Unless it's photographed by me, all pictures are taken from vi.sualize.us or Google Image

Sunday, 28 August 2011

Mohon Maaf Lahir dan Batin


Kata orang, gue ini pendiam. Diajak ngobrol artinya gue cuma menjawab pertanyaan yang diajukan, tanpa balik bertanya. Yang kalau istilahnya nyokap, gue kudu diketok dulu baru bunyi.

Kata saudara kandung gue, gue ini terlahir tidak hanya pendiam, tapi dengan sumbu kesabaran yang lumayan panjang. Mereka bilang katanya gue paling cocok ngurusin bokap nanti kalau dia udah tua. (Hah...kayaknya sih, mereka mau mangkir jagain bokap nantinya. Curang! Heheh...)

Kata teman-teman terdekat, meskipun gue ini pendiam, tapi lumayan cerewet juga kalau lagi barengan mereka. Tukang ngebanyol pula, persis Tukul. (Asem!!!) Tapi juga katanya, mulut gue ibarat gado-gado berkaret dua; pedes. Sejarang-jarangnya gue buka mulut, ternyata berlidah tajam.

Harap dicatet, itu cuma terjadi pada satu dua kesempatan dan di saat-saat tertentu, ketika sumbu kesabaran sudah mulai mendekati akhir. Tetapi saat seperti itu terjadi, katanya gue akan berubah menjadi orang yang sangat menyeramkan karena komentar-komentar yang gue lontarkan bagaikan cabe rawit. Bisa bikin insomnia 3 hari 3 malam bagi yang kena lontaran.

Sighs....

Sebenarnya tidak bermaksud menyakiti. Mulut ini kadang tidak sinkron dengan hati dan memilih bersekongkol dengan otak. Maka keluarlah kata-kata pedas dari mulut tanpa sempat di-filter terlebih dahulu. Dan setelahnya baru kemudian menyesal. Sekarang, bukan hanya mulut gue aja yang bisa berkata pedas, tapi juga jari-jari gue. Dengan adanya blog, jari-jari gue bisa berubah menjadi tajam seperti jarum. Menusuk.

Oleh karenanya, di kesempatan ini gue ingin mengucapkan selamat hari raya Lebaran bagi yang merayakan, sekaligus mohon maaf lahir dan batin jika selama ini ada kata-kata gue yang salah dan menyakiti. Semoga amal ibadah puasanya menjadikan Lebaran tahun ini menjadi semakin indah :).


Wednesday, 24 August 2011

The Content Warning

Melihat ada sesuatu yang berbeda saat masuk ke blog ini? Yup, the content warning. Kenapa tiba-tiba ada warning seperti itu? Begini ceritanya:

Beberapa waktu yang lalu, gue membaca sebuah artikel di Yahoo News mengenai sebuah talent show di Filipina (atau Thailand, gue lupa deh). Acaranya mirip-mirip Indonesia Mencari Bakat gitu. Nah, salah satu pesertanya itu seorang tranny-woman, alias laki-laki yang menjadi perempuan. Gue lupa juga namanya. Yang jelas, di acara itu dia menunjukkan bakat menyanyinya. Dia nyanyiin lagu duet dengan dua suara; suara laki-laki dan suara perempuan.

Selesai membaca artikelnya, iseng gue baca komentar-komentar para pembaca yang lain. Well, lebih banyak yang mengomentari si peserta-nya dibandingkan mengomentari bakat-nya, yang menurut gue extraordinary. Salah satu komentar yang menangkap perhatian gue adalah komentar yang kira-kira isinya seperti ini:
"Sepertinya ini tanda-tandanya dunia sebentar lagi kiamat."
Lucu ya, komentarnya? Well, gak lucu kalau blog gue yang dapat komentar seperti itu. Meh! Isi komentarnya sih tidak tepat seperti itu. Cuma intinya ya begitu. Sepertinya ditulis oleh orang yang nyasar sampai ke blog ini deh. Untunglah semua komentar yang masuk di-moderasi. Jadinya, maaf-maaf aja kalau komentar yang sejenis itu tidak lolos moderasi.

Tadinya gue kesal, pengen marah. Tapi setelah dipikir-pikir, buat apa? Lagian kenapa juga gue harus marah? Orang itu yang berkomentar juga ngawur. Memangnya apa hubungannya orang-orang seperti gue atau si tranny-woman tadi dengan kiamat? Beneran ngeracau deh. Lagipula, yang memberi komentar itu cuma membaca sekelebat salah satu tulisan yang ber-label #LesbianLife, tanpa membaca keseluruhan blog ini. Atau malah cuma membaca judulnya yang diawali dengan 'Lesbian Life' dan mengambil kesimpulan hanya dari kata 'lesbian'-nya. Ck...rempong bener ketemu orang kayak gitu!

Jadilah gue memutuskan untuk men-enable-kan 'Adult Warning' di blog gue. Agak sedikit kurang tepat sih sebenarnya, karena gue juga tidak pernah menulis sesuatu yang sangat vulgar. Tapi ya, berhubung gue pernah membaca entah di mana, bahwa segala sesuatu yang berbau homoseksual - dalam UU di Indonesia -  termasuk pornografi atau sejenisnya, maka ada baiknya gue memberikan peringatan terlebih dahulu. Daripada ujung-ujungnya gue kesandung kasus pornografi, kan lebih gak lucu lagi. Hehehe....

Seharusnya sih ya, rada gak sreg juga sama isi 'Content Warning'-nya Blogger. Pengennya gue ganti dari ini:


menjadi ini:


Nah kan kalau yang kedua itu jadi lebih tepat :p. Hanya saja, karena gue masih ngontrak gratisan di Blogger, jadi gue cuma bisa terima apa yang sudah disediakan. Nanti deh, mudah-mudahan kalau waktunya udah tepat, gue pengen pindah ke self-hosting blog. Semoga bisa tercapai *crossing finger*

Jadi, tanpa perlu argumen dan pembelaan diri yang panjang tiada akhir, salah sendiri kalau masih nyasar ke blog ini, bahkan setelah ada warning. 

Ps. Setelah ada 'Adult Content Warning', artinya sekarang gue bisa beneran nulis yang rada-rada vulgar dong??? Hahayyy! Hihihi....

Wednesday, 17 August 2011

Going bitchy, can I?

Seharian ini bener-bener menyebalkan. Puncaknya terjadi ketika gue ke toko langganan buat nuker Aqua galon.

Begitu gue nyampe, eh, ternyata ada temen nyokap yang terkenal paling cerewet dan paling doyan bergosip. Selalu mau tahu urusan orang. Males banget deh gue. Mau langsung cabut, tapi kepalang tanggung. Si tante-cerewet-dan-mau-tahu-urusan-orang itu udah terlanjur melihat gue turun dari mobil. Yasudahlah....

Gue turunin galon kosong dari mobil dan berjalan masuk ke toko. Gue sapa si pemilik toko, yang kebetulan adalah sodara gue, juga si tante-cerewet-dan-mau-tahu-urusan-orang. Dan benar aja tebakan gue, bok!

"Waahh, calon pengantin baru," (nah kan, apa gue bilang?) "bulan depan kan nikahnya? Jangan lupa undang tante, ya."

Bah meh gah ugghhhh!!! Situ kan pasti udah tahu, gue gak jadi kawin!

Berhubung gue lagi super bete, super cape, dan super kesakitan karena bahu kanan gue keseleo dan baru diurut sama nenek-yang-rokoknya-pria-punya-selera, kali ini gue tidak tinggal diam. Gue cuma senyum aja, bayar Aqua dan berdiri di samping si tante. Dengan senyum bak Siti Nurbaya, langsung aja gue skak mat.

"Tante, baru punya cucu, ya? Cucunya laki apa perempuan, tan?"

(FYI, anak perempuannya 'kecelakaan'.)

Dan terdiamlah si tante-cerewet-dan-mau-tahu-urusan-orang. Dan gue dengan anggunnya melangkah keluar dari toko, sambil tersenyum.

Sekarang gue tahu, rasa sakit dapat menyebabkan gue menjadi bitchy.

Saturday, 6 August 2011

Siluman Pemangsa Amarah

Gue pernah membaca sebuah cerita tentang amarah dalam sebuah buku. Dalam ceritanya dikisahkan bahwa amarah itu ibarat seekor siluman yang sangat buruk rupa, baunya sangat tak sedap, dan apapun yang keluar dari mulutnya sangat menjijikan. Siluman ini diberi nama Siluman Pemangsa Amarah.

Seperti namanya, ketika siluman ini diperlakukan dengan kasar dan dihujani kata-kata makian yang penuh dengan rasa marah, maka tubuhnya bertambah besar, wajahnya menjadi tambah jelek, baunya semakin busuk, dan kata-kata yang keluar dari mulutnya semakin jorok. Semakin banyak menerima amarah, maka siluman ini semakin terlihat buruk.

Sebaliknya, ketika siluman ini diperlakukan dengan baik dan penuh lemah lembut, maka tubuhnya kembali mengecil, keburukan wajahnya berkurang, begitu juga dengan kekasarannya. Semakin baik siluman ini diperlakukan, tubuhnya, keburukannya, kekasarannya semakin berkurang sampai akhirnya siluman ini lenyap tak berbekas.

Begitulah yang terjadi dengan amarah. Semakin disulut, semakin membaralah dia dan membuat sang pemilik amarah itu sendiri menjadi buruk seperti siluman tadi. Sebaliknya, jika amarah itu tidak digubris, malahan diperlakukan dengan baik, maka dengan sendirinya dia akan lenyap.

Yang terjadi saat marah adalah bahwa kita cenderung untuk membenarkan rasa marah yang kita rasakan itu, sehingga membuat kita merasa tidak apa-apa untuk marah. Seperti dalam sebuah pengadilan, tanpa mendengar pembelaan terdakwa, hati kita dengan segera mengetok palu dan menyatakan: bersalah. Dan saat itulah kita membiarkan amarah mengalir ke setiap sel dan mengubah kita menjadi siluman.

I used to be si siluman itu. Tapi gue kemudian belajar dari cerita itu dan akhirnya sadar. Hasilnya? Untuk pertama kalinya, selama hampir 7 tahun, hari ini gue bisa ngobrol lagi dengan sepupu gue. Gue mengangkat telepon dan mengucapkan selamat buat dia yang baru aja melahirkan seorang bayi perempuan yang imut.

Rasanya menyenangkan bisa bebas dari amarah...seperti ada beban yang terlepas. Lagipula, ternyata gue kangen juga dengan sepupu gue itu. Padahal dulu, kalau denger namanya disebut atau kalau mengingat wajahnya, bisa membuat darah gue mendidih dan naik sampai ke ubun-ubun. Hehehe....

Seperti kata orang, pemberian maaf itu selalu indah. Lagian ya, ngapain juga berlama-lama jadi siluman jelek? Mau dipandang aja udah gak enak, apalagi mau dideketin :p. Gak ada untungnya buat diri sendiri dan orang lain, ya kan?

Oia, di kesempatan ini juga gue mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. (Maap ye, rada telat ngucapinnya.) Sekalian gue minta maaf kalau ada kata-kata yang salah dan menyakitkan yang pernah gue tulis ya, temans! Kudu dimaafin ya. Yayayaya??? Ya iya dong. Kalo enggak, bisa jadi siluman jelek. Situ bakalan gak dapat pacar deh. Hihihi....

_____________________________

Ps. Judulnya gue ganti. Kayaknya yang baru ini lebih keren :D

Wednesday, 3 August 2011

Avoiding People

There's one thing I recently realized. It is that I have been avoiding people who know me, reflexively.

Itu terjadi karena setiap kali gue bertemu orang yang mengenal gue atau orang tua gue, pasti bawaannya nanya soal pernikahan gue yang dibatalkan. Pertanyaannya pasti gini: "kenapa kok dibatalin?", dengan nada kaget sambil memegang dada. Respon gue, setiap kali ditanya, hanya tersenyum simpul dan bilang "karena gak cocok aja."

Lama-lama gue cape juga ditanyain begitu terus dan harus memberikan jawaban yang serupa setiap saat. Makanya gue selalu menghindar saat melihat ada orang yang gue kenal. Tapi apa mau dikata, sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh ke tanah juga. Sepandai-pandai gue menghindar, akhirnya ketangkap juga. Lah, habis gimana? Meskipun dunia tak hanya selebar daun kelor, tapi tiap hari gue harus wara-wiri karena kerjaan. Gak mungkin kan gue musti ngendon di rumah barang sebulan dua bulan. Jadi pastinya gue tetep berpapasan dengan orang yang gue kenal.

Hal lain yang bikin gue jadi menghindar adalah karena gue ogah membeberkan alasan yang sebenarnya kenapa gue membatalkan pernikahan. Tapi orang-orang ini kayaknya terlalu kelaparan; lapar mencari informasi dan bahan gosip. Dan jawaban "karena gak cocok" tidak mampu mengenyangkan mereka. Dan semakin dekat dengan hari pernikahan yang seharusnya terjadi, orang-orang jadi semakin menjadi-jadi, semakin sewot dan semakin penasaran.

Here's the thing, bahwa ada di antara mereka sudah tahu dan bisa menebak kenapa pihak gue membatalkan pernikahan karena mereka tahu bagaimana sifat dan keadaan keluarga mantan calon gue itu. Well, keluarganya memang cukup dikenal. Tapi teteeeeeep aja mereka masih terus mengais dan mengais demi sebukit informasi.

I just don't wanna trash-talk him, despite who he really is and what he had done to me...to us. Maksud gue, kan kasian juga kalau nanti dia mau ngelamar anak orang lain. Lagipula, gue tahu apa yang orang-orang cari. They're looking for his flaws. And I just can't let that happen because he's actually a nice man. Dan apa yang terjadi dengan sifatnya ataupun keanehannya, itu diluar kemauannya.

Now I wonder when these people will ever stop asking.... I really, really want September to get over (and it's only early August. Oh man....) Maybe after that time, they'll forget about this like it's never happened. Besides, I don't wanna keep avoiding people. Hey, my social life is sucks already!

Monday, 1 August 2011

The Young Butches

Satu hal yang mengalami peningkatan di kota gue, yang baru-baru ini gue perhatikan dan sadari, selain jumlah kendaraan dan kemacetan, adalah para anak-perempuan-yang-bergaya-laki-laki, a.k.a. the young butches.

Penampilannya hampir serupa, sampai-sampai gue tidak bisa membedakan wajahnya; potongan rambut pendek sependek-pendeknya, dengan model rambut laki-laki, kaos oblong, ada juga yang pakai kemeja, celana yang banyak kantongnya, kalung karet, gelang karet, jam tangan bulat besar, berdada sangat, sangat rata. Ada yang tindikan sana-sini, ada yang biasa-biasa aja.

Tadi gue nonton Harry Potter bareng ade gue (ya, I know...my social life sucks...) dan sejauh mata memandang, di setiap sudut ruangan bisokop, satu di antara segerombolan anak-anak, ada aja anak-perempuan-yang-bergaya-laki-laki. Jika dialihkan ke dalam perbandingan matematis, seperti 1:10. Artinya dari 10 anak perempuan, pasti ada 1 anak-perempuan-yang-bergaya-laki-laki ini.

Kalau mengikuti naluri lesbian gue sih, well, itu surga dunia namanya. Bayangin aja dong sepanjang lirikan pasti melihat butchie brondong, dan seriously, ada yang lucu, imut dan ganteng tampangnya. Uh oh, sedap di mata!

Tapi yaaaaaa, hati gue menjerit. Aduh, mereka itu beneran butch dan beneran lesbian? Or is it just some kind of a popular new style diantara anak-anak remaja ini? Kalau iya mereka lesbian, do they really know what kind of world they're getting into? Atau kalau berdandan ala laki-laki itu hanya semata trend gaya yang lumrah di kalangan anak remaja, lantas apa kata orang tuanya?

How old are they? 15? 16? Younger than that? Bahkan dari tutur kata, obrolan yang sesekali tanpa sengaja gue curi dengar dan tingkah lakunya, gue perkirakan mereka bisa jauh lebih muda dari itu. Apa mereka itu sadar dengan orang-orang sekitarnya? I mean, seriously, cipika cipiki kecup jidat di depan orang banyak, di tengah-tengah mall??? Is it another trend? Or what?

Well, iya sih, namanya juga anak muda, darahnya masih mendidih-didih. Moto hidupnya berkisar antara "lo ya lo, gue ya gue", "ini gaya gue, bukan urusan lo", atau "be yourself, and this who I AM!" Bukannya mau menganak-bawangkan para anak-anak ini, but I just hope that they will come up to their minds before whatever they do, cause them a great damage. It would be such a waste, really....