Yup, I got it. Pilihan gue, seperti yang sudah gue ungkapkan di part 1, mungkin terlihat seperti dipaksakan dan lebih karena ketakutan. Meaning, karena gue takut kehilangan keluarga gue, maka gue memutuskan untuk tinggal di lemari. Nope, it's not it.
Logically thinking, gue tahu seperti apa keluarga gue, terutama bokap nyokap gue. They won't accept me, no matter how much they love me. And I don't wanna make such a chaos for my family. So there the decision is made.
Soal bahagia atau tidak, gue rasa itu tergantung gue sendiri. Ada sebuah kutipan yang berbunyi seperti ini:
"Orang yang tidak bahagia adalah orang yang selalu ingin pergi dari tempat di mana dia tinggal."
Hey, bukankah hidup ini seperti sebuah film dan kita yang menjadi pemeran sekaligus produsernya? So it's up to me whether I want a happy ending or a sad one. Kalau gue pengen ending yang bahagia, gue tinggal merelakan keadaan gue yang harus selamanya tinggal di ruangan sempit dan gelap ini. Pasrah, tapi bukan berarti menyerah. Stay in the closet, tapi bukan berarti gue tidak merasa bebas.
Yang perlu gue lakukan hanyalah mengubah persepsi gue bahwa stay in the closet itu bukan tinggal di dalam penjara. The bottom line is freeing my mind and I'll be happy. Sementara kalau gue pengen ending yang menyedihkan dan berdarah-darah, gue tinggal melakukan kebalikannya, and forever living in a prison.
Well, it's obvious that option #1 seems a lot lot lot better. But when it comes to action, it's never easy. I mean changing the perception? Whew, it's a pain in the ass. But then again, I wanna be happy for what I am and where I stay.
So, I wrote these post series in order to keep cheering me up, and maybe some of you out there who experience the same as I do :).
3 comments:
Apapun itu.
HOME SWEET HOME.
Someone will stay to wherever it called home :) Agree with Nitz, Whatever it is, Home sweet home :)
~Jo~
Yup. and it's always nice to being home :)
Post a Comment