Tadi baru saja gue mengakhiri percakapan yang berlangsung di telepon dengan seorang teman. Kami bersahabat sudah sejak awal masuk kuliah. Bukan hanya berdua saja, tapi bertujuh.
Sepertinya memang takdir yang mempertemukan kami. Diantara sekian banyak mahasiswa baru di kampus dulu, gue malah nyantol dengan enam anak manusia yang mengagumi band-band beraliran J-Rock, meskipun mereka juga menikmati lagu-lagu J-Pop. Jadi ingat dulu kalau nginap bareng, pasti acaranya menonton DVD live konser band-band yang mereka gandrungi.
Konon katanya, awal persahabatan kami dimulai dengan sebuah kata yang tanpa sengaja terucap diantara tiga orang, yaitu: "hentai". Dari situlah mulai terbentuk sebuah pengertian yang kemudian mengarah pada kecocokan satu sama lain: sama-sama pencinta je-Jepangan. Dari tiga orang tersebut berkembang menjadi lima, kemudian tujuh. Gue merupakan anggota kelima.
Diantara mereka, hanya gue yang kurang begitu mengerti dengan segala hal yang berbau je-Jepangan. Pengetahuan gue seputar hal itu hanya pada komik dan anime Inuyasha saja. Setelah mengenal mereka, baru gue mulai mengenal dorama dan beberapa band-band J-Rock dan J-Pop. Soal J-Pop, gue satu selera dengan mereka. Tapi soal J-Rock, semacam Dir en Grey, it's out of my taste. Gue hanya tidak paham dengan jenis lagunya. Entah apa yang mereka nyanyikan, dan melodi lagunya tidak beraturan. If growling is what they call sing, then Kyo must be the best singer. Ever. Hehehe, peace!
Namun meskipun sedikit berbeda dalam hal selera musik, tentu tidak menghalangi persahabatan yang terjalin selama tujuh tahun lebih ini. Dalam berbagai hal, kami memiliki berbagai kesamaan; we love the same people and we don't like the same people. Kesamaan yang juga membentuk sebuah kecocokan dan saling pengertian sehingga di saat kami berkumpul takkan ada satu pun orang lain yang akan memahami lelucon kami. Mereka hanya akan melihat sekumpulan mahasiswi yang tertawa terbahak-bahak dengan mulut yang dibuka lebar-lebar. Mungkin mereka mengira kami ini sekumpulan kuda nil yang berhasil kabur dari Taman Safari dan merubah wujud menjadi perempuan-perempuan cantik.
Dari antara mereka berenam, gue paling jarang berkomunikasi dengan Bombay ini. Semua tahu bahwa Bombay memiliki sejarah hubungan yang buruk dengan HP. Jadi tidak ada satupun yang mau repot-repot menghubunginya bila itu hanya sekedar menanyakan kabar. Bisa dipastikan balasannya akan tiba sehari sesudahnya. Baru sekali ini kami mengobrol. Gue telepon untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Juga sekalian untuk mengomelinya karena tidak memeberitahu kami semua saat hendak sidang skripsi dan wisuda.
Bombay. Itu julukan yang diberikan oleh kakak perempuannya, yang kemudian kami amini bersama. Bombay karena dia benci dengan bawang. Segala jenis bawang. Maka kami semua memahami jika dia membutuhkan waktu yang lebih lama dari kami semua saat menghabiskan makanannya, karena harus menyingkirkan satu per satu bawang goreng - bahkan sampai yang terkecil sekalipun.
Gue dan Bombay sebenarnya yang paling banyak memiliki kesamaan. Sama-sama sulit menyuarakan apa yang sedang ada dalam pikiran. Kadang untuk mengutarakan sebuah pendapat, bahasanya berlepotan karena ketidakmampuan menemukan kata-kata yang tepat. Tapi sih ya, Bombay masih lebih parah dari gue. Gue masih mendingan dong. Hehe... Dan kita juga sama-sama memiliki moto: "tidak tahu dan tidak mau tahu." No wonder we usually be the last to know.
So, kita berdua mengobrol sebentar di telepon. Rasa rindu mencuat ke permukaan melalui pekik tertahan saat bisa saling mendengar suara masing-masing. Ada keinginan kuat untuk segera menembus jarak dan berkumpul bersama-sama lagi dengan yang lain. Semoga suatu saat nanti bisa berkumpul lagi.
And to you, Bombay, even though you would not read this anytime soon, I'd love to wish you a happy birthday, dear. I wish you all the best.
And to you all, girls, I miss you so bad.
2 comments:
*no comment*
Ape lah nih? Komen tapi nulisnya "no comment" o.O
Post a Comment