang yang sangat penting buatku. Dalam kasusku, berada di lingkungan yang sama sekali baru tanpa mengenal satu pun orang lain di sini, well, benar-benar pemicu homesick. Bukannya aku tidak punya teman sih. Aku punya teman, hanya saja belum sampai pada tahap curcol-curcolan ala sahabat.
Namun yang membuat homesick-ku memuncak adalah aku baru saja memiliki keponakan! Iya, adikku yang tengah akhirnya menjadi seorang ayah, dan secara otomatis aku menjadi tante, alias ii. Yang membuatku sedih adalah aku tak bisa menggendong keponakanku itu. Segera saja terlintas bagaimana caranya agar keponakanku itu mengenalku dan menyukaiku nanti saat dia tumbuh. Ngomong-ngomong, bayinya laki-laki, lahir dengan berat 4,5 kg dan panjang 90 cm. Itu sih nggak mungil-mungil amat ya... Dan kata orang-orang, wajahnya mirip dengan wajahku. Hihihi... Tembem, hidungnya pesek.
Anyway, untuk mengobati rasa kangenku, sering aku menelusuri Youtube dan menonton acara-acara televisi Indonesia. Aku sering menghabiskan waktu menonton Sarah Sechan Show, Indonesia Bagus, Malam Minggu Miko, juga aku jadi sering mendengar lagu-lagu Indonesia yang dulu jarang sekali kulakukan. Bahkan sambil menuliskan ini aku sambil mendengarkan lagu Yogyakarta-nya KLA Project. Sampai streaming video klipnya segala dan berjanji dalam hati bahwa aku akan kembali jalan-jalan ke sana. Harus. Wajib. Suatu saat nanti. Pokoknya mau, apapun kata dunia. Titik. (Apa sih, Rae?!)
Aku juga jadi sering memantengi akun media sosial hanya demi melihat apa saja yang sedang dilakukan teman-temanku di Indonesia sana. Apesnya, mereka malah sering pajang foto makanan yang menggiurkan, yang sanggup membuatku rasanya ingin terbang pulang kembali ke Indonesia. Seandainya aku ini burung...
Oh, how I really, really miss you, home...
4 comments:
Uih diupdate, padahal cuma iseng-iseng ngecek. Kayak ada feed langsung ke otak. Hehe.
Sama deng. Kalau kangen Indonesia, bawaannya nge-youtube. Dulu cuma ada Empat Mata, OVJ yang rajin diupload. Sekarang lebih banyak yah. Beware : jangan liat Masterchef. Bikin kangen plus lapar. Sarah Sechan Show ? Baru dengar nih. Coba google ah.
It's true. Distance makes the heart grow fonder. Jangan homesick yah Ii Rae. Blogsick aja.
Peace
g
45kg?! If you say 4500 gram or 4,5kg I think that's still normal but 45kg emmm can't imagine it. Must be typo,have a rest beb :)
Si
Hm... When I was away from home, I never had any homesickness, at least not a severe one. It is said that home is where the heart is. Maybe you left your heart here in Indonesia before you left to Melbourne :)
I'm missing my family. That's all. Because definitely I wouldn't want to go back home. Hehehe.
Post a Comment